Ekspor Indonesia Tumbuh 16,4% di Maret 2024, Terbesar China dan AS

Peningkatan kinerja ekspor nonmigas Indonesia pada bulan Maret (MoM) didorong naiknya permintaan dari sejumlah negara mitra dagang.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 25 Apr 2024, 12:57 WIB
Aktivitas bongkar muat peti kemas di JICT Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (18/10). Penurunan impor yang lebih dalam dibandingkan ekspor menyebabkan surplus neraca dagang pada September 2016 mencapai US$ 1,22 miliar. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Kinerja ekspor Indonesia lanjut menguat 16,40% atau sebesar USD 22,43 miliar pada bulan Maret 2024. Namun, capaian kali ini menandai penurunan 4,19 persen dibanding Maret tahun sebelumnya (YoY). 

Kementerian Perdagangan mencatat, kenaikan ekspor pada Maret 2024 didorong oleh peningkatan ekspor nonmigas sebesar 17,12 persen dan migas 5,62 persen dibandingkan Februari 2024 (MoM).

Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan menjelaskan, kinerja ekspor nonmigas Maret 2024 secara bulanan terbilang baik karena mencatatkan pertumbuhan positif pada seluruh sektor. Pada bulan Maret ini, ekspor sektor industri pengolahan naik signifikan sebesar 21,45 persen, ekspor sektor pertanian naik 16,08 persen, dan sektor pertambangan naik 2,45 persen (MoM).

"Peningkatan harga beberapa komoditas andalan Indonesia di pasar internasional seperti emas, minyak kelapa sawit (CPO), batu bara, dan kakao turut mendongkrak ekspor nonmigas Indonesia di bulan Maret 2024,” kata Zulkifli Hasan, dalam keterangannya di Jakarta, Rabu (25/4/2024).

Mendag mengungkapkan bahwa Tiongkok, AS, dan India menjadi pasar utama ekspor nonmigas Indonesia pada Maret 2024 sebesar USD 8,72 miliar atau kontribusi sebesar 41,22 persen terhadap ekspor nonmigas nasional. 

Peningkatan kinerja ekspor nonmigas Indonesia pada bulan Maret  (MoM) didorong naiknya permintaan dari sejumlah negara mitra dagang. 

Negara-negara mitra dagang ini yakni Swiss (257,58 persen), Singapura (72,26 persen), Kamboja (71,96 persen), Arab Saudi (64,01 persen), dan Bangladesh (63,67 persen). 


Penurunan Eskpor

Petugas beraktivitas di area bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (29/10/2021). Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan neraca perdagangan Indonesia pada September 2021 mengalami surplus US$ 4,37 miliar karena ekspor lebih besar dari nilai impornya. (Liputan6.com/Angga

Namun, juga terjadi penurunan ekspor nonmigas Indonesia ke sejumlah negara. Penurunan ini terjadi untuk ekspor ke Spanyol (40,31 persen), Jerman (26,96 persen), dan Thailand (0,05 persen).

Di tingkat kawasan, peningkatan ekspor nonmigas Indonesia (MoM) terjadi si Asia Tengah (144,63 persen), Karibia (119,42 persen), Afrika Barat (56,82 persen), Eropa Timur (47,53 persen), dan Eropa Barat (40,13 persen). 

Sedangkan penurunan terjadi di kawasan Afrika Timur (22,67 persen), Eropa Selatan (14,71 persen), dan Eropa Utara (14,02 persen).

“Ekspor nonmigas Indonesia ke beberapa kawasan seperti Asia Tengah, Karibia, Afrika Barat, dan Eropa Timur meningkat signifikan pada Maret 2024. Hal ini menunjukkan bahwa pasar nontradisional memiliki potensi untuk peningkatan ekspor nonmigas bagi Indonesia. Kementerian Perdagangan terus berupaya untuk memperluas jangkauan pasar ekspor ke pasar-pasar nontradisional dengan sejumlah terobosan,” jelas Mendag.

Secara kumulatif, total nilai ekspor sepanjang periode Januari–Maret 2024 mencapai USD 62,20 miliar atau turun sebesar 7,25 persen dibanding periode yang sama tahun lalu. Penurunan ekspor tersebut akibat melemahnya ekspor nonmigas sebesar 7,53 persen dan migas yang turun 2,81 persen (YoY) sejalan dengan lemahnya permintaan dari negara mitra dagang Indonesia dan perlambatan perdagangan global yang masih berlangsung.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya