Liputan6.com, Jakarta Sejatinya, wanita tangguh tidak hanya diukur dengan cepat, tegap, dan semangatnya menjalani hidup. Tetapi mereka juga diukur dengan dukungan penuhnya terhadap keluarga, perhatian penuh kepada buah hati, bahkan dapat membantu perekonomian keluarga. Wanita banyak mengambil peran untuk berkontribusi lewat berbagai bidang.
Melalui aktivitas Corporate Social Responsibility (CSR), BRI secara aktif mengambil bagian dalam mendukung peran wanita lewat berbagai macam program pemberdayaan yang secara nyata mampu mendorong kesejahteraan wanita Indonesia. Salah satunya melalui penyelenggaraan Program BRInita (BRI Bertani di Kota).
Advertisement
Dalam program BRInita, BRI mengambil bagian penting dengan melakukan pemberdayaan masyarakat, terutama kaum Wanita dengan membuat ekosistem urban farming yang berkelanjutan, di daerah kota padat penduduk agar dapat mengambil nilai, di sisi sosial, ekonomi, dan lingkungan.
Wakil Direktur Utama BRI Catur Budi Harto mengungkapkan Program BRInita saat ini telah diimplementasikan di 21 Lokasi yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia yang sebagian besar pengelolaannya dijalankan oleh kelompok usaha wanita.
“Sasaran dari program ini adalah lokasi padat penduduk dan pemukiman kumuh yang memiliki penggiat lingkungan setempat (local heroes) yang merupakan anggota kelompok (Kelompok Wanita Tani atau PKK atau Ibu-ibu). BRInita tidak hanya pembangunan sarana fisik saja, melainkan juga terdapat pelatihan berkelanjutan yang diharapkan untuk menjaga kelestarian tanaman dan kelangsungan hidup ekosistem sekitar,” ungkap Wakil Direktur Utama BRI Catur Budi Harto.
BRInita Berhasil Jalankan 49 kali Pelatihan Bagi Penerima Manfaat
Dalam pelaksanaan program, BRI melakukan pembinaan bagi anggota kelompok atau penerima manfaat berupa pelatihan pengelolaan urban farming dengan menggandeng tenaga ahli/instansi terkait serta melakukan monitoring kegiatan urban farming dan melakukan pengembangan hasil urban farming sehingga mampu menambah nilai ekonomis seperti penjualan, pengelolaan, packaging dan pemasaran.
“Kegiatan ini diharapkan dapat mereduksi polusi lingkungan, menambah keasrian, serta mengurangi sampah rumah tangga. Di sisi lain, hal ini sekaligus juga menjadi perwujudan kontribusi positif masyarakat bagi keseimbangan lingkungan”, ungkap Catur.
Sejak dijalankan pada tahun 2022, program BRInita telah menjalankan 49 kali pelatihan bagi penerima manfaat, yang terdiri dari pelatihan budidaya hidroponik, perawatan tanaman hias, pembuatan Eco Enzyme, pencegahan dan pengendalian hama tanaman dan pemakaian alat-alat sistem hidroponik.
Program ini juga tercatat telah melibatkan 615 jiwa yang terdiri dari kelompok usaha wanita atau ibu-ibu PKK dan tercatat telah melakukan panen sebanyak 348 Kg perikanan seperti ikan lele dan nila mujaer.
Program ini juga menghasilkan 3.982 Kg pupuk organik cair vegetatif dan kompos, 80 Kg maggot (ulat) Black Soldier Fly (BSF) yang dibudidayakan oleh anggota kelompok serta menghasilkan 112 jenis tanaman obat-obatan keluarga (Tanaman Toga) seperti kencur, jahe, lengkuas, dan lain-lain.
Advertisement
Maknai Hari Kartini, Pertegas Komitmen BRI Bagi Pemberdayaan Wanita
Catur menambahkan, BRInita adalah program pemberdayaan wanita, untuk dapat mengambil peran besar, tidak hanya di lingkungan keluarga saja, namun banyak berkarya di lingkungan sosial dan masyarakat luas. BRInita juga dapat membantu wanita, untuk dapat terus bersinar, percaya diri, dan pantang menyerah, dalam menempatkan diri sebagai bagian, dari pentingnya pembangunan ekonomi dan percontohan di lingkungan masyarakat.
“Sama seperti cerita Kartini sebagai sosok atau tokoh wanita inspiratif, melalui program BRINita BRI mendorong kaum wanita di berbagai wilayah di Indonesia untuk terus berkarya, kreatif dan berusaha. Program BRInita menjadi wadah bagi kaum wanita untuk bisa menyalurkan potensi dan kreativitas yang mampu memberikan nilai ekonomis," imbuhnya.
Dalam program BRInita sendiri ada berbagai potensi program yang bisa dimanfaatkan oleh anggota kelompok antara lain dapat mengembangkan aquaponik, pengolahan hasil panen tanaman yang dapat dijadikan olahan makanan, pengembangan agrowisata yang dapat berkolaborasi dengan stakeholder lainnya serta potensi untuk mengembangkan jaringan pemasaran produk.
“Ini menjadi wadah positif tentunya, terutama beberapa pelatihan dan program pemberdayaan di dalamnya yang diharapkan dapat mendorong kesejahteraan kaum Wanita," tegas Catur.
(*)