Liputan6.com, Jakarta- Hoaks menjadi masalah di tengah perkembangan tekonologi digital. Pasalanya, informasi bohong tersebut dapat menimbulkan damapak negatif, sebab itu perlu dilakukan sejumlah upaya untuk mengatasinya.
Pengamat Telematika Direktur Eksekutif ICT Institute, Heru Sutadi mengatakan, berbicara soal hoaks, sudah menjadi salah satu tugas pemerintah untuk dapat membangun edukasi, dan komunikasi yang efektif kepada masyarakat. Pasalnya, masyarakat cenderung mempercayai informasi yang mereka dapatkan dari sumber-sumber lembaga pemerintah, sehingga edukasi-edukasi seputar hoaks harus selalu dijalankan, mengingat bahwa penyebaran hoaks sangat pesat di media sosial.
Advertisement
Ia menambahkan, berbicara soal hoaks kesehatan yang bukan pertama kalinya terjadi, seperti hoaks nyamuk Wolbachia yang begitu mengemuka, membuat gangguan terhadap kepercayaan publik semakin menurun. Pasalnya orang-orang sudah banyak termakan oleh rumor-rumor palsu tentang nyamuk ini.
"Edukasi Literasi kepada masyarakat tentunya perlu melibatkan banyak pihak, seperti pemerintah sebagai Orkestraktornya, masyarakat yang harus lebih jelih, lebih membaca kembali dan termasuk teman-teman media yang diperlukan juga, untuk bisa memvalidasi suatu informasi, agar bisa memberikan edukasi kepada masyarakat tentang berita atau informasi yang mereka dapatnya di media sosial," ujar Heru dalam dalam Virtual Class, dikutip Kamis (25/4/2024).
Maka dari itu peran masyarakat sangat diperlukan dalam mengajak dan mendorong masyarakat lainnya, agar tidak gampang percaya dengan informasi-informasi simpang siur terkait nyamuk tersebut. Selain dari inisiatif pemerintah, program edukasi dan juga kampanye kesehatan perlu dilakukan.
Penting Literasi Digital dan Mengerti Penggunaan Teknologi AI Bagi Masyarakat
Heru mengatakan literasi masyarakat Indonesia sebenarnya sudah semakin membaik, tetapi masalahnya persoalan baru juga muncul. Karena bagaimanapun yang utama itu adalah teknologi-teknologi baru.
"Dulu kita mengenal basis hoaks itu dari tulisan, di X atau Facebook. Tetapi sekarang sudah menggunakan suara dan wajah orang lain. Jadi tantangannya juga akan lebih bertambah lagi", ujarnya.
Menurut Heru teknologi Artificial Intelligence(AI) bisa menjadi positif, jika kita menggunakannya secara benar. Misal, disatu sisi kita menggunakan AI untuk melawan hoaks. Tetapi di sisi lain pasti ada oknum yang juga memanfaatkan AI, untuk lebih memasifkan penyebaran hoaks, lebih menyebarkan informasi-informasi yang tidak tepat agar masyarakat kebingungan.
"Nah hal seperti ini yang diperlukan adalah literasi, yaitu kebijakan kita dan bagaimana kita menjadi lebih kritis terhadap informasi yang disampaikan, sehingga kita tidak akan sharing ke orang-orang sebelum tau kebenarannya, kalaupun kita share kita akan memberitahu bahwa itu adalah hoaks," ujar Heru.
Advertisement
Tentang Cek Fakta Liputan6.com
Melawan hoaks sama saja melawan pembodohan. Itu yang mendasari kami membuat Kanal Cek Fakta Liputan6.com pada 2018 dan hingga kini aktif memberikan literasi media pada masyarakat luas.
Sejak 2 Juli 2018, Cek Fakta Liputan6.com bergabung dalam International Fact Checking Network (IFCN) dan menjadi partner Facebook. Kami juga bagian dari inisiatif cekfakta.com. Kerja sama dengan pihak manapun , tak akan mempengaruhi independensi kami.
Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan di email cekfakta.liputan6@kly.id.
Ingin lebih cepat mendapat jawaban? Hubungi Chatbot WhatsApp Liputan6 Cek Fakta di 0811-9787-670 atau klik tautan berikut ini.