Liputan6.com, Jakarta Rekrutmen KAI belakangan menjadi sorotan publik. KAI saat ini membuka lowongan besar-besaran untuk beberapa posisi melalui program Management Trainee dalam Rekrutmen KAI 2024.
Hanya saja, persyaratan yang dicantumkan KAI dalam lowongan kerja tersebut dinilai cukup tinggi. Akibatnya, informasi ini menjadi perdebatan di masyarakat.
Advertisement
Seperti diketahui, beberapa 'Syarat Dewa' yang ada di program ini diantaranya S1 dengan jurusan yang telah ditentukan dan IPK minimal 3,5 (tiga koma lima) serta akreditasi jurusan/program studi pada saat tanggal kelulusan minimal "Unggul (A)" dari BAN-PT atau lembaga yang berwenang. Kemudian kemampuan bahasa inggris yang dibuktikan dengan nilai TOEFL minimal 500.
Ribut-ribut mengenai rekrutmen KAI ini juga mengundang perhatian Mantan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil. Tanggapan ini disampaikan Kang Emil di laman media sosialnya.
Hal ini berawal ada pertanyaan netizen di salah satu komen postingan instagram @ridwankamil.
"Pak emang bener IPK gk ngaruh sama profesi kita?," tanya akun @dika.a*****.
Komenan ini langsung dibalas oleh Ridwan Kamil.
"IPK saya 2,77 lulus ITB. pasti ga bisa kerja di KAI. Tapi buktinya..," balasnya.
Sejak beita ini ditulis, postingan Kang Emil yang ada terdapat komen tetang rekrutmen KAI ini telah disukai oleh 140.973 orang.
Disiapkan untuk Jadi Pemimpin
PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI menetapkan spesifikasi atau kriteria tinggi dalam rekrutmen KAI program Manajemen Trainee tahun ini. Ada alasan yang mendasari perusahaan menetapkan kriteria yang dipandang cukup sulit tersebut.
EVP Corporate Secretary KAI, Raden Agus Dwinanto Budiadji mengungkap, alasannya adalah untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM).
"Tapi ini memang kebutuhan kita, kita ingin desain future leadership, profesional-profesional ke depan yang bergerak di bidangperkeretaapian khususnya operator kereta api," ujar Agus ketika ditemui di Jakarta, Senin (22/4/2024).
"Kenapa? Kita masih kurang sekali tenaga ahli profesional di bidang operator kereta api, dibanding negara-negara lain," imbuhnya.
Bandingkan dengan China
Dia mengambil contoh pengembangan SDM perkeretaapian di China. Dimana sudah lebih banyak SDM yang memiliki kapasitas yang mumpuni. Melalui program Manajemen Trainee (MT) ini, Agus berharap ada peningkatan kualitas SDM di dalam tubuh KAI kedepannya.
Selanjutnya, dilihat dari proses bisnis yang dijalankan KAI semakin berkembang dari waktu ke waktu. Dengan begitu, dibutuhkan tenaga-tenaga ahli baru yang profesional.
"Dengan yang sekarang ini, kebutuhan keahlian itu menjadi kurang. Kenapa kurang, dulu kita berpikir operator itu hanya masalah operation dan maintenance. Sekarang itu perkembangan luar biasa, ada environment, kita enggak punya (ahli) lingkungan yang betul-betul biasanya ngomongin kereta api," jelasnya.
Kemudian, dari sisi teknologi perkeretaapian yang juga berkembang pesat. Ini ditandai dengan lahirnya LRT hingga kereta cepat di Indonesia.
"Harapannya percepatan ini (melalui manajemen trainee) yang kita siapkan orang-orang ini yang nantinya bisa serap lebih cepat manajemen kekinian sesuai standar internasional yang kita pakai," urainya.
Advertisement