Liputan6.com, Jakarta Harga emas mampu mencetak level tertingi sepanjang masa di tengah tensi geopolitik di Timur Tengah beberapa waktu lalu. Bersamaan dengan itu, nilai tukar rupiah masih loyo. Direktur Utama PT Hartadinata Abadi Tbk (HRTA), Sandra Sunanto mengatakan kondisi ini secara jangka pendek berimbas pada perseroan.
"Kalau kita lihat di jangka pendek, karena harga belum stabil maka penjualan emas akan terpengaruh oleh tren pelemahan rupiah dan spot harga emas di market," kata Sandra dalam paparan publik perseroan, Rabu (24/4/2024).
Advertisement
Meski begitu, Sandra mengatakan dampaknya cenderung minim, berkaca pada kondisi sebelum Lebaran. Sandra menjelaskan saat itu harga emas sempat sentuh posisi tertinggi, sementara nilai tukar rupiah mulai lemah. Pada kondisi tersebut, penjualan perseroan masih naik dari sisi gramasi.
"Sales kita jelang lebaran sedikit terpengaruh tapi masih tunjukkan peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya secara gramasi. Jadi ada dampaknya hanya jangka pendek. Dan meskipun emas sedang tinggi, masyarakat masih melihat emas jadi safe haven yang menjanjikan ke depannya," kata Sandra.
Ke depannya, Sandra mengatakan sentimen industri emas masih memperhitungkan tensi geopolitik Timur Tengah. Namun dia berharap meski harga emas naik, permintaan diharapkan tidak turun. Keyakinan ini didorong tingkat pembelian kembali (buyback) emas HRTA hingga saat ini tidak terlalu besar meksi harga emas sedang tinggi.
Hartadinata Abadi Tadah Cuan saat Momen Lebaran
Sebelumnya, PT Hartadinata Abadi Tbk (HRTA) menadah cuan dari momentum Hari Raya Idulfitri atau Lebaran yang bersamaan dengan kenaikan harga emas dunia. Direktur Utama PT Hartadinata Abadi Tbk, Sandra Sunanto mengatakan, belanja perhiasan akan mulai ramai saat tunjangan hari raya (THR) sudah cair.
"Kita melihat pergerakan harga emas tinggi di 2 minggu terakhir. Sekarang kita baru masuk minggu kedua Ramadan. Biasanya setelah cair THR baru ramai," kata Sandra dalam Konferensi Pers Peluncuran Logo Baru Hartadinata Abadi, ditulis Kamis (21/3/2024).
Meski begitu, Sandra mencermati adanya perubahan pola konsumsi di masyarakat usai pandemi Covid-19. Mulanya, lebih banyak masyarakat membeli produk jadi berupa perhiasan. Namun, saat pandemi COVID-19, pola konsumsi berubah, di mana masyarakat banyak yang mulai membeli emas batangan terutama dengan gramasi kecil.
"Dulu perhiasan jadi salah satu produk yang paling digemari jelang Hari Raya. Mulai pandemi, masyarakat melek dengan menabung emas. Banyak masyarakat mulai membandingkan, lebih untung mana antara memilih produk perhiasan atau menyimpan dalam bentuk emas," beber Sandra.
Advertisement
Emas Tematik
Sandra mengakui, margin keuntungan dari produk perhiasan lebih besar dibanding produk emas batangan. Untuk itu, perseroan berupaya mengoptimalkan penjualan produk emas batangan tematik, seperti tema hari raya.
Seiring dengan kinerja HRTA di pasar ekspor perhiasan emas dan melihat potensi pasar ekspor untuk produk perhiasan emas, HRTA juga berencana untuk melakukan pengembangan pasar ekspor ke beberapa negara di luar India dan UAE yakni Singapura, Vietnam, Amerika Serikat dan Eropa.