Beda dengan Sains, Ini Makna Mengejutkan Gemuruh Petir dalam Al-Qur'an

Benarkan petir merupakan gemuruh suara tasbih para Malaikat?

oleh Liputan6.com diperbarui 25 Apr 2024, 04:30 WIB
ilustrasi petir credit by unsplash.com

Liputan6.com, Jakarta - Petir merupakan peristiwa alam spektakuler yang bisa dilihat di bumi. Islam memandang, terjadinya petir bukan hanya sebagai peristiwa alam saja. Akan tetapi memandang peristiwa ini berkaitan dengan salah satu makhluk Allah yakni malaikat.

Beda halnya dengan sains yang menjelaskan bahwa petir merupakan fenomena alam biasa yang terjadi pada musim hujan. Proses terjadinya petir ini menurut sains melibatkan arus listrik yang ada di udara dan di awan.

Petir ini sangat panas dan lebih panas lima kali lipat dibandingkan panasnya permukaan matahari. Panas ini yang kemudian membuat udara disekitarnya mengembang dan bergetar sehingga menciptakan bunyi menggelegar sesaat setelah kilatan petir.

Terlepas dari pembahasan sains di atas, tentu saja sangat menarik mencermati keterangan Al-Qur’an dan hadis perihal terjadinya petir yang memberikan keterangan lebih jauh perihal fenomena alam ini.

 

Simak Video Pilihan Ini:


Suara Tasbih Para Malaikat

ilustrasi petir merah muda by unsplash

Menukil Republika, kedahsyatan petir dimaknai umat Islam sebagai bentuk tasbih dari para malaikat penjaga langit. Sebagaimana disebut dalam Alquran, "Dan guruh bertasbih memuji-Nya (demikian pula) para malaikat karena takut kepada-Nya." (QS ar-Ra'd [13]: 13).

Dalam haditsnya, Rasulullah SAW menyebut petir sebagai suara para malaikat. "Ar-Ra'du (petir) adalah malaikat yang diberi tugas mengurus awan dan bersamanya pengoyak dari api yang memindahkan awan sesuai dengan kehendak Allah." (HR Tirmizi).

Al-Khoro'ithi dalam Makarim Al Akhlaq mengutip pendapat Ali bin Abi Thalib RA soal ar-Ra'du. Menurut Ali, ar-Ra'du adalah malaikat, sedangkan al-Barq (kilatan petir) adalah pengoyak di tangannya sejenis besi.


Bentakan Suara Malaikat

Ilustrasi Malaikat (SS: YT Riski Nur Hidayah)

Ibnu Taimiyah mengatakan, ar-ra'du adalah mashdar ( bentuk kata benda) berasal dari kata ra'ada, yar'adu, ra'dan yang berarti gemuruh. Namanya gerakan pasti menimbulkan suara. Malaikat adalah yang menggerakkan dengan cara menggetarkan awan kemudian dipindahkan dari satu tempat ke tempat lainnya.

Ketika menafsirkan surat Al Baqarah ayat 19, as-Suyuthi mengatakan bahwa ar-Ra'du adalah malaikat yang ditugasi mengatur awan. 

Dalam tafsir Jalalain juga disebutkan bahwa ar-ra'du adalah suara malaikat, sedangkan al-barq (kilatan petir) adalah kilatan cahaya dari cambuk malaikat untuk menggiring mendung.

Secara umum, umat Islam meyakini ar-Ra'du dengan malaikat yang ditugasi mengatur awan atau suara dari malaikat tersebut yang tengah bertasbih dan mengatur awan. 

Sedangkan, al-barq atau ash-showa'iq adalah kilatan cahaya dari cambuk malaikat yang digunakan untuk menggiring mendung.

Ibnu Abbas menambahkan, sesungguhnya petir adalah malaikat yang meneriaki (membentak) untuk mengatur hujan sebagaimana pengembala ternak membentak hewannya (Adab Al Mufrod/722).

Penulis : Khazim Mahrur / Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya