Madura Writers Readers Festival Resmi Dibuka, Saatnya Lawan Rasa Malas Membaca

Bupati Sumenep Achmad Fauzi Wongsojudo secara resmi membuka gelaran Madura Writers Readers Festival (MWRF).

oleh Ahmad Apriyono diperbarui 24 Apr 2024, 06:26 WIB
Madura Writers Readers Festival (MWRF). (Liputan6.com/ Dok Ist)

Liputan6.com, Jakarta - Bupati Sumenep Achmad Fauzi Wongsojudo secara resmi membuka gelaran Madura Writers Readers Festival (MWRF) di Universitas Bahaudin, Selasa (24/4/2024). Awalan kegiatan itu ditandai dengan pementasan teater bertajuk 'Kembalikan Kejayaan Nusantara dengan Membaca' oleh Teater Tatak Parjuga SDN Juluk I Saronggi.

Terkait pentingnya membaca, Achmad Fauzi mengatakan, saat ini kompetisi di alam global sangat ketat. Tanpa ilmu dan literasi mustahil bisa melakukan perubahan. Tanpa ilmu akan sulit menjadi pemenang. Namun, ilmu tidak akan diperoleh jika tidak diupayakan atau lewat pendidikan.

"Sulit dikatakan sebagai manusia yang kompetitif jika tidak membaca," ucap Fauzi.

Indonesia menargetkan ketika memasuki usia satu abad kemerdekaan pada 2045 mendatang menargetkan masuk ke dalam jajaran negara terkuat di dunia. Hal ini beralasan mengingat bonus demografi yang dimiliki Indonesia saat ini.

Bonus demografi adalah masa di mana penduduk usia produktif (15-64 tahun) akan lebih besar dibanding usia nonproduktif (65 tahun ke atas) dengan proporsi lebih dari 60% dari total jumlah penduduk Indonesia.

"Keunggulan tersebut harus dibarengi dengan kemampuan yang kompetitif," tambah Bupati Sumenep.

Dalam sesi bincang-bincang dengan Duta Baca Indonesia Gol A Gong, penulis buku Gramedia Vivi Nafidzatin Nadhor mengajak masyarakat mengubah mindset (pola pikir) gagalnya kebiasaan membaca dilakukan bukan karena kesibukan, melainkan rasa malas.

"Justru kebiasaan itu harus dipaksa. Kita harus berani menargetkan, misal satu buku habis dibaca dalam sebulan. Atau komitmen mematikan hape selama satu jam, demi kebiasaan membaca," ujar Vivi.

 


Komunitas Literasi di Sumenep

Pegiat literasi Widawati menambahkan hingga kini sudah banyak tumbuh komunitas literasi di Sumenep. Bahkan, mayoritas anggota komunitas merupakan penulis.

"Bagi seorang pegiat literasi, aktivitas menulis dan menghasilkan karya merupakan letak kebahagiaan," ungkapnya.

Selain disemarakkan dengan kehadiran budayawan senior Kyai Zawawi Imron dan para penggerak literasi budaya, serta bazar buku murah, MWRF 2024 juga diselenggarakan pengukuhan Nia Kurnia sebagai Bunda Literasi Sumenep.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya