Tembakau yang Dipanaskan Minim Digunakan Remaja di Negara-Negara Maju

Penggunaan produk tembakau alternatif oleh remaja di bawah usia 18 tahun menjadi keprihatinan para pemangku kepentingan.

oleh Tim News diperbarui 22 Apr 2024, 14:53 WIB
Ilustrasi rokok/dok. Pascal Unsplash

Liputan6.com, Jakarta - Penggunaan produk tembakau alternatif oleh remaja di bawah usia 18 tahun menjadi keprihatinan para pemangku kepentingan. Ternyata, ada fakta menarik yang menunjukkan bahwa produk tembakau yang dipanaskan minim digunakan oleh para remaja di sejumlah negara maju, seperti Jepang, Jerman, Denmark, Belanda, Inggris, Amerika Serikat, dan Kanada.

Menurut Survei Gaya Hidup Remaja 2021, sebuah survei lintas sektoral nasional terhadap remaja Jepang yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja, dan Kesejahteraan, menunjukkan hanya 0,3 persen remaja dan siswa sekolah menengah tingkat atas yang menggunakan produk tembakau alternatif. Dengan demikian, produk tembakau alternatif tidak menarik bagi remaja di bawah usia 18 tahun.

Sementara di Inggris, berdasarkan survei Action on Smoking and Health Youth dari King's College London, yang dipublikasikan pada September 2022, menyebutkan bahwa penggunaan produk tembakau yang dipanaskan oleh remaja pada rentang usia 11 hingga 18 tahun sebanyak 0,3%.

"Dari 2.151 remaja berusia 11 hingga 18 tahun, sebesar 0,9% pernah mencoba namun tidak lagi menggunakan produk tembakau yang dipanaskan dan 0,3% melaporkan pernah memakai produk tersebut," mengutip hasil survei tersebut.

Di Belanda, National Institute for Public Health and the Environment pada 2020 melaporkan penggunaan produk tembakau yang dipanaskan secara harian pada remaja usia 13-17 tahun sebesar 0%. Sementara remaja pada rentang usia yang sama dan pernah menggunakan produk tembakau alternatif sekitar 0,95%.

Negara Eropa lainnya, Jerman, melaporkan penggunaan produk tembakau yang dipanaskan pada remaja usia 12-17 tahun yakni sekitar 0,3%. Hasil ini berdasarkan temuan Survei Germany's Alcohol Survey yang dipublikasikan tahun 2021.

Rendahnya penggunaan produk tembakau yang dipanaskan oleh remaja juga ditunjukkan dengan hasil studi bertajuk Use of Tobacco and Nicotine Products among Young People in Denmark pada 2022 yang dilakukan Institut Kesehatan Masyarakat Nasional Denmark. Studi ini mengumpulkan tanggapan dari 13.315 anak berusia 15-17 tahun antara Februari dan Maret 2020.

"Para penulis mencatat tidak lebih dari 1,1% dari anak berusia 15-17 tahun pernah mencoba produk tembakau yang dipanaskan," mengutip hasil studi tersebut.

Selanjutnya di Amerika Serikat, survei National Youth Tobacco Survey tahun 2023 yang dianalisis Badan Pengawas Obat dan Makanan (Food and Drug Administration) serta Pusat Pengendalian Pencegahan Penyakit (Centers for Disease Control and Prevention) melaporkan penggunaan produk tembakau yang dipanaskan di kalangan siswa sekolah menengah sebanyak 0,8%.

Adapun Kanada juga melaporkan rendahnya penggunaan produk tersebut di kalangan remaja usia 16-19 tahun yakni 1%. Hal ini dibuktikan lewat Survei School of Public Health and Health Systems in Ontario pada 2019.

“Kami hanya merekomendasikan produk ini untuk mendukung perokok dewasa beralih dari kebiasaan merokok,” kata Layanan Kesehatan Nasional (NHS) Inggris mengenai produk tembakau alternatif yang tidak sepenuhnya bebas risiko kesehatan seperti dikutip dari euronews.com.

 


Tembakau Alternatif Hasil Pengembangan Inovasi dan Teknologi

Dalam kesempatan berbeda, Ketua Asosiasi Konsumen Vape Indonesia (AKVINDO), Paido Siahaan, juga menambahkan produk tembakau alternatif adalah produk hasil pengembangan inovasi dan teknologi yang paling efektif bagi perokok dewasa yang ingin beralih dari kebiasaannya.

Produk ini telah terbukti secara kajian ilmiah memiliki profil risiko yang lebih rendah. Meski demikian, produk tembakau alternatif tidak diperuntukkan bagi anak-anak.

"Produk tembakau alternatif tidak ditujukkan bagi mereka yang belum pernah merokok meski cukup umur," ucap Paido dalam keterangannya, Senin (22/4/2024).

Fakta Olahraga Dapat Membantu Gangguan Kesehatan Mental (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya