Kim Jong Un Pantau Simulasi Serangan Balik Nuklir Korea Utara

Latihan serangan balik nuklir Korea Utara itu berlangsung pada Senin (22/4/2024).

oleh Khairisa Ferida diperbarui 23 Apr 2024, 11:02 WIB
Laporan tersebut muncul sehari setelah militer Korea Selatan dan Jepang mendeteksi Korea Utara menembakkan rudal balistik jarak pendek dari wilayah dekat ibu kotanya, Pyongyang, ke arah laut timur. (STR / KCNA VIA KNS / AFP)

Liputan6.com, Pyongyang - Kim Jong Un mengawasi latihan yang menyimulasikan "serangan balik nuklir". Demikian dilaporkan kantor berita Korea Utara, KCNA, pada Selasa (23/4/2024).

Menurut laporan itu, latihan berlangsung pada hari Senin. Militer Korea Selatan sebelumnya mengumumkan bahwa Korea Utara menembakkan beberapa rudal balistik jarak pendek pada hari Senin. Jepang juga mengonfirmasi peluncuran tersebut.

"Kim Jong Un memandu latihan taktis gabungan yang menyimulasikan serangan balik nuklir yang melibatkan peluncur roket ganda yang sangat besar," sebut laporan itu, seperti dilansir CNA.

Roket-roket tersebut mencapai sasaran mereka sekitar 352 km jauhnya. KCNA menyebutkan Kim Jong Un menyatakan kepuasan yang luar biasa.

Militer Korea Selatan mengatakan pada hari Senin (22/4) bahwa rudal terbang dari wilayah Pyongyang sejauh sekitar 300 km sebelum jatuh di perairan timur Semenanjung Korea. Mereka mencap peluncuran tersebut sebagai "provokasi terang-terangan".

Sementara itu, juru bicara pemerintah Jepang mengatakan satu rudal memiliki ketinggian maksimum 50 km dan mendarat di luar Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) negara tersebut.

Peluncuran tersebut adalah yang kedua dalam waktu kurang dari seminggu yang dilakukan Korea Utara, yang pada hari Jumat (19/4) menurut media pemerintah menguji hulu ledak super besar yang dirancang untuk rudal jelajah strategis. Militer Seoul memastikan mereka mendeteksi peluncuran rudal jelajah pada saat itu.

Peluncuran ini dilakukan setelah sekutu Korea Utara, Rusia, pada Maret menggunakan hak vetonya di Dewan Keamanan PBB untuk secara efektif mengakhiri pemantauan PBB terhadap pelanggaran sanksi pemerintahan Kim Jong Un atas program nuklir dan senjatanya.


Tuduhan AS dan Korea Selatan

Foto-foto media KCNA menunjukkan setidaknya empat roket ditembakkan dari kendaraan peluncur saat Kim menyaksikan dari pos pengamatan. (STR / KCNA VIA KNS / AFP)

Para analis telah memperingatkan bahwa Korea Utara mungkin akan melakukan uji coba rudal jelajah sebelum mengirimkannya ke Rusia untuk digunakan dalam perang Ukraina.

Amerika Serikat (AS) dan Korea Selatan mengklaim Kim Jong Un mengirimkan senjata ke Rusia, meskipun sanksi PBB melarang tindakan tersebut.

Korea Selatan mengklaim Korea Utara mengirim sekitar 7.000 kontainer senjata ke Rusia untuk digunakan di Ukraina.

Korea Utara yang sebagian besar terisolasi baru-baru ini memperkuat hubungan militer dengan Rusia, termasuk Pyongyang berterima kasih kepada Moskow atas hak vetonya di PBB. Selain itu, Korea Utara juga telah meningkatkan uji coba persenjataan.

Pada awal April, mereka mengklaim telah melakukan uji coba rudal hipersonik baru berbahan bakar padat jarak menengah hingga jarak jauh.


Kata Pengamat

Roket yang diluncurkan pun berhasil terbang sejauh 352 kilometer dan mengenai target secara akurat. Kim disebut memuji latihan dan kesiapan senjata serangan nuklir tersebut. (STR / KCNA VIA KNS / AFP)

Rekam jejak Korea Utara baru-baru ini dalam peluncurannya menunjukkan bahwa Korea Utara sedang berusaha meningkatkan kemampuan teknisnya. Pandangan tersebut disampaikan analis senior di Institut Unifikasi Nasional Korea Hong Min.

"Peluncuran pada hari Senin tampaknya merupakan bagian dari program pengembangan senjata yang memerlukan pengujian daripada yang sudah dikembangkan sepenuhnya," kata Hong Min kepada AFP.

Tahun lalu, Korea Utara melakukan sejumlah uji coba rudal yang melanggar sanksi PBB sejak tahun 2006, meskipun ada peringatan dari AS dan Korea Selatan.

Korea Utara telah mendeklarasikan dirinya sebagai kekuatan nuklir yang tidak dapat diubah pada tahun 2022.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya