Pentingnya Ungkap Motif Kematian Tidak Wajar Anggota Polisi

Pengamat Kepolisian dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) Bambang Rukminto mengingatkan jajaran kepolisian terkait pentingnya mengungkap motif kematian tidak wajar anggota polisi, sebagai bahan evaluasi terkait pembinaan mental personel Polri.

oleh Jonathan Pandapotan Purba diperbarui 27 Apr 2024, 21:35 WIB
Keluarga Brigadir RAT mendatangi lokasi bunuh diri anaknya di rumah kawasan Mampang, Jakarta Selatan. (Liputan6.com/Ady Anugrahadi)

Liputan6.com, Jakarta - Pengamat Kepolisian dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) Bambang Rukminto mengingatkan jajaran kepolisian terkait pentingnya mengungkap motif kematian tidak wajar anggota polisi, sebagai bahan evaluasi terkait pembinaan mental personel Polri.

Menurut Bambang, sering kali pengusutan kasus kematian tidak wajar anggota kepolisian tidak tuntas dan berhenti hanya pada penyebab kematian, tidak sampai mengungkap motif di baliknya.

“Pengungkapan motif ini penting dilakukan untuk evaluasi pembinaan mental anggota,” kata Bambang dalam keterangannya di Jakarta, Sabtu (27/4/2024) seperti dilansir Antara.

Kasus anggota kepolisian yang meninggal dengan tidak wajar, kembali terjadi. OAnggota polisi Polresta Manado, Sulawesi Utara, Brigadir RAT ditemukan tewas dengan luka tembak di dalam sebuah mobil di Jalan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, dan diduga melakukan bunuh diri.

Bambang mengatakan kejadian di atas merupakan yang ke sekian kalinya. Dan bisa terjadi pada level Tamtama sampai perwira, dari ajudan Kapolda sampai perwira kepala satuan.

“Fenomena seperti ini tentu mengejutkan publik. Bagaimana tidak mengejutkan, seorang personel kepolisian yang dididik dengan mentalitas yang kuat ternyata juga bisa serapuh itu sehingga memutuskan untuk mengakhiri hidupnya,” katanya.

“Pertanyaan yang muncul adalah ada apa dengan pembinaan mental anggota kepolisian kita?” ujar Bambang lagi.


Fenomena

Menurut dia, permasalahan tekanan kerja ataupun psikologis anggota berat adalah fenomena umum yang tidak bisa dijadikan pembenaran perilaku anggota yang mengakhiri hidupnya.

Hal ini, kata Bambang, dapat diartikan ada permasalahan individu pada masing-masing anggota, apakah itu masalah keluarga, fisik bahkan tekanan pinjaman daring (pinjol) seperti juga terjadi pada anggota masyarakat lainnya.

“Menelisik motif kematian anggota itu penting untuk bahan evaluasi, dan itu mendesak dilakukan agar tidak muncul lagi kematian-kematian anggota yang percuma,” kata Bambang.


Bukan yang Pertama

Kasus kematian tidak wajar anggota Polri bukan yang pertama. Pada 1 Mei 2023, Kasat Narkoba Polres Metro Jakarta Timur AKBP Buddy Alfrits Towoliu tewas tertabrak kereta di rel kereta api Stasiun Jatinegara.

Kemudian, pada 22 September 2023, pengawal pribadi Kapolda Kalimantan Utara Brigpol Setyo Herlambang ditemukan tewas di dalam kamar di rumah dinas Kapolda. Juga kasus kematian Bripka Arfan Saragih, anggota Satlantas Polres Samosir diduga bunuh diri dengan cara minum racun sianida, pada Februari 2023.


KONTAK BANTUAN

Bunuh diri bukan jawaban apalagi solusi dari semua permasalahan hidup yang seringkali menghimpit. Bila Anda, teman, saudara, atau keluarga yang Anda kenal sedang mengalami masa sulit, dilanda depresi dan merasakan dorongan untuk bunuh diri, sangat disarankan menghubungi dokter kesehatan jiwa di fasilitas kesehatan (Puskesmas atau Rumah Sakit) terdekat.

Bisa juga mengunduh aplikasi Sahabatku: Atau hubungi Call Center 24 jam Halo Kemenkes 1500-567 yang melayani berbagai pengaduan, permintaan, dan saran masyarakat.

Infografis Vonis Ferdy Sambo Cs Kasus Pembunuhan Berencana Brigadir J. (Liputan6.com/Trieyasni)

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya