Refleksi Desainer Ogieswari lewat Kain Nusantara

Tidak hanya terpaku pada keindahan kain tenun, Ogieswari kemudian menemukan inspirasi baru di Kota Yogyakarta yang kental dengan budaya batik

oleh Liputan6.com diperbarui 28 Apr 2024, 22:03 WIB
Ghies The Label, yang berfokus pada desain casual dan formal bagi pria dan wanita memperkenalkan produk-produk yang memadukan keberagaman warisan budaya Indonesia seperti tenun ikat, songket dan batik dari berbagai daerah di tanah air.

Liputan6.com, Bali - Dalam sorotan industri mode Tanah Air, nama A A Aditiya Yogiswari, atau yang akrab disapa Ogieswari, semakin dikenal sebagai salah satu desainer yang memadukan keindahan kain nusantara dengan gaya busana kontemporer. Sebagai seorang desainer sekaligus pendiri Ghies The Label, Ogieswari telah berhasil mempersembahkan koleksi-koleksi yang memukau.

Ghies The Label, yang berfokus pada desain casual dan formal bagi pria dan wanita memperkenalkan produk-produk yang memadukan keberagaman warisan budaya Indonesia seperti  tenun ikat, songket dan batik dari berbagai daerah di tanah air.

"Awal mula kecintaan saya pada kain nusantara berawal ketika saya mengikuti orangtua yang bertugas di Nusa Tenggara Timur. Di sana, saya mulai terpesona oleh proses pembuatan kain tenun yang unik dan cantik," ujar Ogieswari kepada awak media, Sabtu (27/4/2024).

Tidak hanya terpaku pada keindahan kain tenun, Ogieswari kemudian menemukan inspirasi baru di Kota Yogyakarta yang kental dengan budaya batik. Studi di Yogyakarta membuatnya semakin tertarik untuk menggali lebih dalam tentang makna-makna yang terkandung dalam batik serta proses pembuatannya yang sejatinya membutuhkan pengalaman, keterampilan, dan kesabaran yang tinggi.

Ketertarikan Ogieswari terhadap kain nusantara semakin bertambah saat ia menikah.

"Lama tinggal di perantauan membuat saya terlambat mengenal kain tenun dan songket Bali. Ketika saya menikah dengan adat Bali, secara tidak langsung mengenalkan saya dengan kain tenun ikat (endek) dan songket Bali yang merupakan hasil karya pengrajin daerah asal saya. Keindahan  serta kerumitan dalam proses tenun songket membuat saya lebih mencintai dan menyadari pentingnya melestarikan salah satu warisan budaya ini,” ucapnya.

Perjalanan hidup yang membawa Ogieswari pindah ke Bali juga menjadi pemicu bagi eksplorasi lebih lanjut dalam dunia mode.

"Peraturan daerah di Bali yang mengharuskan penggunaan endek dan pakaian adat pada hari-hari tertentu memotivasi saya untuk mengembangkan kemampuan mendesign saya dengan memproduksi pakaian kerja seperti kemeja dan blazer berbahan dasar endek," ucapnya.

Namun, tantangan sebenarnya muncul saat pandemi melanda. Ogieswari melihat dampak yang signifikan bagi para pengrajin lokal yang terbatas dalam berkarya dan kesulitan untuk menjual produk mereka.

"Saya melihat adanya kesempatan berkolaborasi dengan para pengrajin agar mereka tetap dapat berkarya dan bertahan saat pandemi. Hasilnya bisa terlihat pada produk- produk by ghies yang memadukan keindahan kain tradisional dengan gaya kontemporer," tuturnya dengan antusias.

Dengan semangat dan dedikasi, Ogieswari selalu berusaha untuk  menyumbangkan karyanya  dalam industri mode tanah air, tidak hanya sebagai seorang desainer, tetapi juga sebagai agen perubahan yang memperjuangkan keberlangsungan budaya dan kerajinan lokal.

Melalui inovasi dan kolaborasi yang terus dijalin, Ghies The Label ingin selalu dapat mempersembahkan keindahan kain nusantara dalam setiap karyanya, sekaligus memberikan dukungan bagi para pengrajin tradisional di berbagai daerah di Indonesia untuk terus berkarya 

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya