Liputan6.com, Jakarta PT Astra Agro Lestark Tbk (AALI) mencatatkan laba sebesar Rp 1,06 triliun pada 2023. Ada sejumlah faktor yang mempengaruhi penurunan laba ini, termasuk adanya El Nino hingga harga minyak sawit atau harga CPO global.
Presiden Direktur Astra Agro Lestari, Santosa menyampaikan kinerja keuangan perusahaan terpengaruh oleh tantangan yang dihadapi industri kelapa sawit di 2023. Misalnya, harga crude palm oil (CPO) secara global yang lebih rendah dari tahun 2022 lalu.
Advertisement
Santosa mencatat, pada 2022, harga berbagai komoditas mengalami lonjakan yang bisa dikatakan sebagai anomali. Harga crude palm oil (CPO) di pasar global tahun 2022 lalu tercatat sebagai harga tertinggi sepanjang sejarah industri, yakni mencapai USD 1.813 per ton.
Sementara itu pada 2023, harga rata-rata CPO senilai hanya sebesar USD 964 ton. Angka ini menunjukkan adanya penurunan sebesar 13,9 persen.
“Penurunan harga yang tajam ini menimbulkan koreksi kinerja keuangan industri kelapa sawit Indonesia, termasuk Perseroan,” ujar Santosa dalam Public Expose PT Astra Agro Lestari Tbk, di Menara Astra, Jakarta, Selasa (23/4/2024).
Sebagai catatan, pada 2023, perseroan membukukan pendapatan bersih sebesar Rp 21,83 triliun, atau terjadi penurunan sebesar 5 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya.
Penurunan ini berpengaruh pada laba bersih Perseroan. Perseroan membukukan laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik perusahaan menjadi Rp 1,06 triliun, turun sebesar 38,8 persen dibandingkan tahun 2022 sebesar Rp 1,73 triliun.
Produksi TBS Astra Agro Lestari
Lebih lanjut, Santosa mencatat adanya tantangan dalam produksi tandan buah segar (TBS). Meski begitu, dia mencatat produksi TBS inti perseroan masih mengalami peningkatan.
Tahun 2023 lalu, disiplin dalam proses panen mendorong kinerja operasional tetap positif. Hasilnya, produksi Tandan Buah Segar (TBS) inti mengalami kenaikan sebesar 4,8 persen dari 3,16 juta ton pada tahun 2022 menjadi 3,31 juta ton pada tahun 2023.
Santosa mengakui i dustri kelapa sawit Indonesia memang tengah menghadapi tantangan produktivitas. Salah satunya disebabkan oleh usia rata-rata tanaman nasional yang menua.
Advertisement
Pertumbuhan Negatif
Sebanyak 46 persen merupakan tanaman yang memasuki pertumbuhan negatif. Tantangan untuk peningkatan produktivitas di tahun 2023 juga semakin serius mengingat siklus el nino yang harus dihadapi perusahaan.
Kendati banyak tantangan, AALI optimistis menghadapi masa depan industri kelapa sawit. Solusi tanaman yang sudah tua, perseroan terus melakukan replanting.
“Sepanjang tahun 2023, Perseroan berhasil meremajakan perkebunan seluas 4.713 hektar dengan bibit unggul dari hasil pengembangan research and development kami. Hal ini menjadi strategi perusahaan dalam peningkatan produktivitas jangka panjang,” tambah Santosa