Liputan6.com, Jakarta - Ketika suhu meningkat di Gaza, Marah Helles (17) bergabung dengan sejumlah warga Palestina lainnya di tepi laut untuk menenangkan diri dan menikmati hiburan sejenak dari perang yang menghantui kehidupan sehari-hari mereka. Sebagian dari anak-anak terlihat bermain air di tepi pantai.
"Sebagai sebuah keluarga, datang ke pantai adalah perjalanan favorit kami (sebelum perang). Saya dulu sangat menikmati datang ke sini. Tapi sekarang, saya tidak bisa merasakan apapun," kata Helles kepada Middle East Eye, dikutip Rabu, 24 April 2024.
Advertisement
Helles merupakan seorang siswa sekolah menengah dari Gaza, Palestina, yang telah berkali-kali mengungsi sejak perang pecah pada 7 Oktober 2023. Pasukan Israel mengebom rumahnya tahun lalu, memaksa Helles melarikan diri ke Rafah dan kemudian ke Gaza tengah.
Kini, dia berlindung di sebuah sekolah yang penuh sesak di Deir al-Balah, Gaza tengah, dalam kondisi yang memprihatinkan. Dia datang ke pantai terdekat untuk mengalihkan pikirannya sejenak dari kehancuran akibat perang dengan Israel.
"Kami datang ke sini untuk melepaskan depresi dan kesedihan yang kami rasakan. Kami mencoba untuk menghibur diri. Kami kehilangan orang-orang yang kami cintai. Saya kehilangan paman saya," katanya.
"Saya di sini tidak bersenang-senang. Saya tidak akan merasakan kegembiraan sampai saya kembali ke rumah saya."
Warga Palestina yang berlibur sejenak ke pantai, mengundang kemarahan warga Israel. Mereka tidak terima melihat warga Palestina mencari jeda sejenak dari perang.
Israel Masih Jauh dari 'Kemenangan Mutlak'
Pada Rabu, 17 April 2024, sebuah laporan yang diterbitkan oleh Channel 13 Israel menunjukkan rekaman warga Palestina di pantai di Deir al-Balah, ketika suhu melebihi 32 celcius. Rekaman itu dikritik secara online oleh warga Israel, termasuk jurnalis dan menteri. Beberapa di antara mereka melihatnya sebagai bukti bahwa kerusakan yang dibuat Israel di Gaza belum cukup.
Menteri Keamanan Nasional Israel yang berhaluan sayap kanan, Itamar Ben Gvir, menyarankan agar kabinet perang Israel harus "dibongkar" sebagian karena pemandangan warga Palestina di pantai. Gvir menulis di X bahwa di Gaza terdapat "ribuan orang mandi di pantai", sementara di Israel utara, Hizbullah Lebanon "mengambil langkah agresif terhadap kami yang saat ini menyebabkan kami kehilangan pejuang yang terluka".
"Sudah waktunya untuk membongkar kabinet (perang), menghentikan kebijakan inklusi dan proporsionalitas."
Dia mengatakan bahwa selama kebijakan kabinet perang saat ini terus berlanjut, maka "kemenangan mutlak" yang telah menjadi slogan perang Israel, akan "semakin jauh" dari capaian.
Advertisement
Kerusakan Gaza oleh Israel Dinilai Omong Kosong
Dalam unggahan bertajuk "kemenangan mutlak", jurnalis Channel 13 Almog Boker menulis, "Gambar ini membuat tubuh saya sakit. Sementara Pantai Zikim (di Israel selatan, dekat Gaza) dinyatakan sebagai kawasan militer tertutup dan kami penduduknya tidak bisa mendekatinya tanpa pengawalan militer, di sisi lain pagar warga Gaza menghabiskan waktu di pantai dan mandi di laut seolah-olah tidak ada perang."
Seorang komentator pro-Israel menyatakan bahwa orang-orang di Gaza yang bermain-main dan bersenang-senang di pantai menunjukkan bahwa gambaran penderitaan warga Palestina adalah "omong kosong". Yang lain mengaitkannya dengan genosida. "Apakah ini yang dimaksud dengan 'genosida'?" tulisnya.
Faktanya, warga Palestina ke pantai bukan untuk bertamasya. Alih-alih bermain-main dan bersenang-senang, para pengungsi Palestina memilih pergi ke pantai karena kurangnya ruang, air bersih, dan listrik agar tetap sejuk selama cuaca panas.
"Kita menghadapi masalah kepadatan penduduk, masalah kesehatan dan ekonomi serta kekurangan makanan, jadi pantai adalah satu-satunya tempat kita harus melepaskan stres yang kita alami," seorang jurnalis dan aktivis, Nahed Shabat, mengatakan kepada MEE. "Orang-orang datang ke sini untuk mengungkapkan kekhawatiran mereka kepada laut."
Dia mengatakan bahwa menjelang musim panas, tempat penampungan dan kamp darurat menjadi semakin panas. Ketika taman dan ruang terbuka lainnya di Gaza dibom Israel, pantai adalah satu-satunya tempat yang tersisa untuk dikunjungi.
Jadi Satu-satunya Tempat Pelarian di Gaza Selama Musim Panas
Pantai Gaza adalah satu-satunya tempat pelarian bagi orang-orang yang tinggal di sana, terutama selama musim panas. Ketika suhu meningkat tajam, membuat kondisi kehidupan menjadi semakin tidak tertahankan lagi bagi orang-orang yang hidup di bawah blokade Israel yang mencekik.
Mengutip Al-Jazeera pada Rabu, 24 April 2024, banyak keluarga membawa payung dan tempat duduk sendiri, beberapa datang lebih awal untuk mencari tempat-tempat utama di mana mereka dapat mengawasi anak-anak yang keluar masuk ombak. "Laut adalah satu-satunya tempat perlindungan kami di Gaza," kata Umm Khalil Abu al-Khair (43), ibu enam anak.
"Selama liburan musim panas, pemadaman listrik terjadi dalam waktu yang sangat lama, bertepatan dengan gelombang panas tajam yang melanda dunia, dan laut adalah satu-satunya tujuan kami."
Yamen Mohammad (36) mengatakan kepada Al Jazeera pada tahun lalu bahwa dia datang ke pantai untuk "mengucapkan selamat tinggal pada liburan musim panas" bersama anak-anaknya. "Kami tinggal di Jalur Gaza (dan) mencari tempat hiburan untuk menghabiskan waktu jauh dari tekanan hidup dan kemerosotan ekonomi serta pengingat akan agresi berulang-ulang Israel di Jalur Gaza."
Salah satu keinginannya yang paling kuat untuk tahun ajaran baru ini adalah memiliki tahun ajaran yang "tenang, tanpa perang atau eskalasi militer."
Advertisement