BMKG Imbau Warga Cek Kondisi Bangunan Pasca Gempa Garut, Ini Alasannya

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan total rumah yang rusak akibat bencana gempa berkekuatan magnitudo 6,2 yang mengguncang Kabupaten Garut, Jawa Barat menjadi berjumlah 110 unit.

oleh Putu Merta Surya Putra diperbarui 29 Apr 2024, 02:14 WIB
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebut sejumlah bangunan rusak akibat gempa yang terjadi di Garut, Jawa Barat. (Foto: BNPB).

Liputan6.com, Jakarta Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan total rumah yang rusak akibat bencana gempa berkekuatan magnitudo 6,2 yang mengguncang Kabupaten Garut, Jawa Barat menjadi berjumlah 110 unit.

Terkait hal ini, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati meminta masyarakat untuk menghindari bangunan yang retak atau rusak diakibatkan oleh gempa.

Dia menuturkan, kepada masyarakat yang rumahnya mengalami kerusakan, rusak sebagian, atau miring akibat terdampak gempa maka dihimbau tidak menempatinya untuk sementara waktu dan dihimbau tinggal di tempat yang lebih aman (kokoh dan stabil).

"Periksa dan pastikan bangunan tempat tinggal apakah cukup tahan gempa, atau tidak ada kerusakan yang dapat membahayakan kestabilan bangunan, sebelum kembali ke dalam rumah," kata Dwikorita dalam keterangannya, Minggu (28/4/2024).

Pasalnya, lanjut dia, ini sebagai bentuk waspada lantaran adanya sejumlah potensi bencana lain usai guncangan gempa bumi berkekuatan Magnitudo 6.2 itu pada Sabtu 27 April 2024.

"Kepada masyarakat kami mengimbau untuk tenang, namun tetap waspada apabila turun hujan baik dengan intensitas sedang hingga lebat. Terutama masyarakat yang bertempat tinggal pada lereng-lereng bukit, perbukitan, gunung, ataupun pegunungan dan daerah aliran sungai, karena berpotensi terjadi longsor dan banjir bandang," ungkap Dwikorita.

Menurut dia, getaran yang terjadi akibat gempa sangat mungkin mengakibatkan lereng-lereng itu menjadi retak-retak atau rapuh, dan apabila terguyur hujan, air hujan yang meresap dikhawatirkan akan mendorong massa tanah dan/atau batuan menjadi longsor.

Curah hujan dengan intensitas sedang hingga lebat, tambah dia, juga dapat mengakibatkan banjir bandang dengan membawa material tanah, bebatuan, dan pepohonan. Karenanya, BMKG meminta masyarakat dan pemerintah daerah untuk mewaspasai potensi bencana ikutan tersebut.


BNPB: Rumah Rusak Akibat Gempa Garut Bertambah Jadi 110 Unit, Korban Luka 8 Orang

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan total rumah yang rusak akibat bencana gempa berkekuatan magnitudo 6,2 yang mengguncang Kabupaten Garut, Jawa Barat menjadi berjumlah 110 unit. Sementara korban luka akibat gempa juga bertambah menjadi 8 orang.

"Hingga Minggu (28/4) pukul 14.00 WIB, total rumah yang terdampak mencapai 110 unit dari yang sebelumnya hanya 27 unit," kata Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari dikutip dari siaran pers, Minggu (28/4/2024).

Adapun rincian berdasarkan tingkat kerusakannya meliputi 3 unit rumah rusak berat (RB), 21 unit rumah rusak sedang (RS), 34 unit rumah rusak ringan (RR), 11 unit rumah terdampak, dan 41 unit rumah rusak.

Dari jumlah tersebut, kerusakan paling banyak terjadi di Kabupaten Garut sebanyak 41 unit rumah, Kabupaten Bandung 24 unit rumah, Kabupaten Sukabumi 17 unit rumah, Kabupaten Tasikmalaya 7 unit rumah, dan Kita Tasikmalaya 5 unit rumah.


Korban Jiwa

Sementara itu, korban jiwa terdampak dari gempa juga mengalami penambahan. Hingga siang ini, korban luka akibat gempa berjumlah 8 orang dan 75 kepala keluarga (KK) terdampak, yang mana jumlah tersebut bertambah dari sebelumnya hanya 27 KK.

Selain tempat tinggal atau rumah bencana ini juga mengakibatkan kerusakan pada bangunan fasilitas publik. Mulai dari, tempat ibadah, sekolah, perkantoran, dan sarana kesehatan atau rumah sakit.

BPBD Provinsi Jawa Barat bersama BPBD kabupaten dan kota yang terdampak yakni Kabupaten Garut, Kabupaten Tasikmalaya, Kota Tasikmalaya, Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Ciamis, Kabupaten Bandung, Kabupaten Pangandaran, Kabupaten Sumedang, dan Kota Banjar masih terus melakukan pendataan dan kajian cepat yang mencakup inventarisasi kerusakan dan penyelamatan warga.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya