Liputan6.com, Cilacap - Gempa bumi berkekuatan Magnitudo 6.5 yang kemudian direvisi M6.2 mengguncang Kabupaten Garut, Jawa Barat, Sabtu malam (27/04/2024) 23.29.47 WIB. Gempa ini berpusat di Samudra Hindia, 151 km barat daya Garut.
Berdasarkan laporan dari Pusat Pengendalian dan Operasi (Pusadalops) Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat, sedikitnya sembilan kabupaten dan kota terdampak akibat gempat tersebut.
Lindu juga dirasakan di Serang, Banten, hingga Jawa Tengah dan Yogyakarta.
Baca Juga
Advertisement
BNPB juga melaporkan empat orang mengalami luka-luka akibat gempa tersebut. Data hingga Minggu (28/4/2024) pukul 5.45 WIB, tercatat sebanyak 27 Kepala Keluarga (KK) terdampak gempa Garut.
Gempa di Garut ini bukan kali pertama dan juga bukan yang terbesar. Sebelumnya, gempa-gempa tektonik berbagai skala juga terjadi di sekitar Jawa Barat.
Dalam Islam, gempa merupakan fenomena alam atau sunatullah dan bukan kabar baru. Bumi dan alam semesta akan terus bersiklus untuk menemukan keseimbangan terbaru.
Di sisi lain, gempa juga disebut sebagai tanda kiamat. Lantas, seperti apa karakteristik gempa sebagai tanda kiamat? Simak hadis-hadis berikut ini.
Simak Video Pilihan Ini:
Telah Tertulis di Lauhul Mahfudz
Mengutip laman Islami Liputan6.com, dalam Islam, gempa bumi bukan sekadar fenomena alam. Lebih dari itu, gempa bumi merupakan bentuk tanda kebesaran Allah SWT.
Tak ada satupun yang mampu mencegah gempa bumi selain kehendak-Nya.
Gempa bumi yang terjadi di satu daerah termasuk bencana yang sudah tercatat dalam Lauhul Mahfudz. Hal ini sebagaimana termaktub dalam surah Al-Hadid ayat 22. Allah SWT berfirman:
مَآ أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ فِى ٱلْأَرْضِ وَلَا فِىٓ أَنفُسِكُمْ إِلَّا فِى كِتَٰبٍ مِّن قَبْلِ أَن نَّبْرَأَهَآ ۚ إِنَّ ذَٰلِكَ عَلَى ٱللَّهِ يَسِيرٌ
Artinya: “Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfudz) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.”
Advertisement
Gempa Bumi sebagai Tanda Kiamat
Selain itu, banyaknya gempa bumi juga termasuk tanda kiamat. Dalam sebuah hadis Rasulullah SAW bersabda:
لاَ تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى تَكْثُرَ الزَّلاَزِلُ
Artinya: “Tidak akan tiba hari Kiamat hingga banyak terjadi gempa bumi.” (HR. Bukhari)
Mengutip Muslim.or.id via Liputan6.com, dalam riwayat lain disebutkan bahwa sebelum kiamat akan terjadi gempa bumi dalam waktu yang cukup lama selama beberapa tahun. Dari sahabat Salamah bin Nufail as-Sakuni radhiallahu ‘anhu, beliau berkata,
كُنَّا جُلُوسًا عِنْدَ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. (وَذَكَرَ الْحَدِيْثَ وَفِيْهِ) وَبَيْنَ يَدَيِ السَّاعَةِ مُوتَانٌ شَدِيدٌ وَبَعْدَهُ سَنَوَاتُ الزَّلاَزِلِ
Artinya: “Kami pernah duduk-duduk bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam… (lalu beliau menuturkan haditsnya) dan sebelum Kiamat ada dua kematian yang sangat dahsyat, dan setelahnya terjadi tahun-tahun yang dipenuhi dengan gempa bumi.” (HR. Ibnu Majah, shahih)
Ibnu Hajar Al-Asqalani menjelaskan gempa bumi terjadi hampir di seluruh penjuru bumi. Beliau berkata,
قد وقع في كثير من البلاد الشمالية والشرقية والغربية كثير من الزلازل، ولكن الذي يظهر أن المراد بكثرتها: شمولها، ودوامها
Artinya: “Sungguh gempa banyak terjadi pada negara-negara di utara, timur dan barat, namun yang nampak dari maksudnya lafadz ‘banyak’ adalah mencakup keseluruhan dan terjadi terus-menerus.” (Fathul Bari 31/93-94)
Penulis : Khazim Mahrur / Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul