Liputan6.com, Jakarta Harga emas stabil pada hari Rabu karena premi risiko atas ketegangan di Timur Tengah mereda. Sementara investor menunggu data ekonomi AS, yang akan dirilis minggu ini, yang dapat memberikan petunjuk mengenai jalur suku bunga Federal Reserve.
Dikutip dari CNBC, Kamis (25/4/2024), harga emas di pasar spot naik 0,1% menjadi USD 2,323.92 per ounce, setelah mencapai level terendah sejak 5 April di sesi sebelumnya. Harga emas berjangka AS turun 0,2% menjadi USD 2,336.90.
Harga emas batangan telah jatuh lebih dari USD 100 setelah mencapai rekor tertinggi USD 2,431.29 pada 12 April.
Advertisement
Dolar AS Menguat
Indeks dolar AS menguat 0,2%, membuat emas batangan yang dihargakan dalam greenback kurang menarik bagi pembeli luar negeri.
“Pasar emas dan perak mengalami koreksi seiring dengan meredanya konflik Timur Tengah. Pertanyaan kuncinya adalah apakah koreksi ini akan berubah menjadi tren penurunan harga jangka pendek yang menandakan puncak pasar telah terjadi,” kata Jim Wyckoff, analis senior di Kitco Metals.
“Fokus pasar kembali pada laporan ekonomi dan The Fed. Jika kita melihat data inflasi yang tinggi, maka akan lebih sulit bagi Fed untuk menurunkan suku bunga dan emas bisa turun hingga di bawah USD 2.200," tambahnya.
Data PDB AS
Data produk domestik bruto (PDB) AS akan dirilis pada hari Kamis dan laporan Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE) pada hari Jumat.
Para pedagang sekarang memperkirakan penurunan suku bunga pertama The Fed akan terjadi, kemungkinan besar pada bulan September. Suku bunga yang lebih tinggi mengurangi daya tarik untuk memegang emas yang tidak memberikan imbal hasil.
Dalam jangka panjang, harga emas akan semakin meningkat, dengan tahun 2024 yang merupakan tahun pemilihan umum, konflik geopolitik yang terus berlanjut, dan peningkatan utang AS, kata Jonathan Rose, CEO Genesis Gold Group.
“Bank-bank sentral saat ini memiliki minat yang besar terhadap emas, dan hal ini jelas tidak akan melambat,” tambahnya.
Advertisement