HEADLINE: PDIP Sebut Jokowi dan Gibran Bukan Kader Lagi, Sudah Susah Islah?

Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) menegaskan Joko Widodo (Jokowi) dan Gibran Rakabuming Raka bukan lagi kader partai berlogo banteng moncong putih tersebut. Apa artinya pintu islah politik sudah tertutup?

oleh Jonathan Pandapotan PurbaNanda Perdana PutraDelvira HutabaratMuhammad Radityo Priyasmoro diperbarui 26 Apr 2024, 00:00 WIB
Banner Infografis PDIP Sebut Jokowi dan Gibran Bukan Kader Lagi. (Liputan6.com/Abdillah)

Liputan6.com, Jakarta - Hubungan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dengan Joko Widodo (Jokowi) dan Gibran Rakabuming Raka jadi sorotan. Ini setelah PDIP mengungkapkan bahwa Jokowi dan Gibran bukan lagi kader partai berlogo banteng moncong putih tersebut.

Adalah Ketua Dewan Kehormatan PDIP, Komaruddin Watubun, yang buka suara. Komaruddin menegaskan, baik Jokowi maupun Gibran tak lagi bersama PDIP.

"Ah, orang (Jokowi) sudah di sebelah sana, bagaimana mau dibilang bagian masih dari PDI Perjuangan, yang benar saja," ujar Ketua Bidang Kehormatan DPP PDIP Komarudin Watubun di Kantor DPP PDIP, Senin (22/4/2024).

"Gibran itu sudah bukan kader partai lagi. Saya sudah bilang sejak dia ambil putusan itu," kata Komarudin.

Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia (PPI) Adi Prayitno menilai PDIP dan Jokowi sulit islah atau berdamai. Sebab, manuver Jokowi di Pilpres benar-benar bersebrangan dengan partainya sendiri.

"Saya kira sudah wassalam. Luka hati yang ditinggalkan Jokowi dan Gibran ke PDIP cukup mendalam sepertinya. Sangat terlihat sekali PDIP terpukul dan marah besar," kata Adi kepada Liputan6.com, Kamis (25/4/2024).

"Sejauh ini tak ada rumus yang bisa mendamaikan keduanya. Kata 'Maaf' atau keinginan rekonsiliasi pun tak ada artinya lagi untuk mendamaikan kedua belah pihak."

Adi mengatakan hubungan Megawati-Jokowi sulit untuk diperbaiki. Bahkan, kata dia, hubungannya lebih sulit didamaikan daripada Megawati-SBY yang 'tidak akur' sejak 2004.

"SBY saja yang kesalahannya tak terlampau fatal sampai saat ini belum termaafkan, apalagi Jokowi. Sakit hatinya jauh lebih pedih lagi ke Jokowi ketimbang SBY," ucap Adi.

Sementara Direktur Eksekutif Aljabar Strategic Arifki Chaniago mengatakan manuver PDIP yang menyebut Jokowi dan Gibran bukan lagi kader, merupakan langkah partai berlogo banteng moncong putih tersebut untuk melepaskan diri dari sosok Jokowi dan Gibran.

"Kalau soal hubungan, ada potensi bahwa Jokowi dan Mega bakal sama dengan SBY dengan Mega," kata Arifki kepada Liputan6.com, Kamis (25/4/2024).

Arifki mengatakan, Rakernas PDIP bulan depan akan jadi penentuan. Jika Jokowi dan Gibran tidak diundang, maka artinya perpisahan sudah tak terhindarkan. "Selain itu, PDIP juga akan menentukan sikapnya apakah menjadi koalisi atau oposisi," ucap Arifki.


Patah Arang

Presiden Joko Widodo atau Jokowi berpose bersama Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri saat Rakernas PDIP III Tahun 2018 di Badung, Bali, Jumat (23/2). (Liputan6.com/Pool/Biro Pers Setpress)

Pengamat Komunikasi Politik Universitas Esa Unggul, M. Jamiluddin Ritonga, melihat hubungan Jokowi-Gibran dengan Megawati sudah seperti patah arang.

Megawati, kata Jamiluddin, tampaknya sudah menghapus Jokowi dan Gibran dari memorinya dan menutup semua jalur ke arah islah.

"Bagi Megawati, kekecewaannya terhadap Jokowi dan Gibran tampaknya teramat dalam. Ia merasa dikhianati dalam Pilpres 2024 dan itu dilakukan oleh sosok yang selama ini dianggapnya sebagai "anak emasnya"," kata Jamiluddin kepada Liputan6.com, Kamis (25/4/2024).

Menurut Jamiluddin, peluang Megawati berdamai dengan Jokowi dan Gibran sangat kecil. Setidaknya dalam waktu dekat ini Megawati tidak akan membuka jalur damai dengan Jokowi dan Gibran.

"Namun untuk jangka panjang, masih ada celah untuk damai antara Megawati dengan Jokowi dan Gibran. Meskipun peluang itu tampaknya relatif kecil."

Di mata Jamiluddin, hanya sosok Puan Maharani yang dapat menjadi mediator dalam menjembatani Jokowi dan Gibran dengan Megawati. Peluang itu, meskipun kecil, dapat dilakukan Puan mengingat kedekatannya dengan sang ibu. 

"Selain itu, Puan juga sosok yang mengikuti jejak ayahnya Taufik Kiemas yang tak ingin punya musuh politik. Puan sosok yang ingin berhubungan harmonis dengan semua pihak. Keinginan yang kuat merangkul itu menjadi kekuatan Puan untuk mendamaikan ibundanya dengan Jokowi dan Gibran."

"Hanya saja, celah itu tampaknya akan dilakukan Puan setelah suhu politik relatif landai. Dengan begitu suasana emosional sudah menurun, sehingga upaya merangkai kembali hubungan baik ibundanya dengan Jokowi dan Gibran dapat dilakukan lebih rasional."

Infografis PDIP Sebut Jokowi dan Gibran Bukan Kader Lagi. (Liputan6.com/Abdillah)

Respons Jokowi

Ganjar Pranowo, Jokowi dan Megawati (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Presiden Joko Widodo atau Jokowi angkat bicara soal dirinya sudah dianggap PDI Perjuangan (PDIP) bukan bagian dari kader, usai mendukung Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka di Pilpres 2024.

Jokowi menanggapi santai dan menyampaikan terima kasih.

"Ya, terima kasih," ucap Jokowi singkat sembari tersenyum, saat ditemui di ICE BSD Tangerang Selatan, Rabu (24/4/2024).

Sebelumnya, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) melalui Ketua Dewan Kehormatan, Komaruddin Watubun menegaskan bahwa Presiden Joko Widodo (Jokowi) bukan lagi kadernya. Hal itu lantaran saat Pemilu 2024, Jokowi mendukung pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.

Komarudin juga menyayangkan sikap Gibran yang dianggap terlalu reaktif merespons Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto. Komarudin pun mewanti-wanti Gibran agar tak lagi berbohong usai dilantik menjadi Wakil Presiden RI nantinya.

"Tentang sikap mas Gibran saya kira itu terlalu reaktif untuk menanggapi Pak Sekjen. Karena apa yang disampaikan Pak Sekjen itu benar terjadi dan itu benar berbohong, dua kali itu," kata Komarudin.

Menurutnya, justru Gibranlah yang secara terang-terangan berbohong kepada PDIP, bahkan dengan Ketua Umum DPP PDIP Megawati Soekarnoputri.

Komarudin menyampaikan, kebohongan pertama yang disampaikan Gibran yakni kala dirinya dipanggil menemui Hasto dan dirinya di Kantor DPP PDIP.

"Kebetulan yang pertama saya panggil saya dengan Pak Sekjen di lantai 2 ruang pak sekjen dan waktu itu beliau sendiri yang ngomong bahwa dia sadar tahun depan bapaknya tidak presiden lagi. 'Mau kemana lagi saya pasti bersandar di PDI Perjuangan'," tuturnya.

Kebohongan kedua adalah bahwa dirinya akan tetap bersama PDIP saat ditanya Megawati soal pindah partai.

"Kemudian yang di Sekolah Partai, itu juga ada kan rekaman. Itu kan ibu tanya mas Gibran sama Bobby, 'mau tetap di sini apa berpindah partai?' Mas Gibran sendiri maju ke mimbar lalu disampaikan waktu itu tetap bersama PDI Perjuangan," sambung dia.


Respons Gibran

Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka telah memenuhi panggilan Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto dan Ketua Bidang Kehormatan PDIP Komarudin Watubun di Kantor DPP PDIP, Selasa (22/5/2023) (Istimewa)

Wali Kota Solo sekaligus Wakil Presiden Terpilih Gibran Rakabuming Raka tak mempersoalkan jika Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) menganggap Joko Widodo atau Jokowi dan dirinya bukan lagi bagian dari partai tersebut.

"Ya sudah enggak apa-apa," kata Gibran di Balai Kota Solo, Jawa Tengah, Selasa 23 April 2024.

Lalu saat ditanya apakah merasa kecewa dengan PDIP, Gibran tak menjawab. Dia hanya mengatakan tak masalah jika PDIP memecatnya.

"Dipecat juga ndak apa-apa," ucap Gibran.

Kemudian terkait kemana dirinya dan sang ayah, Jokowi akan berlabuh jika tidak lagi bersama PDIP, Gibran enggan menjawab panjang.

"Tunggu saja nanti. Saya tidak tahu ya, tanya ke beliau (rencana pembahasan soal partai baru bersama Jokowi)," kata Gibran.


Airlangga soal Jokowi Tak Dianggap Bagian PDIP Lagi: Sudah Jadi Keluarga Besar Golkar

Presiden Joko Widodo atau Jokowi melakukan pertemuan dengan Ketua Umum Partai Golkar, Airlangga Hartarto di Kompleks Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Sabtu (6/1/2024) (Foto: Humas Partai Golkar).

Ketua Bidang Kehormatan DPP PDI Perjuangan (PDIP) Komarudin Watubun mengatakan, Presiden Joko Widodo atau Jokowi sudah tak dianggap sebagai bagian dari partainya lagi, usai mendukung Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka.

Terkait hal itu, Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto mengatakan, jika Jokowi dan Gibran sudah masuk menjadi keluarga Golkar.

"Bahwa Pak Jokowi itu dekat dengan Partai Golkar, dan kedua Pak Gibran itu mendapatkan mandat dari Partai Golkar melalui mekanisme Rapimnas resmi," kata Airlangga kepada wartawan di Kantor KPU RI, Jakarta, Rabu (24/4/2024).

"Jadi, bagi kami Pak Jokowi dan Mas Gibran itu sudah masuk dalam keluarga besar Golkar. Tinggal tentunya formalitasnya saja," sambungnya.

Airlangga menegaskan, partainya sangat terbuka terhadap Jokowi yang sudah dianggap sebagai kader terbaik bangsa.

"Tentu Partai Golkar selalu terbuka terhadap kader-kader terbaik bangsa ini, dan jelas Pak Presiden, Pak Jokowi adalah kader terbaik bangsa yang sudah bersama Partai Golkar di dalam dua periode beliau," tegasnya.

Kemudian, saat disinggung kursi apa yang akan disiapkan Golkar jika Jokowi benar bergabung dengan partai berlambang pohon beringin tersebut.

Menurutnya, posisi itu nantinya akan diserahkan kepada Jokowi. Apalagi, tidak ada syarat untuk menjadi kader Golkar.

"Kalau posisi tergantung beliau. Karena beliau sekarang milik bangsa. Beliau milik semua partai, dan saya dengarkan tentu pak prabowo juga beliau juga terbuka dengan Pak Presiden," ujarnya.

"(Syarat harus jadi kader sekian tahun) Kalau menjadi anggota kan enggak ada syarat," pungkasnya.

Infografis Ragam Tanggapan PDIP Sebut Jokowi dan Gibran Bukan Kader Lagi. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya