Liputan6.com, Jakarta - Ibadah kurban dilaksanakan pada momen Idul Adha. Penyembelihan hewan kurban dilakukan pada 10-13 Dzulhijjah atau pada Hari Raya Idul Adha hingga tiga hari tasyrik.
Hewan yang boleh disembelih untuk kurban ialah binatang ternak, terdiri dari kambing, domba, unta, sapi, dan kerbau. Kurban kambing/domba diperuntukkan satu orang. Sementara, kurban unta, sapi, atau kerbau untuk tujuh orang.
Melaksanakan ibadah kurban bukan sekadar meneladani ketakwaan Nabi Ibrahim saat menjalankan perintah Allah SWT untuk menyembelih Nabi Ismail. Berkurban termasuk ibadah yang diperintahkan Allah SWT dalam Al-Qur’an.
Baca Juga
Advertisement
"Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkurbanlah.” (Al-Kautsar: 1-2).
Lantas, apa hukum berkurban dan apakah ibadah tersebut dilakukan sekali seumur hidup atau setiap tahun?
Simak Video Pilihan Ini:
Kesunnahan Berkurban
Hukum menyembelih hewan kurban adalah sunnah. Ulama kharismatik KH Yahya Zainul Ma’arif alias Buya Yahya mengatakan, kesunnahan berkurban berlaku setiap tahun bukan seumur hidup sekali. Memandang ibadah kurban cukup sekali dalam seumur hidup adalah pemahaman yang keliru.
“Ketahuilah (berkurban) seperti halnya puasa Arafah disunnahkan setiap bulan Haji tiba, setiap tahun. Maka menyembelih kurban juga dianjurkan setiap tahun,” kata Buya Yahya dikutip dari YouTube Buya Yahya, Kamis (25/4/2024).
“Jadi kapan datang bulan Haji, maka kita disunnahkan menyembelih kurban. Setiap orang satu disunnahkan. Kita boleh menyembelih dari satu, akan tetapi minimal satu orang satu,” lanjutnya.
Advertisement
Upayakan Selalu Berkurban
Buya Yahya mengajak umat Islam berusaha agar setiap tahun selalu berkurban, paling tidak satu orang dalam keluarga ada yang berkurban. Syukur-syukur seluruh anggota keluarganya ikut berkurban.
“Jika kita punya anak lima berarti tujuh sama istri, maka disunahkan menyembelih tujuh (ekor kambing/domba). Kalau tidak enam ekor, kalau tidak lima ekor, kalau tidak empat ekor, atau paling tidak satu. Jangan sampai tidak menyembelih,” tuturnya.
“Sembelih satu untuk diri sendiri baru yang lain diikutkan. Bukan satu (kurban) untuk tujuh orang. Satu untuk sunnah ainiyah, baru yang lain diikutkan menjadi sunnah kifayah. Artinya jangan sampai dari keluarga kita gak menyembelih kurban. Sebisa mungkin menyembelih kurban,” ujar Buya Yahya.
Jika tidak bisa menyembelih kurban, ulama menganjurkan agar pada hari penyembelihan kurban merasa senang. Sebab, menurut Buya Yahya bersenang-senang adalah makna dari ibadah kurban.
“Kurban itu maknanya apa? Menjadikan hari itu orang bersenang-senang. Jadi makan enak dan seterusnya. Hari libur, hari bergembira. Itulah yang diajarkan nabi,” kata Buya Yahya.