Kisah Istighfar Penjual Roti, Doa Selalu Dikabulkan hingga Dipertemukan dengan Imam Hanbali

Kisah keutamaan Istighfar dari dikabulkan semua hajatnya hingga dipertemukan dengan ulama besar.

oleh Liputan6.com diperbarui 29 Apr 2024, 05:30 WIB
Ilustrasi roti gandum/credit: pexels.com/debbie

Liputan6.com, Cilacap - Rasulullah SAW dalam beberapa sabdanya membahas tentang keutamaan mengucapkan istighfar. Keutamaan istighfar ini dapat dirasakan, salah satunya oleh penjual roti yang hidup semasa dengan ulama besar, yakni salah seorang Imam mazhab yang bernama Imam Hanbali.

Nama lengkapnya adalah Ahmad bin Hanbal sehingga sering pula disebut dengan Imam Ahmad.

Imam Hambali (dengan ejaan populer-red), merupakan murid Imam Syafi’i yang lahir pada tahun 780 M. Beliau menjadi ulama besar pada saat pemerintahan dinasti Abbasiyah.

Imam Ahmad tersohor sebagai ahli hadis yang telah menghafalkan hadis lebih dari 1 juta hadis. Salah satu karya beliau yang sangat monumental dalam bidang hadis ialah kitab yang berjudul al-Musnad al-Kabir, yang merupakan sebaik-baik kitab penelitian hadis.

Terdapat kisah unik seputar imam mazhab ini. Salah satunya cerita penjual roti yang istiqamah beristighfar, meskipun dirinya sedang membuat roti.

Uniknya kisah ini diceritakan sendiri oleh Imam Hanbali. Berikut ini kisahnya sebagaimana dinukil dari laman subang.kemenag.go.id.

 

Simak Video Pilihan Ini:


Keinginan Kuat Imam Hanbali Pergi Ke Salah Satu Kota di Irak

Imam Hanbali tampak dari samping. (Liputan6.com/Wikimedia Commons)

Imam Ahmad bin Hanbal ra (murid Imam Syafi'i) dikenal juga sebagai Imam Hanbali. Di masa akhir hidup beliau bercerita, "satu waktu (ketika saya sudah usia tua) saya tidak tau kenapa ingin sekali menuju ke salah satu kota di Irak,".

Padahal tidak ada janji sama orang dan tidak ada hajat. Akhirnya Imam Ahmad pergi sendiri menuju ke kota Bashrah. Beliau bercerita "saat tiba disana waktu Isya', saya ikut shalat berjamaah isya di masjid, hati saya merasa tenang, kemudian saya ingin istirahat".

Begitu selesai shalat dan jamaah bubar, imam Ahmad ingin tidur di masjid, tiba-tiba marbot masjid datang menemui imam Ahmad sambil bertanya "kenapa syaikh, mau ngapain disini?". (kata "syaikh" bisa dipakai untuk 3 panggilan, bisa untuk orang tua, orang kaya ataupun orang yang berilmu. Panggilan Syaikh dikisah ini panggilan sebagai orang tua, karena imam Ahmad kelihatan sebagai orang tua).

Marbot tidak tau kalau beliau adalah Imam Ahmad. Dan Imam Ahmad pun tidak memperkenalkan siapa dirinya. Di Irak, semua orang kenal siapa imam Ahmad, seorang ulama besar dan ahli hadis, sejuta hadis dihafalnya, sangat shalih dan zuhud.

Zaman itu tidak ada foto sehingga orang tidak tahu wajahnya, cuma namanya sudah terkenal. Kata imam Ahmad "saya ingin istirahat, saya musafir". Kata marbot, "tidak boleh, tidak boleh tidur di masjid. Imam Ahmad melanjutkan bercerita "saya didorong-dorong oleh orang itu disuruh keluar dari masjid, Setelah keluar masjid, maka dikuncilah pintu masjid.

Lalu saya ingin tidur di teras masjid." Ketika sudah berbaring di teras masjid marbotnya datang lagi, marah-marah kepada Imam Ahmad. "Mau ngapain lagi syaikh?" Kata marbot. "Mau tidur, saya musafir" kata imam Ahmad. Lalu marbot berkata, "di dalam masjid tidak boleh, di teras masjid juga tidak boleh". Imam Ahmad diusir. Imam Ahmad bercerita "saya didorong-dorong sampai jalanan".


Dipertemukan dengan Penjual Roti

Seorang tukang roti Irak menyiapkan roti isi selama bulan suci Ramadan di toko rotinya di sebuah pasar populer di Baghdad (24/5/2019). Baghdad adalah kota terbesar kedua di Asia Barat Daya setelah Teheran, dengan populasinya pada 2003 diperkirakan mencapai 5.772.000. (AFP Photo/Ahmad Al-Rubaye)

Di samping masjid ada penjual roti (rumah kecil sekaligus untuk membuat dan menjual roti). Penjual roti ini sedang membuat adonan, sambil melihat kejadian imam Ahmad didorong-dorong oleh marbot tadi. Saat imam Ahmad sampai di jalanan, penjual roti itu memanggil dari jauh "mari syaikh, anda boleh nginap di tempat saya, saya punya tempat, meskipun kecil".

Kata imam Ahmad "baik". Imam Ahmad masuk ke rumahnya, duduk di belakang penjual roti yang sedang membuat roti (dengan tidak memperkenalkan siapa dirinya, hanya bilang sebagai musafir).

Penjual roti ini punya perilaku tersendiri, kalau imam Ahmad ngajak ngomong, dijawabnya. Kalau tidak, dia terus membuat adonan roti sambil melafalkan istighfar, Astaghfirullah. Saat meletakkan garam astaghfirullah, memecahkan telur astaghfirullah, mencampur gandum astaghfirullah. Selalu mengucap istighfar.

Imam Ahmad memperhatikan terus. Lalu imam Ahmad bertanya "sudah berapa lama kamu lakukan ini?". Orang itu menjawab "sudah lama sekali syaikh, saya menjual roti sudah 30 tahun, jadi semenjak itu saya lakukan". Imam Ahmad bertanya : "apa hasil dari perbuatanmu ini?", orang itu menjawab "(lantaran wasilah istighfar) tidak ada hajat yang saya minta , kecuali pasti dikabulkan Allah. semua yang saya minta ya Allah...., langsung diterima". (memang Nabi saw pernah bersabda :"siapa yang menjaga istighfar, maka Allah akan menjadikan jalan keluar baginya dari semua masalah dan Allah akan berikan rizki dari jalan yang tidak disangka-sangkanya). Lalu orang itu melanjutkan "semua dikabulkan Allah kecuali satu, masih satu yang belum Allah kabulkan".

Imam Ahmad penasaran kemudian bertanya "apa itu?". Kata orang itu "saya minta kepada Allah supaya dipertemukan dengan imam Ahmad". seketika itu juga imam Ahmad bertakbir, "Allahuakbar, Allah telah mendatangkan saya jauh dari Bagdad pergi ke Bashrah dan bahkan sampai didorong-dorong oleh marbot masjid itu sampai ke jalanan karena istighfarmu".. (penjual roti terperanjat, memuji Allah, ternyata yang di depannya adalah Imam Ahmad).

Penulis : Khazim Mahrur / Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya