Thailand Buka Peluang Kemitraan dengan Industri Indonesia Lewat Industrial Business Matching

Ekspor, yang merupakan pendorong utama pertumbuhan ekonomi di Thailand, melonjak 10 persen bulan lalu dari tahun sebelumnya menjadi USD 22,64 miliar, laju terkuat dalam 19 bulan terakhir.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 25 Apr 2024, 15:32 WIB
Ilustrasi industri otomotif. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Thailand terus membuka peluang kerjasama perekonomian dengan negara lain, termasuk Indonesia. Perekonomian Thailand diperkirakan akan tumbuh rata-rata sebesar 3,4% per tahun pada tahun 2024-2026, naik dari 2,5% pada tahun 2023 dan mendekati potensi jangka panjang negara tersebut, namun di bawah 3,7% yang terlihat pada dekade sebelum merebaknya wabah Covid-19.

Menurut data yang dirilis Kementerian Perdagangan Thailand, ekspor, yang merupakan pendorong utama pertumbuhan ekonomi negara di Asia Tenggara ini, melonjak 10 persen bulan lalu dari tahun sebelumnya menjadi USD 22,64 miliar, laju terkuat dalam 19 bulan terakhir.

Di tengah pertumbuhan ekonomi yang positif tersebut, maka menjadi penting event “Thailand Industrial Business Matching”, yang diselenggarakan bersama oleh Department of International Trade Promotion (DITP) dan Thai Trade Center (TTC) Jakarta di Kempinski Hotel, Jakarta, 02 Mei 2024.

Di acara tersebut, akan digali secara spesifik, potensi perdagangan dan investasi Thailand dalam industri elektronik, konstruksi, dan peralatan rumah tangga, termasuk AC, refrigeration machine, dan otomotif di pasar Indonesia.

Thailand telah memiliki sektor manufaktur yang matang sejak tahun 1980-an. Meskipun kehadiran perusahaan multinasional asing, sektor industri di negara tersebut tetap menjadi pemain utama di kawasan Asia, terutama di Asia Tenggara. Bagaimana peluang pasar dan potensi kerjasama dengan perusahaan sejenis di Indonesia?

"Thailand Industrial Business Matching" akan memfasilitasi pertemuan langsung antara pengusaha Thailand dan Indonesia untuk mengeksplorasi potensi dan peluang bisnis. Acara ini dihadiri oleh sekitar 20 pengusaha Thailand dari berbagai sektor, terutama industri elektronik dan peralatan rumah tangga, termasuk AC, mesin pendingin, dan otomotif.

Sementara dari Indonesia, event ini didukung pengusaha dari industri terkait, seperti Perkumpulan Industri Kecil dan Menengah Komponen Otomotif (PIKKO) Indonesia, Gabungan Perusahaan Industri Elektronik dan Alat-alat Listrik Rumah Tangga Indonesia (GABEL), serta Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, organisasi pengusaha Indonesia yang bergerak di bidang perekonomian.

"Lanskap industri Thailand menawarkan beragam peluang untuk ekspansi dan kerjasama. Dengan dasar manufaktur yang solid dan keahliannya, Thailand berupaya menjajaki sinergi dengan mitra bisnis di Indonesia guna meningkatkan penetrasi pasar dan memanfaatkan peluang bisnis yang ada,” ungkap Hataichanok Sivara, Direktur Thai Trade Center, Jakarta.

Acara ini juga berfungsi sebagai platform untuk memperkuat aliansi strategis, memfasilitasi dialog antara pemimpin industri, dan menjajaki kerja sama yang lebih mendalam tentang dinamika pasar.

Pihak-pihak terkait dari Thailand dan Indonesia akan berkumpul untuk mengeksplorasi peluang kerja sama, menjajaki potensi pasar, dan merancang strategi untuk memanfaatkan kekuatan masing-masing demi pertumbuhan dan keberhasilan bersama.

 

 


Peluang Industri

Ilustrasi bendera Thailand (AP/Sakchai Lalit)

Beberapa industri yang menyumbang sebagian besar ekspor Thailand. Seperti elektronik dan Potensi Industri AC. Thailand memegang peranan kunci sebagai salah satu eksportir terbesar peralatan listrik dan elektronik (E&E), yang berkontribusi sebanyak 24% dari total ekspornya.

Sektor ini tidak hanya memberikan andil sebesar 10,4% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), tetapi juga menampung 800.000 tenaga kerja secara nasional, dengan kehadiran sekitar 2.500 perusahaan.

Kemudian Thailand menjadi pusat manufaktur suku cadang otomotif dan kendaraan, serta merupakan eksportir terbesar di ASEAN.

Negara ini dikenal sebagai eksportir kendaraan terbesar ke-12 secara global, dengan industri ini menyumbang sekitar 10% dari total PDB.

Hataichanok Sivara, mencatat bahwa dukungan yang diberikan oleh pemerintah terhadap industri otomotif, serta peningkatan penetrasi pasar, akan menjadikan Thailand sebagai destinasi yang menarik bagi produsen kendaraan dan suku cadang otomotif.

 


Perekonomian Thailand dan Industri Konstruksi

Ilustrasi bendera Thailand (AP Photo)

Industri konstruksi telah terbukti menjadi salah satu penopang penting bagi perekonomian Thailand. Pekerjaan konstruksi di Thailand dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu publik dan swasta. Secara umum, sektor infrastruktur menyumbang lebih dari 80 persen dari total kegiatan pembangunan di sektor publik. Selain itu, sektor ini juga mencakup infrastruktur umum lainnya serta pembangunan tempat tinggal untuk pejabat pemerintah.

Volume pasar konstruksi Thailand diperkirakan mencapai USD 26,68 miliar pada 2024, dan diperkirakan akan mencapai USD 34,05 miliar pada tahun 2029, tumbuh dengan compounded annual growth rate (CAGR) lebih dari 5% selama periode perkiraan (2024-2029).

Menurut Hataichanok Sivara, pertumbuhan industri konstruksi sebagian didorong oleh permintaan akan unit hunian. Selain itu, terjadi peningkatan pembangunan pusat perbelanjaan dan restoran di dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Permintaan yang meningkat akan unit hunian juga mendorong peningkatan pasokan kondominium, terutama di wilayah Bangkok dan sekitarnya.

Saat ini, pemerintah Thailand bertujuan untuk membentuk beberapa wilayah menjadi zona ekonomi khusus yang berfokus pada pertumbuhan industri. Kebijakan ini berpotensi menjadi pendorong pertumbuhan konstruksi yang lebih besar di Thailand.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya