Liputan6.com, Jakarta Pada 2013, angka stunting di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat mencapai 41,72 persen. Angka tersebut membuat Cianjur menjadi salah satu daerah dengan kasus stunting yang tinggi. Kini di 2022 angka stunting di sana turun drasatis menjadi 13,6 persen.
Melihat penurunan yang signifikan dalam rentang sekitar delapan tahun bukan cuma satu cara yang dilakukan Cianjur. Ada beragam intervensi untuk menurunkan angka stunting di kabupaten tersebut.
Advertisement
Dukungan anggaran tentu jadi aspek penting yang membuktikan pemerintah daerah punya perhatian pada upaya penurunan stunting. Lalu, mengimplementasikan program-program yang memfokuskan pada peningkatan layanan intervensi stunting membuahkan hasil seperti disampaikan Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kabupaten Cianjur, dr. Nenden Evi Wulandari.
Inovasi program yang dilakukan di Cianjur mulai dari Jufe atau Jumat Minum FE (zat besi), Gebrak Roasting aliasa Gerakan Bersama Aksi Orangtua Asih atasi stunting.
Lalu, ada juga program Permata Kamila yang dilakukan di 32 kecamatan, 47 puskesmas, 157 desa dan 137 pos gizi.Dalam program itu, Nenden mengungkapkan bahwa, makanan yang diberikan dalam intervensi stunting menggandeng Persatuan Ahli Gizi Cianjur untuk menyusun menu yang sesuai dengan target gizi. Sebelum didistribusikan melalui pos gizi, makanan tersebut melalui proses uji coba dan evaluasi (food testing).
Dalam program Permata Kamila, selain pemberian makanan di pos gizi, Dinas Kabupaten Cianjur juga menyelenggarakan edukasi dan konseling gizi.
“Edukasi dan konseling gizi sangat penting agar ibu dapat menerapkan materi yang telah diberikan pada program Permata Kamila sehingga ada perubahan pola makan di rumah yang tadinya hanya nasi dengan kecap saja menjadi makanan lokal yang memiliki nilai gizi,” kata Nenden.
4.371 Anak di Cianjur Capai Status Gizi Baik
Setelah program itu berjalan, 4.371 anak dengan masalah gizi berhasil mencapai status gizi yang normal setelah mengikuti program Permata Kamila. Selain itu, ibu hamil dengan masalah gizi juga berhasil meningkatkan berat badan sesuai dengan target.
“Setelah dilakukan program intervensi, terjadi tren penurunan prevalensi stunting," katanya.
Advertisement
Tentang Stunting
Stunting masih menjadi pekerjaan rumah yang harus segera diturunkan angkanya di Indonesia. Berdasarkan data 2022, angka stunting nasional menyentuh 21,6 persen seperti mengacu pada Survei Status Gizi Indonesia (SSGI). Sembilan tahun sebelumnya amat tinggi mencapai 37,2 persen.
Presiden Joko Widodo menargetkan pada 2024 angka stunting bisa mencapai 14 persen. Ia pun mengakui bahwa angka tersebut memang ambisius.
"Tapi kalau enggak (target 14 persen), kita enggak kerja keras untuk mencapai itu," lanjut Jokowi dalam Rakernas Kesehatan di ICE BSD beberapa waktu lalu.
Stunting adalah kondisi kekurangan gizi kronis yang membuat anak lebih pendek dibandingkan anak-anak lain. Bukan cuma itu, secara intelegensia anak stunting lebih rendah.