Liputan6.com, Jakarta - Pengamat intelijen dan keamanan Stanislaus Riyanta mengajak masyarakat Indonesia tetap tenang merespons konflik geopolitik di Timur Tengah. Jangan sampai terjebak kepentingan tertentu, karena bisa saja informasi yang beredar sudah tak sesuai fakta.
“Konflik Timur Tengah harus disikapi secara logis dan berhati-hati dengan informasi-informasi yang ada, karena informasi yang beredar bisa saja sudah ada kepentingan sehingga bersifat framing dan mengaburkan fakta,” kata Stanislaus.
Advertisement
Semua pihak sebaiknya menahan diri terutama untuk tidak melakukan interpretasi atas konflik apabila tidak mempunyai data, informasi, dan pengetahuan yang cukup.
“Paling baik adalah percayakan kepada pemerintah untuk langkah-langkah selanjutnya,” ujar Stanislaus.
Menurut Stanislaus, potensi konflik di Timur Tengah bisa menciptakan sentimen dan resistensi terhadap kelompok tertentu di Indonesia jika tidak disikapi dengan tepat.
Atas dasar itu, dia mendorong pemerintah aktif menyampaikan informasi terkait konflik di Timur Tengah, termasuk dampak terhadap Tanah Air untuk menghindari informasi yang salah.
“Pemerintah sebaiknya berada di garis depan dalam urusan politik atau konflik di luar negeri agar masyarakat tidak kehilangan arah,” katanya.
Terus Dipantau
Pemerintah terus memantau kondisi geopolitik di Timur Tengah dan membuat langkah-langkah antisipatif agar dampaknya tidak terlalu signifikan terhadap kondisi di Indonesia. Salah satunya mencari alternatif pasokan minyak dari negara lain yang tidak terimbas konflik dan mengamankan pasokan LPG.
Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Tutuka Ariadji memastikan untuk pemenuhan pasokan LPG di dalam negeri sejauh ini masih aman. Pasalnya, sebagian besar impor LPG Indonesia berasal dari Amerika.
"Kalau untuk BBM berasal dari Singapura dan Malaysia. Di Singapura asalnya juga dari tempat lain tapi masih secure untuk BBM,” kata Tutuka.
Advertisement