Liputan6.com, Jakarta Cinta tak berbalas kadang-kadang bisa membuat orang tertekan dan membuat mereka berperilaku aneh, tidak seperti orang normal pada umumnya. Seperti yang dilakukan oleh seorang wanita di China. Dia terus menelepon pacarnya 100 kali setiap hari.
Bukan tanpa alasan, ada penyebab mendasar di balik perilaku ekstrem tersebut. Dalam kasus tak biasa itu, wanita tersebut didiagnosis mengidap "otak cinta", dilansir Liputan6.com dari India Times, Jumat (26/4/2024).
Advertisement
Wanita berusia 18 tahun dari China, yang diidentifikasi bernama Xiaoyu, mulai menunjukkan perilaku aneh tersebut pada tahun pertamanya di universitas. Dia dilaporkan ingin terus mendapatkan informasi terbaru tentang keberadaan pacarnya dan komunikasi terus-menerus.
Setelah tidak mendapatkan apa yang diinginkannya, dia akhirnya meneleponnya 100 kali sehari. Tidak mengherankan, perilakunya adalah paku terakhir dalam peti mati dari hubungan yang sudah renggang.
Mengapa dia bersikap seperti itu?
Menurut The South China Morning Post, keadaan telah mencapai titik di mana wanita tersebut melemparkan barang-barang ke dalam rumahnya dan bahkan mengancam akan melukai dirinya sendiri. Khawatir akan keselamatan dirinya dan keluarga, pacarnya akhirnya melaporkan masalah tersebut ke polisi.
Remaja berusia 18 tahun itu akhirnya dirawat di rumah sakit dan setelah menilai kasusnya, dokter merasa dia mungkin menderita gangguan kepribadian ambang. Dia dilaporkan mengancam akan melompat dari balkon, saat itulah polisi turun tangan dan membawanya ke rumah sakit.
Kondisi gangguan kepribadian ambang itu kadang-kadang bisa terjadi bersamaan dengan kondisi lain seperti kecemasan dan depresi.
Advertisement
Apa itu 'otak cinta?'
"Otak cinta" biasanya digunakan secara informal untuk mengkarakterisasi perilaku obsesif dalam hubungan romantis. Du Na, seorang dokter di rumah sakit Xiaoyu, berbagi bagaimana gangguan kepribadian ambang terkadang terjadi bersamaan dengan kondisi lain seperti kecemasan, depresi, dan gangguan bipolar.
Ia menambahkan, kondisi seperti itu juga bisa disebabkan oleh disfungsi keterikatan pada masa kanak-kanak. Meskipun penyebab kelainan ini tidak diketahui pada kasus Xiaoyu, Dr Du menegaskan bahwa kasus parah seperti yang dialaminya memerlukan intervensi medis.