Liputan6.com, Jakarta Kementerian Koordinator Bidang Maritim dan Investasi tengah mendorong pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT), salah satunya energi panas bumi atau geothermal dari sumber dalam negeri.
Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Transportasi Kementerian Koordinator Bidang Maritim dan Investasi, Rachmat Kaimuddin menilai pengembangan energi panas bumi butuh pemasukan investasi. Namun itu bukan perkara mudah, lantaran butuh ongkos tambahan untuk melakukan pencarian sumber.
Advertisement
"Enggak gampang ya, kayak matahari, oh kelihatan geothermal. We have to do something, supaya biaya discovery of resource-nya itu bisa lebih rendah," ujar Rachmat di Kantor Kemenko Marves, Jakarta, Jumat (26/4/2024).
"Tentunya selain transisi, supply chain yang kita lagi dorong juga. Satu hal lagi yang kita perlukan itu bagaimana mengurangi risiko atau the risking untuk pembuatan project-project renewables. Salah satunya adalah dengan memastikan resource-nya dari renewables tadi itu benar-benar bisa untuk bikin power plant-nya," tegasnya.
Butuh Pengeboran
Sebelum bisa dimanfaatkan, Rachmat melanjutkan, perlu dilakukan pengeboran untuk mencari sumber energi panas bumi. Ia lantas mengidentikan proses pencariannya sama seperti risiko eksplorasi penemuan cadangan minyak dan gas bumi (migas).
"Nanti perlu ada drilling-drilling dulu. Karena kalau enggak kan risikonya besar ya. Untuk itu digali jangan sampai nanti dryhole dan sebagainya. Itu untuk mempermudah itu kita lagi pikir how can government of Indonesia bersama partners," ungkapnya.
Sehingga, diperlukan cukup pendanaan yang berasal dari luar anggaran pemerintah untuk bisa menemukan sumber energi panas bumi, yang tantangannya serupa dengan pencarian cadangan migas.
"Mungkin agak mirip dengan oil and gas. You have to take exploration risk. Nah ini yang lagi kita bayangkan, kalau bisa support lewat government drilling programs dengan bantuan dari teman-teman, misalnya seperti JETP dan yang lain-lain ya. Secondary to grand financing untuk melakukan government drilling ini, I think it can reduce a lot of risk," bebernya.
Soal Listrik
Selain itu, dibutuhkan beban listrik dasar (baseload) yang stabil. Setelah itu, perlu adanya jaringan transmisi untuk menyalurkan hasil energi panas bumi.
"Jadi pertama untuk membuat stable network. Karena kan kita ingin punya baseload yang relatively stable. Hari ini yang ada hydro dan geotermal," kata Rachmat.
"Jadi kita lagi bangun set, butuh transmisi everything. And then kita bisa augment itu dengan yang variable renewable. Seperti wind and solar dan storage-nya," tutur dia.
Advertisement