Liputan6.com, Jakarta - Rusia mengungkap bahwa salah satu pihak yang memperpanjang konfliknya dengan Ukraina adalah Amerika Serikat (AS).
Rusia mengklaim bahwa AS terus memasok senjata kepada tentara Kiev. Hal ini diungkapkan oleh Wakil Duta Besar Rusia untuk Indonesia Veronica Novoseltseva.
Advertisement
"Saat ini mereka (AS) tidak mau cari solusi. Mereka beri bantuan lagi ke Ukraina," kata Veronica dalam pernyataan pers bersama media, Rabu (24/4/2024).
"Tujuan kenapa mereka supply bantuan ke Ukraina, karena AS dapat keuntungan luar biasa. Ini dibuat supaya Ukraina lanjut perang dengan Rusia. Makin banyak bantuan diberikan, AS semakin kaya karena bantuan diberikan dalam bentuk kredit."
Beberapa hari lalu, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) AS akhirnya menyetujui bantuan militer baru dari Amerika Serikat senilai miliaran dolar untuk Ukraina.
Langkah yang tertunda ini mendapat banyak perlawanan yang vokal di Kongres dan dibutuhkan kesepakatan bipartisan agar paket senilai US$ 61 miliar ini bisa lolos.
Presiden Joe Biden berbicara tentang “pesan yang jelas” tentang kepemimpinan AS di luar negeri.
Mengekspresikan rasa terima kasihnya, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengatakan: "Demokrasi dan kebebasan akan selalu memiliki arti penting secara global dan tidak akan pernah gagal selama AmerikaSerikat membantu melindunginya."
Bantuan tersebut akan mencegah perang meluas dan menyelamatkan ribuan nyawa, tambahnya.
Tanggapan NATO
Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mengatakan peningkatan bantuan yang signifikan akan melengkapi puluhan miliar bantuan yang diberikan ke Ukraina oleh sekutu Eropa.
"Ukraina berhak mendapatkan semua dukungan yang bisa diperolehnya untuk melawan Rusia," kata Ketua Uni Eropa Ursula von der Leyen dan Charles Michel dalam pernyataan bersama.
Berbicara kepada program Newshour BBC World Service, Oleksandr Merezhko, kepala komite urusan luar negeri Ukraina, menggambarkan pemungutan suara tersebut sebagai “keputusan bersejarah” yang “pasti akan menyelamatkan banyak nyawa warga sipil dan tentara kami”.
Advertisement
Ketergantungan Ukraina Terhadap Barat
Ukraina, yang bergantung pada senjata Barat, sangat membutuhkan bantuan tersebut ketika mereka berjuang untuk menahan serangan pasukan Rusia, yang telah mengalami kemajuan pesat dalam beberapa pekan terakhir.
Tentara Ukraina kehabisan amunisi sehingga mereka harus menjatah peluru artileri di garis depan yang panjangnya lebih dari 1.200 km (745 mil).
Baik Zelensky maupun kepala CIA William Burns mengatakan bahwa Ukraina akan kalah perang tanpa bantuan Amerika Serikat.
Hal ini diperkuat selama enam bulan terakhir dengan pengambilalihan lebih banyak wilayah oleh Rusia, dan sekutu Barat lainnya yang berjuang untuk mengisi kesenjangan yang ditinggalkan oleh Washington.
Konflik Internal AS Terkait Bantuan untuk Ukraina
Sementara itu, konflik terkait bantuan untuk luar negeri sebenarnya terjadi di dalam internal DPR AS.
Ketua DPR dari Partai Republik Mike Johnson mengatakan, dia ingin memaksakan tindakan tersebut, meskipun hal itu membahayakan posisinya.
Kesepakatan tersebut disahkan dengan selisih yang cukup besar -- namun angka-angka tersebut mengaburkan perpecahan partisan yang semakin tajam dalam masalah ini.
Meski seluruh 210 anggota Partai Demokrat memberikan suara mendukung, lebih banyak anggota Partai Republik yang menentang undang-undang tersebut dibandingkan mendukungnya, yaitu 112 berbanding 101.
Hal ini bisa menimbulkan masalah bagi Johnson. Tiga anggota DPR dari Partai Republik telah menyerukan agar dia digulingkan sebagai Ketua.
Meskipun bantuan baru senilai miliaran dolar diperkirakan akan menopang upaya perang Ukraina dalam beberapa bulan mendatang, jika Partai Republik memperoleh lebih banyak kekuasaan di Kongres, maka dukungan lebih lanjut dari AS tampaknya semakin kecil kemungkinannya.
Advertisement