Liputan6.com, Jakarta - Ulama kharismatik asal Rembang, Jawa Tengah yang dijuluki ‘manusia Qur’an’, KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha mengatakan pentingnya mengingat kematian.
Baca Juga
Advertisement
Menurut murid kesayangan Mbah Moen ini, Islam mengajarkan kepada pemeluk-pemeluknya untuk sering mengingat mati. Dalam waktu bersamaan Islam juga mengajarkan supaya semangat dalam hidup.
“Islam itu mengajarkan kamu harus banyak ingat mati, tapi uniknya Islam itu menyuruh ingat mati itu disuruh justru semangat hidup,” terangnya dikutip dari tayangan YouTube Short @cuwinxshop, Senin (22/04/2024).
Lantas, mengapa Islam mengajarkan demikian dan apa alasannya disamping perintah banyak mengingat mati juga seorang muslim harus semangat dalam hidup?
Simak Video Pilihan Ini:
Agar Memiliki Bekal
Gus Baha mengatakan alasannya bahwa dengan semangat hidup kita memiliki kesempatan untuk menyiapkan bekal untuk menyongsong kematian. Bukan ingat mati lantas tidak semangat hidup. Itu merupakan suatu kesalahan.
“Karena kita butuh bekal. Jadi kalau kamu ingat mati, jangan terus loyo, terus nunggu takdir mati itu tidak malah disuruh semangat,” terangnya.
Banyak hal yang baik yang dapat kita lakukan untuk bekal kematian. Menurut Gus Baha, terkadang, bekal untuk bertemu dengan Allah SWT kelak tidak melulu pada hal yang berat. Bisa dengan melakukan kebaikan-kebaikan yang ringan.
“Nah tenaga medis, semangat mengobati pasien, yang pasien juga semangat mensupport dirinya supaya punya keberanian hidup. Kalau menurut orang jawa itu menunggui anak, menunggui cucu. Kalau saya sebagai kiai ya merawat santri, umat,” terangnya
“Jadi ingat mati itu justru dengan cara mencintai Hidup, karena hidup ini adalah bekal kita untuk bertemu Allah, sambungnya.
“Kadang-kadang bekal itu mudah sekali ada orang nakal gara-gara minumin anjing yang baru haus sama Allah dimaafkan,” tandasnya.
Advertisement
Amalan untuk Persiapan Menghadapi Kematian
Merangkum NU Online, berikut tips yang dapat kita lakukan dalam mempersiapkan diri menghadapi kematian seperti dilansir dari Tiga Persiapan Menghadapi Kematian.
1. Mengerjakan amal-amal saleh. Allah memberikan dua syarat bagi siapa pun yang berharap bertemu dengan-Nya di surga, yaitu beramal saleh dan meninggalkan kesyirikan. Dalam sebuah firman-Nya, Allah swt menyatakan:
فَمَنْ كانَ يَرْجُوا لِقاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صالِحاً وَلا يُشْرِكْ بِعِبادَةِ رَبِّهِ أَحَداً
Artinya: Barang siapa yang mengharapkan bertemu Tuhannya maka hendaklah melakukan amal shalih dan janganlah menyekutukan ibadah terhadap Tuhannya dengan suatu apapun (QS al-Kahfi: 110).
Amal saleh yang dimaksud dalam ayat di atas adalah segala bentuk perbuatan baik yang steril dari riya (pamer) dan sesuai dengan tuntunan syariat.
2. Menjauhi perbuatan-perbuatan tercela. Sebagaimana mengerjakan amal saleh, yang tidak kalah penting adalah menjauhi perbuatan-perbuatan tercela. Yang dimaksud perbuatan tercela meliputi keharaman dan kemakruhan. Meninggalkan keharaman adalah wajib, sedangkan meninggalkan kemakruhan adalah sunnah.
Demikian pula dianjurkan untuk meminimalisasi perkara mubah yang tidak ada manfaatnya. Para ulama salaf sangat berhati-hati menjaga dirinya dari perbuatan tercela. Bagi mereka, yang urgens tidak hanya meninggalkan keharaman dan kemakruhan, namun perkara-perkara mubah yang dapat melalaikan. Sebab perbuatan maksiat akan menciptakan noda hitam di hati sehingga menjadikannya keras, enggan menerima kebenaran dan malas beribadah.
3. Segera bertobat. Tidak ada manusia yang bersih dari kesalahan dan dosa. Kesalahan adalah hal yang wajar bagi manusia. Yang bermasalah adalah membiarkan diri berlarut-larut dalam perbuatan dosa.
Kematian yang tidak dapat diprediksi kapan datangnya, menuntut seorang manusia agar segera bertobat setiap kali melakukan dosa, untuk menghindari akhir yang buruk dalam perjalanan hidupnya (su’ul khatimah). Agama menekankan untuk senantiasa memperbarui tobat dari segala perbuatan maksiat.
Syekh Ahmad al-Dardiri berkata:
وَجَدِّدِ التَّوْبَةَ لِلْأَوْزَارِ * لَا تَيْأَسَنْ عَنْ رَحْمَةِ الْغَفَّارِ
Artinya: Perbaruilah tobat karena beberapa dosa. Janganlah merasa putus asa dari rahmat Allah yang maha pengampun (Syekh Ahmad al-Dardiri, Manzhumah al-Kharidah al-Bahiyyah).
Penulis : Khazim Mahrur / Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul