Liputan6.com, Jakarta - Natrio Catra Yososha atau yang akrab dipanggil Osha merupakan penyandang autisme atau Autism Spectrum Disorder (ASD) yang aktif lari marathon.
Osha menjadi orang dengan autisme pertama di Indonesia yang dapat menyelesaikan lari marathon sepanjang 42 km. Pada gelaran BTN Jakarta Run 2023 itu ia berhasil mencapai garis finish dengan catatan waktu 6 jam 47 menit.
Advertisement
Ia telah menggeluti olahraga lari sejak lama. Lalu, dua tahun lalu ia bergabung dengan komunitas lari.
Aktif menekuni lari bahkan lari marathon Osha menceritakan dampak-dampak positif yang ia dapatkan:
1. Memperbaiki Postur Tubuh
Osha mengungkapkan bahwa sebelum aktif berlari, ia memiliki postur tubuh yang bungkuk.
"Dulunya kan bungkuk banget sebelum olahraga, lalu saya jadi lebih tegak. Ada progress-nya, posturnya lebih bagus," jelas Osha dalam acara Press Conference Garmin Run 2024 pada 22 April 2024 di Jakarta.
2. Melatih Keseimbangan Tubuh
Sebelumnya, keseimbangan tubuh Osha dapat dibilang belum maksimal namun terus meningkat seiring kegiatan olahraga yang ia lakukan.
Olahraga lari membantu Osha dalam meningkatkan keseimbangan tubuh. Hal ini didapatkan dari proses pemanasan dan cooling down berlari, dimana ia melakukan banyak gerakan yang melatih keseimbangan tubuhnya, seperti gerakan mengangkat kaki.
3. Meningkatkan Daya Tahan Tubuh
Semenjak aktif berolahraga, Osha menjadi jarang mengalami sakit yang dapat menghambat aktivitas.
Walaupun masih mengalami sakit beberapa kali, namun intensitasnya berkurang dan ketahanan tubuhnya semakin meningkat.
4. Meningkatkan Fokus
Bagi banyak penyandang autisme, fokus dan konsentrasi dapat menjadi tantangan tersendiri. Untungnya, hal ini dapat diatasi dengan olahraga lari.
Osha mengatakan, "Fokus saya, karena setiap training saya memasang target, pelan-pelan saya dapat meningkatkan fokus untuk mencapai target-target itu."
Dilansir dari Autism Speaks, olahraga lari, dengan gerakan berulang dan ritmis, mampu menstimulasi otak dan meningkatkan aliran darah ke area yang berhubungan dengan fokus dan perhatian.
Sebuah penelitian juga menunjukkan bahwa lari selama 30 menit dapat meningkatkan kinerja kognitif dan fokus pada orang dengan autisme. Selain itu, lari juga dapat membantu meningkatkan kualitas tidur dan mengurangi kecemasan, faktor yang sering mengganggu fokus pada pengidap autisme.
Advertisement
Tips Bagi Teman Autisme Lainnya yang Ingin Mencoba Lari Marathon
Bagi teman-teman autis yang ingin mencoba marathon, Osha memberikan beberapa tips yang dapat membantu dalam memulai dan mencapai tujuan.
1. Mulai Secara Bertahap
"Untuk teman-teman autisme yang ingin mencoba lari maraton sebaiknya jangan langsung lari jauh," ucap Osha.
Osha menjelaskan bahwa pada awal ia berlari, ia juga melakukannya secara bertahap. Mulai dari 5 km, 10 km hingga seterusnya. "Awalnya dulu saya berapa kilo itu sudah capek, terus karena sudah sering akhirnya bisa bertahan lebih lama."
2. Sesuaikan dengan Kemampuan Masing-Masing
Tidak semua orang memiliki kemampuan dan kekuatan yang sama dalam berlari. Osha menyarankan untuk berlari secara bertahap agar dapat menyesuaikan dengan kemampuan dan kekuatan kasing-masing.
"Coba dulu dengan berjalan kaki lalu jogging, lari kecil lalu lari yang standar beberapa kilometer dan sampai lari yang jauh," tuturnya.