Tips Hindari Penipuan Konten AI saat Belanja Online, Simak Biar Tak Jadi Korban

Pemanfaatan teknologi AI telah merambah pada aktivitas belanja online. Maraknya penyalahgunaan AI yang digunakan oleh para pelaku usaha membuat masyarakat perlu waspada. Simak tips berikut agar tak jadi korban.

oleh Alifah Budihasanah diperbarui 24 Apr 2024, 21:00 WIB
Ilustrasi Belanja Online, e-Commerce, eCommerce, Online Marketplace, Bisnis Online

Liputan6.com, Jakarta - Pakar Komunikasi Digital dari Universitas Indonesia. Firman Kurniawan membagikan kiat-kita agar masyarakat tidak menjadi korban penipuan akibat konten hasil manipulasi AI atau kecerdasan buatan saat berbelanja online atau secara daring di ruang digital.

"Pertama kalau dari visual untuk melihat sesuatu itu asli atau dari AI biasanya untuk yang AI hasilnya terlampau sempurna. Jadi kalau misalnya gambar bergerak dalam bentuk video, dia itu mulus tidak ada jeda padahal kalau di kenyataan saat orang bicara kadang suka ada jeda atau diam sebentar," ujar Firman dilansir dari Antara, Rabu (24/4/2024).

Firman mencontohkan salah satu konten video hasil manipulasi AI yang sempat viral di media sosial, yaitu video pidato yang menampilkan Presiden Joko Widodo seolah-olah dirinya berbicara dengan Bahasa Mandarin pada Oktober 2023.

Dalam video tersebut, Presiden Joko Widodo terlihat begitu lancar dan tidak berjeda, padahal di video asli terlihat banyak jeda.

Selain itu, pelaku penipuan belanja online menggunakan AI biasanya menampilkan testimoni yang seolah-olah berasal dari selebritas atau publik figur terkenal.

Dengan teknologi deepfake menggunakan suara selebritas membuat video-video itu terlihat seperti testimoni asli, padahal pihak yang bersangkutan tidak pernah membuat konten tersebut.

Salah satu contoh kasusnya pernah terjadi pada pesohor Melaney Ricardo, tepatnya pada Januari 2024 ia mengaku bahwa suaranya telah dimanipulasi menggunakan AI dan digunakan seolah-olah menjadi testimoni untuk obat pelangsing.


Manfaatkan Layanan Google dan Gunakan Aplikasi Terpercaya

Cara selanjutnya yang dapat diterapkan oleh masyarakat adalah memeriksa keasliannya melalui layanan yang disediakan oleh mesin pencarian.

"Biasanya untuk produk yang tidak bergerak itu kadang hasil gambarnya terlalu indah. Jadi sejak awal patut dicurigai dan itu bisa dicek langsung misalnya pakai Google, itu bisa dicari dan biasanya bisa keluar asal atau gambar aslinya. Banyak aplikasi lain juga dicari saja sebagai alat detektor konten AI," ujar Firman menjelaskan.

Firman juga mengimbau agar masyarakat berbelanja di aplikasi dengan penyelenggara yang otoritatif seperti marketplace dan e-commerce untuk menghindari hal-hal tidak diinginkan. 

Misalnya apabila ada produk yang tidak sesuai atau produk tidak sampai itu, masyarakat bisa melakukan komplain kepada penyedia platform untuk mendapat solusi.

Jika masyarakat tetap ingin berbelanja di media sosial, masyarakat harus ekstra teliti dengan pelaku usaha. Menurut Firman, ciri pelaku usaha terpercaya dapat dilihat berdasarkan banyaknya pengikut dan testimoni pelanggan yang didapatkan.


Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Melawan hoaks sama saja melawan pembodohan. Itu yang mendasari kami membuat Kanal Cek Fakta Liputan6.com pada 2018 dan hingga kini aktif memberikan literasi media pada masyarakat luas.

Sejak 2 Juli 2018, Cek Fakta Liputan6.com bergabung dalam International Fact Checking Network (IFCN) dan menjadi partner Facebook. Kami juga bagian dari inisiatif cekfakta.com. Kerja sama dengan pihak manapun, tak akan mempengaruhi independensi kami.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan di email cekfakta.liputan6@kly.id.

Ingin lebih cepat mendapat jawaban? Hubungi Chatbot WhatsApp Liputan6 Cek Fakta di 0811-9787-670 atau klik tautan berikut ini.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya