Liputan6.com, Australia - Tahukah Anda bahwa mengontrol perut kembung pada sapi bisa menjadi kunci untuk membantu 'mengekang' pemanasan global.
Penelitian baru menunjukkan bahwa beternak sapi perah agar lebih sedikit kentut – sehingga melepaskan lebih sedikit metana – dapat mengurangi gas rumah kaca.
Advertisement
Tim dari Curtin University Sustainability Policy Institute di Australia menyisir 27 laporan, dan menarik kesimpulan tentang berbagai cara untuk mengurangi emisi metana di sektor susu dan daging sapi di negara tersebut, demikian mengutip dari nypost.com, Rabu (24/4/2024).
Produksi pangan adalah salah satu penyebab utama perubahan iklim dan peternakan menyumbang sekitar 10% emisi gas rumah kaca.
Sebuah penelitian pada tahun 2020 menemukan bahwa sendawa dan kentut dari hewan ternak, serta pengelolaan kotoran merupakan kontributor signifikan terhadap pemanasan global.
Studi terbaru yang diterbitkan dalam jurnal Climate yang menjadi merupakan penelitian pertama yang menunjukkan bahwa mengubah lahan pertanian menjadi hutan atau lahan basah akan menjadi cara yang paling efektif dalam mengurangi gas metana.
Namun, beternak sapi yang tidak banyak mengandung gas juga merupakan sebuah jalan yang perlu ditelusuri.
"Misalnya, mengubah tujuan pembiakan dapat mengurangi produksi metana secara permanen," kata penulis studi Merideth Kelliher.
"Penelitian telah menemukan bahwa sapi dengan emisi rendah memiliki sifat genetik yang dapat diwariskan yang secara signifikan yang dapat mengurangi produksi metana jika dimasukkan dalam tujuan pembiakan nasional," tambahnya.
"Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menentukan sifat-sifat yang harus dibiakkan pada sapi untuk menghasilkan emisi metana serendah mungkin," kata Meredith Kelliher.
Penelitian Sebelumnya
Para peneliti sebelumnya telah mencoba melatih ternak mereka berkemih guna mengurangi efek urin sapi yang mengandung amonia, yang bila bercampur dengan tanah akan menjadi gas rumah kaca dinitrogen oksida.
Pada tahun 2021, tim ilmuwan berhasil melatih sapi perah untuk menggunakan kandang khusus yang disebut MooLoo untuk menjalankan bisnisnya, mendorong mereka untuk buang air kecil di AstroTurf tanpa merusak lingkungan.
Jika ternak menggunakan MooLoo, mereka diberi hadiah air gula. Jika mereka buang air di luar, mereka disemprot air selama tiga detik.
"Beginilah cara beberapa orang melatih anak-anak mereka dengan cara membiarkannya di toilet, menunggu sampai mereka buang air kecil, lalu memberi hadiah jika mereka melakukannya," kata peneliti Lindsay Matthews saat itu.
Sapi-sapi tersebut mengadopsi kebiasaan baru tersebut dengan cepat, dan 11 dari 16 sapi belajar menggunakan MooLoo, yang setara atau lebih unggul dari anak-anak manusia.
"Jika kita dapat mengumpulkan 10 atau 20% urin," peneliti Douglas Elliffe menambahkan, "hal ini akan cukup untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan pencucian nitrat secara signifikan," tambahnya.
Advertisement
Kentut Sapi Bisa Jadi Ancaman Kondisi Bumi, Ini Faktanya
Kentut sapi atau seperti disebut sebagai emisi bovine, merupakan bagian penting yang mengancam eksistensi bagi manusia.
Ancaman itu dikenal sebagai perubahan iklim dan didorong oleh berbagai aktivitas manusia di Bumi.
Memelihara ternak untuk daging adalah salah satu kegiatan yang sering luput dari perhatian, namun menyumbang 18 persen dari emisi gas rumah kaca global.
Inilah sejumlah alasan mengapa Anda harus peduli dengan sendawa dan kentut sapi yang berkaitan dengan perubahan iklim, dikutip dari laman globalcitizen, Senin (29/4/2024):
1. Kentut Sapi Mengandung Metana
Hal yang paling mengkhawatirkan dari saluran pencernaan sapi adalah metana.
Meskipun karbon dioksida adalah penyebab utama perubahan iklim, metana 84 kali lebih kuat dalam hal memerangkap panas di atmosfer.
Selain itu, emisi metana menyebar ke udara dengan cepat, menciptakan efek pemanasan yang lebih cepat daripada gas rumah kaca lainnya.
2. Kentut Sapi dan Hujan Asam
Secara teknis, sebagian besar emisi juga berasal dari sendawa sapi. Sendawa dan kentut bertanggung jawab atas dua pertiga dari amonia yang dilepaskan ke udara.
Amoniak bersifat racun bagi hewan air, berbahaya bagi tanah yang subur, dan berperan penting dalam mengangkut polutan penyebab hujan asam ke atmosfer.
3. Tak Hanya Kentut, Daging Sapi Punya Jejak Karbon
Daging sapi memiliki jejak karbon lebih besar per pon daripada daging populer lainnya: dua kali lebih besar dari domba, enam kali lebih besar dari babi, dan tujuh kali lebih besar dari ayam.
Menurut sebuah penelitian, memproduksi satu kilogram (2,2 pon) daging sapi memiliki efek yang sama terhadap lingkungan seperti mengendarai mobil sejauh 155 mil.
Advertisement