Kisah Komunitas Penggali Kubur di Banjarnegara, Selalu Siap usai Malaikat Maut Jemput Warga

Ikatan Penggali Kubur Kaliurip (IPKK), Desa Kaliurip, Kacamatan Madukara Kabupaten Banjarnegara menjadi pelayan umat di akhir hayat

oleh Liputan6.com diperbarui 27 Apr 2024, 20:30 WIB
Ikatan Penggali Kubur Kaliurip (IPKK), Desa Kaliurip, Kacamatan Madukara, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah. (Foto: Heni Purwono untuk Liputan6.com)

Liputan6.com, Banjarnegara - Komunitas ini tak biasa, tidak semua orang mau, namun sangat dibutuhkan, utamanya di akhir hayat. Ya, nama komunitas ini Ikatan Penggali Kubur Kaliurip (IPKK), Desa Kaliurip, Kacamatan Madukara, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah.

Kamis (25/4/2024) malam, mereka kembali berkumpul di serambi Masjid Al Falah Dusun Krajan, untuk membahas program terdekat. Jumlah mereka cukup banyak, lebih dari 50 orang.

Mereka adalah relawan yang tak kenal jam kerja siang maupun malam. Mereka selalu siap seiring kapan saja malaikat pencabut nyawa atau malaikat maut menjemput warga desa.

Mereka berada di bawah koordinasi Dewan Kemakmuran Masjid Al Falah, yang diketuai oleh Sudibyo, mantan Kepala Desa Kaliurip. Menurut Sudibyo, adanya komunitas ini agar memastikan warga yang terkena musibah kematian terbantu dalam proses pemulasaraan hingga pemakamannya.

“Visi IPKK adalah terlaksananya tata Kelola pemulasaraan jenazah secara paripurna, dengan motto melayani umat sampai akhir hayat,” jelas Sudibyo.

 

Simak Video Pilihan Ini:


Kebutuhan Ambulans

Koordinator IPKK Purwono menambahkan, misi dari IPKK adalah meningkatkan SDM tim pemulasaraan jenazah dan penggali kubur, meningkatkan spiritualitas anggota IPKK, meningkatkan sarana prasarana IPKK dan meningkatkan tata Kelola dan cara pemulasaraan jenazah dengan memperhatikan landasan syariah dan kearifan lokal.

“Kita dalam waktu dekat ingin mengadakan perlengkapan berupa keranda stailis steel dan lainnya yang nilainya Rp15 juta. Alhamdulillah sudah ada Rp9 juta. Juga kita akan membuat tim khusus putra putri yang dididik dan dilatih sehingga dipastikan prosesi pemulasaraan secara syariah,” jelas Purwono.

Selain itu, tambah Purwono, ia juga ingin agar menghilangkan budaya masyarakat yang membuat makanan untuk para penggali kubur. Hal itu menurutnya akan semakin memberatkan keluarga mayit dan juga tidak sesuai dengan syariah.

“Kita sendiri yang akan menyiapkan makanan untuk para penggali kubur. Kita ingin justru keluarga mayit terbantu sepenuhnya di saat mereka tengah berduka. Kita bisa mengoptimalkan donasi dari Masjid Al Falah yang datang dari perantauan dalam dan luar negeri, serta swadaya masyarakat. Bahkan mimpi kita ke depan IPKK dapat memiliki mobil ambulans sendiri untuk melayani masyarakat,” pungkas Purwono.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya