Banjir Bandang Tanzania Tewaskan 155 Orang, 10.000 Rumah Rusak

Perdana menteri Tanzania menambahkan bahwa hujan lebat El Nino, disertai angin kencang dan banjir serta tanah longsor di berbagai wilayah di negara itu.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 26 Apr 2024, 14:07 WIB
Banjir di Tanzania. (AFP)

Liputan6.com, Dodoma - Banjir di Tanzania telah menewaskan 155 orang dan menyebabkan sedikitnya 236 orang terluka, kata Perdana Menteri Kassim Majaliwa pada Kamis 25 April 2024.

Lebih dari 10.000 rumah rusak dan lebih dari 200.000 orang terkena dampaknya, kata Majaliwa kepada parlemen Tanzania di ibu kota Dodoma seperti dikutip dari CNN, Jumat (26/4/2024).

Perdana menteri menambahkan bahwa "hujan lebat El Nino, disertai angin kencang dan banjir serta tanah longsor di berbagai wilayah di negara ini, telah menimbulkan dampak buruk."

"Ini termasuk kematian, kerusakan tanaman, properti rumah, infrastruktur seperti jalan, jembatan dan kereta api," papar Majaliwa.

Banjir juga melanda Kenya, yang berbatasan dengan Tanzania di Afrika Timur.

Hingga Selasa (23/4), setidaknya 32 orang tewas akibat banjir di Kenya, menurut Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB (OCHR).

Kenya mengalami hujan deras sejak pertengahan Maret, namun hujan semakin deras selama seminggu terakhir, menyebabkan banjir massal yang berdampak pada sekitar 103.500 orang.

Palang Merah Kenya mengatakan mereka telah melakukan lebih dari 188 penyelamatan sejak awal Maret. Beberapa jalan di ibu kota Kenya, Nairobi, ditutup pada hari Rabu dan beberapa lingkungan masih terendam setelah hujan lebat terjadi seharian. Kenya Railways juga menghentikan layanan kereta komuter secara nasional.


Banjir Bandang Oman Tewaskan 17 Orang, Sekolah Diliburkan

Tangkapan layar dari video menunjukkan banjir melanda Oman bagian utara. (AFP)

Setidaknya 17 orang tewas dalam banjir bandang yang dipicu oleh hujan lebat di seluruh Oman sejak Minggu 14 April 2024, menurut laporan National Committee for Emergency Management (NCEM)/Komite Nasional untuk Manajemen Darurat negara tersebut.

Pada hari Selasa (16/4/2024), seperti dikutip dari CNN, pemerintah menangguhkan pekerjaan pegawai dan pekerja di sektor publik dan swasta di lima provinsi, termasuk Musandam, Al Buraimi, Al Dhahirah, dan Al Dakhiliyah, karena kondisi cuaca tak menentu.

Pemerintah telah mengizinkan karyawan untuk bekerja dari jarak jauh jika memungkinkan.

Sementara pihak berwenang di Oman sedang melakukan "operasi penyelamatan" setelah mengumumkan semua sekolah di enam provinsi termasuk Muscat, ditutup pada hari Senin "karena kondisi cuaca yang tidak stabil," menurut pernyataan UNOCHA pada hari Senin (15/4).

Hujan dengan intensitas sedang diperkirakan akan terjadi di wilayah timur laut dan utara Oman selama beberapa hari ke depan.

Kantor berita resmi Kesultanan Teluk awalnya melaporkan pada hari Minggu (14/4) bahwa sembilan anak sekolah dan tiga orang dewasa lainnya "kehilangan nyawa setelah kendaraan mereka tersapu air banjir yang deras".

Lima orang juga dilaporkan hilang dalam banjir Oman yang melanda wilayah timur laut negara itu.

Oman News Agency (Kantor Berita Oman) melaporkan pada hari Senin (15/4) bahwa mayat seorang anak dan tiga orang lainnya juga telah ditemukan.

Situs ahram.org menyebut badai petir hebat, hujan lebat, dan angin kencang yang dimulai pada Minggu (14/4) telah melanda negara itu, menyebabkan banjir bandang di beberapa wilayah di utara dan timur Oman.

Dewan Menteri Kesultanan mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa mereka "dipenuhi dengan kesedihan" dan "menyampaikan belasungkawa dan simpati yang tulus kepada keluarga dan kerabat siswa sekolah yang baru-baru ini meninggal di Kegubernuran A’Sharqiyah”.

Pada hari Senin (15/4), Kementerian Pendidikan Oman bahkan memutuskan menutup sekolah-sekolah di sebagian besar wilayah sebagai tindakan pencegahan terhadap banjir yang juga mengakibatkan penutupan beberapa jalan.

Puluhan orang yang terdampar berhasil diselamatkan dalam operasi yang dibantu oleh helikopter dari angkatan udara Oman.

Badai diperkirakan akan berdampak pada negara-negara Teluk lainnya, termasuk Bahrain dan Uni Emirat Arab, pada hari berikutnya.

Banjir telah merenggut nyawa tiga anak saat hujan lebat di Oman pada bulan Februari.


Hujan Deras dan Banjir Bandang Melanda Afghanistan, 33 Orang Tewas

Ilustrasi banjir (Dok. Pixabay)

Setidaknya 33 orang tewas setelah hujan deras selama tiga hari dan banjir bandang melanda Afghanistan.

Departemen manajemen kebencanaan pemerintah negara itu menyampaikan hal tersebut pada Minggu (14/4/2024).

"Sejak Jumat (12/4), hujan deras terjadi dan banjir bandang menyebabkan banyak korban baik manusia maupun harta benda," kata juru bicara departemen itu, Janan Sayeq, dikutip dari VOA Indonesia, Senin (15/4).

"Informasi utama menunjukkan bahwa sayangnya, karena banjir itu, 33 orang meninggal dan 27 orang terluka," tambah dia.

Kebanyakan korban disebabkan oleh ambruknya atap. Sekitar 600 rumah rusak atau hancur. Hampir 600 kilometer jalan tersapu banjir dan sekitar dua ribu hektar lahan pertanian terendam banjir, kata Sayeq.

Sekitar 20 dari 34 provinsi di negara itu dilanda hujan sangat deras, yang terjadi setelah musim dingin kering yang tidak biasa, yang membuat lahan menjadi kering dan memaksa petani menunda masa tanam.

Sejak Taliban kembali berkuasa pada 2021, aliran bantuan asing ke negara miskin itu telah berkurang secara drastis, sehingga menghambat respons bantuan terhadap bencana alam.

Setidaknya 25 orang meninggal dalam bencana tanah longsor setelah salju lebat melanda wilayah Afghanistan timur pada Februari. Sekitar 60 orang tewas karena hujan deras tanpa henti selama tiga pekan yang berakhir pada Maret 2024.

PBB tahun lalu memperingatkan bahwa "Afghanistan mengalami perubahan besar dalam kondisi cuaca ekstrem".

Para ilmuwan mengatakan, pola cuaca yang keras didorong oleh perubahan iklim. Dan setelah dicabik-cabik perang selama empat dekade, Afghanistan termasuk dalam negara-negara dengan persiapan yang sangat kurang untuk menghadapi fenomena tersebut.

 


Banjir Bandang Melanda Balochistan Pakistan, Ratusan Orang Kehilangan Tempat Tinggal

Ilustrasi banjir. (dok. pixabay/@hermann)

Sementara itu, Provinsi Balochistan di Pakistan mengalami banjir parah usai wilayah tersebut dilanda hujan deras sepanjang seminggu terakhir.

Situasi masyarakat Baloch yang sudah memburuk kini menghadapi ancaman yang lebih kritis, dikutip dari laman latestly, Minggu (3/3/2024).

Kondisi infrastruktur yang buruk di Balochistan membuat bantuan sulit menjangkau masyarakat.

Saat ini, organisasi hak asasi manusia Baloch dan pekerja sosial adalah satu-satunya harapan bagi masyarakat.

Komite Baloch Yakjehti (BYC) dalam postingan media sosial 'X' menyatakan bahwa "Pemimpin Komite Solidaritas Baloch Dr Mahrang Baloch dan rekan lainnya saat ini berada di Gwadar dan memberikan rincian mengenai situasi banjir"

Postingan tersebut lebih lanjut menyatakan, "Setelah meninjau situasi, tim Komite Solidaritas Baloch mengkhawatirkan kondisi warga dan kelalaian lembaga-lembaga negara telah membuat situasi menjadi lebih serius."

Para pejabat setempat mengatakan, distrik Gwadar mengalami curah hujan sekitar 180 milimeter selama dua hari terakhir, mengganggu kehidupan normal dan menyebabkan ratusan orang kehilangan tempat tinggal.

Puluhan pemukiman dan bangunan komersial runtuh ketika air banjir memasuki rumah-rumah, sementara jalan-jalan rusak parah. Lalu lintas tidak dapat dipulihkan antara Karachi dan Gwadar karena kerusakan yang terjadi pada jalan raya pesisir.

Laporan yang sama lebih lanjut menyatakan bahwa air banjir masuk ke dalam rumah, memaksa banyak keluarga mengungsi ke tempat yang lebih aman.

“Kami telah kehilangan rumah tangga kami yang berharga karena banjir dan rumah kami tidak layak untuk ditinggali,” kata warga.

Sistem saluran pembuangan kota pelabuhan tersedak ketika air banjir masuk dan air limbah mengalir di jalan raya.

Tidak ada sistem drainase air yang tersedia di Gwadar dan hanya beberapa pompa yang berfungsi mengeringkan daerah banjir.

Sistem pasokan air juga terkena dampak buruk dan masyarakat menghadapi kekurangan air minum.

Infografis Banjir Datang, Waspada Klaster Pengungsian. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya