Mengenal Serba-Serbi Electoral College, Sistem Penentu Kemenangan yang Dipakai di Pilpres AS

Sistem pemilihan presiden di Amerika Serikat berbeda dari negara lain termasuk Indonesia. Amerika Serikat menggunakan sistem "electoral college" sebagai cara untuk menentukan presiden. Berikut cara kerjanya.

oleh Najma Ramadhanya diperbarui 24 Okt 2024, 21:13 WIB
Ilustrasi negara Amerika Serikat. Credits: pexels.com by Brett Sayles

Liputan6.com, Washington, DC - Pemilihan presiden Amerika Serikat akan berlangsung pada tanggal 5 November 2024 mendatang.

Namun, kandidat dengan jumlah suara terbanyak belum tentu menjadi pemenang. Hal tersebut karena presiden tidak dipilih secara langsung oleh warga, tetapi oleh apa yang disebut sebagai "electoral college".

Seperti dilansir dari BBC, Kamis (24/10/2024), electoral college ini awalnya dirancang oleh bapak pendiri negara AS. Mereka khawatir bahwa suara populer untuk presiden akan memberikan terlalu banyak kekuasaan kepada negara-negara bagian besar.

Jadi, siapa yang sebenarnya dipilih oleh warga AS saat hari coblos?

Ketika warga AS ikut serta dalam pemilihan presiden bulan November nanti, sebagian besar dari mereka akan memberikan suara untuk salah satu dari dua kandidat presiden dan wakil, dan juga memilih anggota elektor atau electoral.

Lalu, elektor yang terpilih akan memilih presiden dan wakil presiden.

Kata "college" hanya merujuk pada sekelompok orang dengan tugas yang sama, dan orang-orang tersebut adalah elektor.

Setiap empat tahun, para elektor melakukan tugas mereka, beberapa minggu setelah pemilihan presiden umum.

Bagaimana elektor dipilih?

Melansir dari archives.gov, untuk menentukan para elektor di setiap negara bagian, diperlukan sebuah proses yang terdiri dari dua bagian. 

Pertama, partai-partai politik di setiap negara bagian memilih daftar calon elektor beberapa waktu sebelum pemilihan umum. 

Kedua, pada pemilihan umum, warga AS memilih para elektor yang mewakilkan negara bagian mereka. 

 


Cara Kerja Electoral College

Ilustrasi Pilpres AS. (Liputan6.com/ Trie Yasni)

Adapun jumlah elektor dari setiap negara bagian di AS disesuaikan dengan ukuran populasi negara bagian tersebut. Setiap negara bagian mendapatkan jumlah elektor sesuai dengan jumlah legislator yang dimilikinya di Kongres AS (DPR dan Senat).

California memiliki elektor terbanyak, yaitu 55, sementara beberapa negara bagian yang memiliki populasi kecil seperti Wyoming, Alaska, Dakota Utara, termasuk Washington D.C memiliki jumlah minimum tiga.

Secara total, terdapat 538 elektor.

Setiap elektor mewakili satu suara dan kandidat presiden perlu mendapatkan mayoritas suara sekitar 270 atau lebih, untuk memenangkan jabatan presiden.

Biasanya, setiap negara bagian memberikan semua suara elektoral mereka kepada kandidat yang menang dalam pemilihan umum di negara bagian tersebut. Misalnya, jika seorang kandidat memenangkan 50,1% suara di Texas, mereka akan mendapatkan semua suara elektoral dari Texas, yang jumlahnya bisa mencapai 40.

Bahkan jika kandidat menang dengan suara yang besar, mereka akan tetap mendapatkan jumlah suara elektoral yang sama.

Oleh karena itu, seorang kandidat dapat memenangkan pemilihan presiden dengan fokus memenangkan negara-negara bagian tertentu di mana persaingannya ketat, bahkan jika mereka mungkin kalah dalam jumlah suara populer secara keseluruhan di seluruh negara.

Hanya ada dua negara bagian, yaitu Maine dan Nebraska, yang membagi suara electoral college mereka berdasarkan proporsi suara yang diterima setiap kandidat.

Sebagian besar negara bagian secara konsisten memberikan suara untuk partai yang sama setiap pemilihan.

Inilah mengapa kandidat presiden fokus pada "swing states" karena di negara-negara bagian tersebut tidak terafiliasi dengan partai tertentu dan didominasi dengan penduduk independen.

Setiap negara bagian yang mereka menangkan akan membawa mereka lebih dekat ke 270 suara electoral college yang mereka butuhkan.


Serba-serbi Electoral College

Ilustrasi Presiden AS (History in HD/Unsplash).

Apakah bisa seorang capres memenangkan suara mayoritas, tapi tidak terpilih jadi presiden? 

Faktanya, dua dari enam pilpres AS terakhir dimenangkan oleh kandidat yang memiliki lebih sedikit suara dari masyarakat umum dibandingkan pesaing mereka.

Hal ini kemungkinan terjadi pada kandidat yang paling populer di antara pemilih secara nasional, tetapi gagal memenangkan cukup negara bagian untuk mendapatkan 270 suara elektoral.

Pada tahun 2016, Donald Trump memiliki hampir tiga juta suara lebih sedikit dari Hillary Clinton, tetapi memenangkan jabatan presiden karena electoral college memberinya suara terbanyak.

Lalu pada tahun 2000, George W. Bush memenangkan dengan 271 suara elektoral, meskipun kandidat Demokrat Al Gore memenangkan suara populer lebih dari setengah juta.

Hanya tiga presiden lain yang terpilih tanpa memenangkan suara populer, yaitu John Quincy Adams, Rutherford B Hayes, dan Benjamin Harrison, yang semuanya berada di abad ke-19.

Mengapa AS menerapkan sistem electoral college ini?

Saat konstitusi AS disusun pada tahun 1787, pemungutan suara secara nasional untuk memilih presiden tidak mungkin dilakukan, mungkin karena ukuran negara dan juga komunikasi yang sulit.

Oleh karena itu, para perancang konstitusi menciptakan electoral college, dengan setiap negara bagian yang memilih elektor.

Negara-negara bagian yang lebih kecil mendukung sistem ini karena memberi mereka lebih banyak suara daripada pemungutan suara populer secara nasional untuk menentukan presiden.

Electoral college juga disukai oleh negara-negara bagian di selatan, di mana budak pada masa itu membentuk bagian besar dari populasi. Meskipun budak tidak memberikan suara, mereka dihitung sebagai tiga per lima orang dalam Sensus AS.

Karena jumlah suara elektoral ditentukan oleh ukuran populasi negara bagian, negara-negara bagian di selatan memiliki lebih banyak pengaruh dalam memilih presiden daripada suara publik langsung yang akan diberikan kepada mereka.


Mengenai Kewajiban Elektor dan Elektor Palsu

Ilustrasi bendera Amerika Serikat (AFP Photo)

Apakah elektor wajib memilih kandidat yang menang suara populer?

Para elektor di setiap negara bagian dapat memilih kandidat siapa pun yang mereka inginkan, terlepas dari siapa yang dipilih oleh warga. Namun, biasanya, elektor hampir selalu memilih kandidat yang memenangkan suara terbanyak di negara bagian mereka.

Jika seorang elektor memberikan suara yang berlawanan dengan pilihan presiden dari negaranya, mereka disebut "faithless".

Pada tahun 2016, tujuh suara elektoral diberikan dengan cara tersebut, tetapi tidak dihitung karena dianggap tidak setia.

Di beberapa negara bagian, elektor "tidak setia" dapat dikenakan denda atau diadili karena suara mereka atau abstain.

Apa itu elektor palsu?

Pada tahun 2020, ada kasus "elektor palsu" di mana Republik pro-Trump di tujuh negara bagian AS menciptakan elektor mereka sendiri dalam upaya untuk membalikkan hasil pemilihan.

Dalam beberapa kasus, mereka membuat dan menandatangani dokumen yang terlihat resmi di ibu kota negara bagian pada bulan Desember, saat elektor di seluruh negeri bertemu untuk memberikan suara mereka secara resmi.

Beberapa yang terlibat menghadapi penuntutan dan penyelidikan.

Jaksa federal menggambarkan upaya tersebut sebagai "skema korup" yang merusak fungsi pemerintah federal dengan menghentikan penghitungan dan sertifikasi suara elektor Biden.

Apa yang terjadi jika tidak ada kandidat yang mendapatkan suara terbanyak?

Dewan Perwakilan Rakyat, yaitu dewan rendah pembuat undang-undang AS, yang kemudian akan memberikan suara untuk memilih presiden.

Tetapi kasus ini hanya terjadi sekali, ketika pada tahun 1824 empat kandidat membagi suara elektoral dan menolak salah satunya untuk mendapatkan suara terbanyak.

Dengan dua partai yang mendominasi sistem pilpres AS, hal ini tidak mungkin terjadi.

Infografis Hasil Pilpres AS 2020 dan Gugatan Donald Trump. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya