Liputan6.com, Jakarta - Data pertumbuhan ekonomi dan inflasi Amerika Serikat (AS) akan membayangi bursa saham AS atau wall street pekan ini. Ditambah rilis laba raksasa perusahaan teknologi akan mewarnai laju wall street.
Dikutip dari Yahoo Finance, ditulis Selasa (23/4/2024), pekan ini, pertumbuhan ekonomi kuartal I 2024 akan rilis Kamis pekan ini. Diikuti pengumuman indeks pengeluaran konsumsi pribadi pada Maret, yang merupakan ukuran inflasi pilihan bank sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed) pada Jumat pekan ini.
Advertisement
Adapun alat pengukur inflasi pilihan the Fed tidak menentu selama beberapa bulan telah memaksa investor untuk kurangi proyeksi penurunan suku bunga the Fed pada 2024.
Pada Jumat lalu, presiden the Fed Chicago Austan Goolsbee menuturkan, kemajuan inflasi telah terhenti dan menyatakan “masuk akal” bagi bank sentral untuk menunggu kejelasan lebih lanjut mengenai jalur inflasi.
Hal ini membuat rilis PCE pada Jumat pekan ini menjadi lebih kritis. Ekonom prediksi, PCE inti tercatat 2,7 persen pada Maret dibandingkan tahun sebelumnya, turun dari kenaikan tahunan sebesar 2,8 persen pada Februari.
Pada bulan lalu, ekonom prediksi PCE inti naik 0,3 persen sejalan dengan perubahan bulan lalu.
“Jika inflasi PCE inti mencapai sekitar 0,25 persen (month-over-month) pada Maret dan April, inflasi akan melambat dari 2,8 persen menjadi 2,6 persen yoy. Hal ini memberikan perlindungan bagi the Fed untuk mulai menyesuaikan kebijakan suku bunganya secara bertahan, lebih rendah mulai Juni dan Juli,” ujar Ekonom Citi Andrew Hollenhorst.
Pertumbuhan Ekonomi AS pada Kuartal I
Salah satu alasan sebagian besar investor kembali perhitungkan kebijakan penurunan suku bunga the Fed. Hal ini karena ekonomi AS semakin positif. Sepanjang kuartal I, ekonom telah menaikkan proyeksi pertumbuhan ekonomi-nya.
Ekonom prediksi, ekonomi AS tumbuh 2,5 persen pada kuartal I, lebih rendah dari 3,4 persen yang terlihat pada kuartal IV 2023.
Rilis Laporan Keuangan
“Data yang masuk terus menunjukkan ketahanan ekonomi yang sedang berlangsung dalam lingkungan suku bunga yang lebih tinggi,” ujar Ekonom Bank of America Michael Gapen.
"Konsumen tetap kuat. Ekonomi sedikit melambat sejak tingkat pertumbuhan 4,9 persen yang terlihat pada kuartal III, tetapi penurunan itu terjadi secara bertahap,” ia menambahkan.
Selain data ekonomi, sejumlah raksasa teknologi akan melaporkan kinerja keuangan kuartal I 2024. Perusahaan yang akan rilis laporan keuangan antara lain Meta, Microsoft, Alphabet, Tesla, dan Chipotle.
Pada pekan lalu meski terjadi aksi jual di sektor saham teknologi usai hasil yang mengecewakan dari produsen chip dan Netflix, ekspektasi pertumbuhan laba masih sangat tinggi untuk Meta, Microsoft, dan Alphabet yang diperkirakan rilis laporan keuangan pekan depan.
Nvidia dan Amazon diperkirakan mencatat pertumbuhan laba 64,3 persen pada kuartal I. 495 perusahaan lainnya alami penurunan laba 6 persen.
Advertisement
Penutupan Bursa Saham Asia pada 22 April 2024
Sebelumnya diberitakan, bursa saham Asia Pasifik menguat pada perdagangan Senin, 22 April 2024 usai alami aksi jual pada Jumat pekan lalu. Investor juga mencermati data ekonomi dari China, Jepang dan Korea Selatan.
Dikutip dari CNBC, bursa saham Asia Pasifik anjlok pada perdagangan Jumat, 19 April 2024 setelah Israel serang Iran. Israel serang Iran menyebabkan saham tertekan dan aset safe haven menguat.
Pada perdagangan Senin pekan ini, suku bunga pinjaman China bertenor satu tahun dan lima tahun tetap di kisaran 3,45 persen dan 3,95 persen. Adapun suku bunga pinjaman China bertenor lima tahun seperti acuan untuk pinjaman properti.
Indeks Hang Seng melompat hampir lima persen. Bursa saham China yakni indeks CSI 300 tergelincir 0,3 persen ke posisi 3.530,9 usai pengumuman suku bunga pinjaman.
Indeks Nikkei 225 di Jepang ditutup naik 1 persen ke posisi 37.438,61. Indeks Topix menguat 1,38 persen ke posisi 2.662,46.
Indeks Kospi Korea Selatan menguat 1,45 persen ke posisi 2.629,44. Sementara itu, indeks Kosdaq bertambah 0,46 persen ke posisi 845,82. Di Australia, indeks ASX 200 menguat 1,08 persen ke posisi 7.649,20.
Saham Pembuat Chip Nvidia Anjlok 10%, Terburuk dalam 4 Tahun
Sebelumnya diberitakan, saham Nvidia tergelincir hingga 10% pada hari Jumat (19/4) waktu setempat, menandai kinerja saham terburuk bagi pembuat chip tersebut sejak Maret 2020, ketika nilai perusahaan hanya seperduabelas dari kapitalisasi pasarnya saat ini sebesar USD 1,9 triliun.
Melansir CNBC International, Minggu (21/4/2024) secara umum, anjlok saham Nvidia tidak terkait dengan berita apa pun terkait perusahaan.
Namun, Super Micro Computer, salah satu vendor yang membangun server berbasis Nvidia, mengalami penurunan saham sebesar 23% pada hari Jumat setelah perusahaan tersebut menghentikan pola terbaru dalam memberikan hasil awal, dan mengumumkan akan melaporkan pendapatannya akhir bulan ini.
Saham Super Micro dan Nvidia menjadi dua pemain terburuk di S&P 500 menjelang akhir pekan.
Selain kedua nama tersebut, investor mengurangi kepemilikan mereka di banyak saham semikonduktor menjelang rilis pendapatan akhir bulan ini.
Indeks Semikonduktor VanEck yang berfokus pada chip turun 4,5%, dan saham Arm turun 17% pada hari Jumat.
Sebagai informasi, arm menjual semacam kekayaan intelektual untuk chip yang dipandang sebagai pelengkap server AI berbasis prosesor grafis Nvidia.
AMD, pesaing GPU utama Nvidia, mengalami penurunan saham sebesar 5%. Saham Super Micro masih naik sekitar 151% tahun ini setelah naik 246% pada tahun 2023.
Pergerakan saham pada hari Jumat merupakan penurunan paling tajam sejak 9 Agustus 2023, ketika turun 23,4%.
Saham Nvidia naik lebih dari 58% sejauh ini pada tahun 2024.
Meskipun Super Micro mendapatkan dorongan besar dari hubungannya dengan Nvidia, persaingan pasar masih sangat ketat, dengan pesaing termasuk Dell dan Hewlett Packard Enterprise yang berencana membangun sistem menggunakan unit pemrosesan grafis Blackwell generasi terbaru dari Nvidia.
Advertisement