Liputan6.com, Jakarta - Kualitas udara di Jakarta pada Kamis (25/4/2024) pagi ini masuk kategori tidak sehat bagi kelompok sensitif. Hal ini berdasarkan data situs pemantau kualitas udara IQAir.
Pantauan pada pukul 05.38 WIB, indeks kualitas udara (AQI) di Jakarta berada di angka 123 dengan angka partikel halus (particulate matter/PM) 2.5.
Advertisement
Situs pemantau kualitas udara dengan waktu terkini tersebut mencatatkan Jakarta sebagai kota dengan kualitas udara peringkat ke-14 terburuk di dunia pada Kamis pagi.
Adapun kota dengan kualitas udara terburuk di dunia ada pada Delhi, India dengan indeks kualitas udara di angka 177, disusul Hanoi, Vietnam dengan angka 165, dan ketiga ada Kota Beijing, China di angka 162.
Sementara itu, seperti dikutip dari Antara, Sistem Informasi Lingkungan dan Kebersihan Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta menyebutkan bahwa kualitas udara Jakarta secara keseluruhan berada pada kategori sedang.
Kategori kualitas udara tersebut berarti tingkat kualitas udara yang tidak berpengaruh pada kesehatan manusia ataupun hewan tetapi berpengaruh pada tumbuhan yang sensitif, dan nilai estetika.
Angka indeks kualitas udara di sejumlah wilayah Jakarta yang terpantau adalah Bundaran HI (77), Kelapa Gading (77), Jagakarsa (67), Kebon Jeruk (88) dan Lubang Buaya (81).
2 Cara Menko Luhut Atasi Polusi Udara Jakarta
Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan mengungkap dua cara pemerintah dalam mengatasi persoalan polusi udara di wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya. Pertama, pemerintah akan mendorong penggunaan mobil maupun motor listrik di jalanan ibu kota.
"Ini masalah polusi Jakarta, ada dua hal kita buat. Kita mempercepat EV termasuk sepeda motor itu," kata Menko Luhut dalam akun Instagramnya @luhut.pandjaitan dikutip Minggu (14/1).
Kedua, lanjut Luhut, pemerintah akan mendorong penggunaan bahan bakar minyak (BBM) ramah lingkungan. Yakni, BBM jenis Euro4 dan Euro5.
"Ini (BBM ramah lingkungan) supaya sulfurnya rendah. Itu juga akan mengurangi polusi," terangnya.
Luhut menilai persoalan polusi udara di langit wilayah Jakarta dan sekitarnya merupakan permasalahan serius untuk segera diatasi. Mengingat, dampak buruk polusi udara dapat mengancam kesehatan seluruh lapisan masyarakat.
"Kalau polusi ini kan tidak ada pangkat, tidak ada jabatan. Semua orang kena," pungkas Menko Luhut.
Advertisement
Gencar Kampanye Naik Transportasi Umum
Kementerian PPN/Bappenas bersama PT MRT Jakarta meluncurkan kampanye Tujuan Pembangunan Berkelanjutan/ Sustainable Development Goals (TPB/SDGs) di Stasiun MRT Jakarta Bundaran HI, Selasa (12/9/2023).
Menteri PPN/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa, menyampaikan bahwa Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk mencapai agenda global TPB/SDGs di 2030.
Menurutnya, dalam Dekade Aksi yang tinggal tujuh tahun lagi ini, gaung TPB/SDGs harus lebih ditingkatkan agar TPB/SDGs dapat dicapai tepat waktu.
"Moda transportasi umum menjadi salah satu sarana strategis untuk mempromosikan TPB/SDGs dan mendorong gaya hidup berkelanjutan, serta mendukung pengurangan polusi dan emisi,” kata Suharso Monoarfa.
Adapun kampanye TPB/SDGs membidik beberapa tujuan dari TPB/SDGs, yaitu Tujuan 9: Industri, Inovasi dan Infrastruktur; Tujuan 11: Kota dan Pemukiman Berkelanjutan; Tujuan 12: Konsumsi dan Produksi Bertanggung Jawab; Tujuan 13: Penanganan Perubahan Iklim; serta Tujuan 17: Kemitraan untuk Mencapai Tujuan.
Penyumbang Polusi Terbesar di Indonesia
Lebih lanjut, Suharso mengatakan, sejalan dengan prioritas pembangunan nasional, kampanye ini mengangkat beberapa isu, di antaranya penanganan perubahan iklim, mobilitas berkelanjutan dengan transportasi ramah lingkungan, pengelolaan sampah, serta upaya penurunan tingkat polusi.
Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada 2023, penyumbang polusi terbesar di Indonesia adalah sektor transportasi sebesar 44 persen, diikuti industri energi sebesar 31 persen, sektor perumahan dan komersial sebesar 15 persen, serta sektor manufaktur sebesar 10 persen.
Data tersebut menunjukkan penyumbang emisi GRK terbesar di Indonesia adalah sektor energi, salah satunya melalui penggunaan bahan bakar pada transportasi. Pada 2022 tercatat lebih dari 3,7 juta pengguna mobil penumpang dan 17,3 juta pengguna sepeda motor di DKI Jakarta.
Advertisement