Liputan6.com, Jakarta Astronaut menemukan bakteri di Stasiun Luar Angkasa Internasional atau International Space Station (ISS). Bahkan, bakteri tersebut telah bermutasi dengan cepat.
Melansir laman IFL Science pada Kamis (25/04/2024), bakteri yang telah bermutasi ini berpotensi mengancam hidup manusia di antariksa. Bakteri-bakteri tersebut dibawa ke stasiun luar angkasa oleh astronaut.
Salah satunya adalah Enterobacter bugandensis, spesies bakteri yang oportunis. Enterobacter bugandensis menyebabkan penyakit di tubuh yang sudah terinfeksi penyakit lainnya atau lemah imun.
Baca Juga
Advertisement
Enterobacter bugandensis yang ditemukan di ISS ternyata berevolusi lebih cepat, sehingga sangat berbeda dengan spesies yang sama yang ditemukan di bumi. Selain itu, Enterobacter bugandensis terkenal punya daya tahan yang kuat melawan obat, sehingga beberapa jenis antibiotik sudah tidak mempan membunuhnya.
Sejauh ini, para ahli menemukan lima hingga 13 jenis bakteri ini di ISS sejak 2018. Hasil uji genetika menunjukkan bahwa jenis bakteri yang berkembang di ISS telah bermutasi.
Bakteri ganas ini memiliki susunan dan fungsi yang berbeda dibanding dengan bakteri di bumi. Penemuan ini menunjukkan bahwa bakteri ini dapat beradaptasi dengan lingkungan yang keras dan ekstrem.
bahkan, menimbulkan kekhawatiran tentang potensi risiko kesehatan bagi astronot. Tujuan memahami evolusi bakteri di luar angkasa adalah melindungi kesehatan astronaut yang berpotensi terekspos di ISS.
Dengan mengidentifikasi gen yang bermutasi di lingkungan gravitasi rendah, peneliti bisa mengetahui kelemahan utama bakteri tersebut.
Multi-Drug Resistant
Enterobacter bugandensis adalah bakteri Gram-negatif yang termasuk dalam genus Enterobacter. Bakteri ini pertama kali diidentifikasi pada tahun 2014 dari sampel darah neonatus di Uganda.
Enterobacter bugandensis adalah bakteri berbentuk batang (rod-shaped) dengan panjang 1-5 µm dan diameter 0,5-1 µm. Bakteri ini memiliki flagela, sehingga mampu bergerak sendiri.
Enterobacter bugandensis adalah bakteri fakultatif anaerob, yang berarti dapat hidup dengan atau tanpa oksigen. Bakteri ini memperoleh energi melalui fermentasi dan respirasi aerobik.
Sejak saat itu E. bugandensis telah ditemukan di berbagai lingkungan, termasuk rumah sakit, air, dan tanah. E. bugandensis terkenal karena resistensinya terhadap berbagai macam antibiotik, termasuk karbapenem, aminoglycosides, dan fluoroquinolones.
Resistensi ini menjadikannya sebagai ancaman serius bagi kesehatan manusia, karena infeksi E. bugandensis dapat sulit diobati. Infeksi E. bugandensis dapat menyebabkan berbagai macam gejala, tergantung pada lokasi infeksinya.
Gejala umum termasuk demam, menggigil, berkeringat, kelelahan, nyeri otot, dan nyeri kepala. Pada kasus yang lebih parah, infeksi dapat menyebabkan syok septik dan kematian.
E. bugandensis dapat menular melalui kontak dengan cairan tubuh yang terkontaminasi, seperti darah, urin, atau feses. Penularan juga dapat terjadi melalui kontak dengan permukaan yang terkontaminasi.
(Tifani)
Advertisement