Liputan6.com, Jakarta - Mengkoleksi dan menumpuk pakaian bisa menjadi hobi yang menyenangkan. Tetapi hati-hati jika pakaian tersebut dikoleksi tapi tidak dibutuhkan dan tidak dipakai untuk ibadah. Pasalnya kelak akan ada perhitungan atau ada hisabnya.
Ustadz Adi Hidayat atau UAH, menyataan jika saat ini masih banyak oreang yang suka koleksi pakaian, namun tidak dibutuhkan, bahkan tidak dipakai untuk ibadah.
"Coba lihat cara perilaku kehidupan orang Islam sebagian kalau tidak semuanya, sekarang semua pakaian dibeli, semua dikoleksi padahal belum tentu dibutuhkan dan itu akan dihisab," kata UAH, seperti diunggah Youtube channel @YoutubeAwakAtjeh.
Untuk membuktikan perkataannya ia meminta untuk mengecek pakaian mana saja yang tidak pernah untuk ibadah, mana yang tidak pernah digunakan.
"Coba Anda pulang ke rumah, masuk kemudian perhatikan sekelilingnya setelah itu balik ke kamar. Buka lemari pakaian Anda cek, pertanyaan saya satu aja, dari semua pakaian itu pernah enggak ada satu helai pakaian yang belum pernah dipakai ibadah, belum pernah dipakai sholat," katanya.
Baca Juga
Advertisement
Simak Video Pilihan Ini:
Saran UAH untuk Ringankan Hisab Pakaian
"Saran saya segera gunakan itu, nanti kalau anda dihisab minimal pakai itu akan berkata kepada Allah ya Allah saya pernah digunakan untuk sholat oleh orang ini, hisabnya ringan," ujar UAH.
Menurutnya hal yang bisa dipraktikan kedepan, saat beli pakaian baru gunakan untuk sholat atau ibadah. "Ini biasakan Ketika anda mendapatkan sesuatu yang baru pakai dulu untuk ibadah. Ada baju baru gunakan untuk sholat sehingga hak Allah terpenuhi gunakan itu. Jadi hisab anda ringan," tandasnya.
Mengutip Liputan6.com, hisab adalah istilah dalam Islam yang merujuk pada proses perhitungan atau penilaian yang dilakukan oleh Allah atas amal perbuatan manusia. Ini mencakup evaluasi mendalam terhadap tindakan, niat, dan perbuatan seseorang selama hidup mereka.
Kata hisab adalah terdiri dari dua komponen kata, yaitu "al-‘addu" dan "al-muhâsabatu," yang artinya adalah hitungan dan perhitungan. Ini penting diketahui untuk memahami apa itu Yaumul Hisab.
Advertisement
Penjelasan Yaumul Hisab
Yaumul Hisab dalam Islam adalah hari perhitungan atau penghisaban yang akan terjadi pada hari kiamat. Pada saat itu, semua manusia akan dihadapkan pada catatan amal mereka, dan proses hisab akan berlangsung. Setiap perbuatan, baik yang terlihat maupun yang tersembunyi, akan diperhitungkan dengan adil oleh Allah.
Dalam agama Islam, ada yang namanya Yaumul Hisab. Makna kata hisab ini penting diketahui untuk bisa memahami lebih dalam tentang Yaumul Hisab atau Hari Pembalasan. Yaumul Hisab merupakan hari yang ditunggu-tunggu, yakni ketika Allah akan melakukan penghisaban atas semua perbuatan manusia.
“Adapun orang yang diberikan kitabnya dari sebelah kanannya, maka dia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah, dan dia akan kembali kepada kaumnya (yang sama-sama beriman) dengan gembira. Adapun orang yang diberikan kitabnya dari belakang, maka dia akan berteriak “Celakalah aku”. Dan dia akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala.” (QS. Al Insyiqaq ayat 7-12)
Introspeksi diri penting dilakukan sebagaimana dijelaskan sebelumnya. Ini karena setiap individu akan dihadapkan pada catatan amal mereka, baik yang baik maupun yang buruk, dan semuanya akan diungkapkan. Pada hari ini, tidak ada yang bisa tersembunyi dari Allah, dan segala tindakan serta niat yang pernah dilakukan akan menjadi terang-benderang.
Hari ini juga dikenal sebagai "Hari Pembalasan," ketika setiap orang akan menerima balasan sesuai dengan amal-amal baik dan buruk yang telah mereka lakukan selama hidup mereka. Bagi mereka yang telah menjalani kehidupan yang benar dan penuh dengan amal baik, ini adalah saat mereka akan menerima ganjaran dan pahala yang besar dari Allah. Sebaliknya, bagi mereka yang telah melakukan perbuatan jahat dan dosa, Yaumul Hisab adalah saat mereka akan mendapat akibat dan hukuman yang adil atas tindakan mereka.
Hisab atau perhitungan di akhirat, seperti yang dijelaskan dalam jurnal berjudul Percakapan di Dalam Akhirat (2018) oleh Lailatus Suwaybah, dilakukan langsung oleh Allah. Durasi prosesnya bergantung pada amal perbuatan selama hidup. Ketaatan kepada Allah mempercepat perhitungan, sedangkan maksiat membuatnya terasa lama.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda Cingebul