Liputan6.com, Jakarta - Bukan rahasia lagi bahwa keluarga Kekaisaran Jepang krisis pewaris takhta. Berdasarkan Undang-undang Rumah Kekaisaran 1947, pewaris takhta dibatasi pada laki-laki yang memiliki darah kaisar dari pihak ayahnya dan menetapkan bahwa bangsawan perempuan meninggalkan keluarga kekaisaran setelah menikah dengan rakyat jelata.
Kondisi memprihatinkan itu menuai perhatian warga Jepang. Mereka mendukung perubahan, memberi kesempatan bagi perempuan kerajaan masuk dalam garis suksesi. Hal itu tercermin dari poling yang digelar Kyodo News baru-baru ini.
Advertisement
Mengutip Japan Today, Senin (29/4/2024), total 90 persen responden menyatakan bahwa mereka mendukung ide permaisuri berkuasa di Kekaisaran Jepang. Dalam survei tersebut, 72 persen responden mengatakan mereka merasakan 'perasaan krisis' mengenai stabilitas suksesi kekaisaran.
Hasil survei melalui pos yang dilakukan pada Maret dan April menjelang ulang tahun kelima naik takhta Kaisar Naruhito, menunjukkan betapa mayoritas masyarakat menyetujui perluasan hak memerintah bagi perempuan. Diketahui bahwa Kaisar Naruhito hanya memiliki tiga pewaris, yakni saudara laki-lakinya, Putra Mahkota Fumihito (58), keponakannya Pangeran Hisahito (17), dan pamannya Pangeran Hitachi (88). Kaisar dan Permaisuri Masako hanya memiliki satu anak perempuan berusia 22 tahun, Putri Aiko.
Pada 2021, sebuah panel pemerintah yang bertugas mempelajari cara-cara untuk memastikan suksesi kekaisaran yang stabil membatalkan keputusan apakah akan menjadikan perempuan atau anggota matrilineal memenuhi syarat untuk naik takhta. Sebanyak 52 persen responden menyatakan setuju dengan penundaan tersebut, sedangkan 46 persen menyatakan tidak setuju.
Maju Mundur Pembahasan Perempuan Masuk Garis Suksesi
Mengenai diskusi tentang suksesi, 35 persen mengatakan pembicaraan harus dimulai sesegera mungkin. Sebanyak 26 persen lainnya mengatakan masalah ini harus dipertimbangkan secara hati-hati di masa depan, dan 19 persen percaya hal ini harus dilakukan sambil memantau situasi di sekitar Pangeran Hisahito.
Survei juga menyatakan bahwa 84 persen mendukung atau agak mendukung gagasan kaisar yang berasal dari garis keturunan ibu. Jepang diketahui pernah diperintah delapan permaisuri dari garis patrilineal, dengan kaisar perempuan terakhir menduduki takhta pada abad ke-18. Tapi, tidak pernah ada satu pun kaisar dari garis matrilineal di antara 126 kaisar dalam sejarah Jepang.
Survei juga mencari tahu pendapat publik soal memasukkan anggota laki-laki dari bekas keluarga kekaisaran yang dicabut keanggotaannya setelah Perang Dunia II. Hasilnya, sebanyak 74 persen menentang atau agak menentang gagasan yang dilontarkan sebagai sarana untuk mempertahankan suksesi oleh laki-laki di keluarga kekaisaran dari garis ayah.
Pemerintah telah membentuk panel penasihat untuk meminta pendapat para ahli selama bertahun-tahun mengenai masalah suksesi kekaisaran. Namun, pembicaraan mengenai kaisar perempuan terhenti meskipun mendapat persetujuan publik secara luas karena pemerintah dan masyarakat Jepang berpusat pada laki-laki, menurut mantan Hakim Agung Itsuo Sonobe, yang memimpin panel di bawah pemerintahan mantan Perdana Menteri Junichiro Koizumi.
Advertisement
Kekaisaran Jepang Coba Dekat dengan Publik Lewat Media Sosial
Separuh responden yang mendukung gagasan permaisuri menyatakan bahwa perbedaan gender tidak penting dalam peran tersebut. Terlebih, banyak monarki menunjukkan perempuan bisa memegang takhta dalam waktu panjang, seperti mendiang Ratu Elizabeth II dari Inggris dan Ratu Margrethe II dari Denmark yang turun takhta Januari 2024.
Sementara itu, alasan paling umum penolakan terhadap gagasan tersebut, yang dikemukakan oleh 45 persen responden yang menentang konsep tersebut, adalah keyakinan bahwa suksesi laki-laki sesuai dengan budaya. Survei tersebut menunjukkan 67 persen responden agak atau sangat tertarik pada keluarga kekaisaran, turun 8 poin persentase dari survei sebelumnya pada 2020.
Mengenai kritik online dan komentar fitnah yang ditujukan kepada anggota keluarga kekaisaran, 86 persen mengatakan tindakan tersebut melanggar martabat mereka. Tahun lalu, Badan Rumah Tangga Kekaisaran mendirikan kantor hubungan pers formal untuk mengubah jangkauan publiknya dan mempertimbangkan penggunaan media sosial sebagai alat komunikasi, temasuk membuka akun Instagram resmi pada 1 April 2024.
Langkah ini dilakukan setelah agensi tersebut berjuang menghadapi reaksi online yang kritis dan seringkali menyerang mantan putri Mako yang memutuskan menikah dengan kekasihnya di universitas, Kei Komuro, pada 2021. Survei Kyodo terbaru menargetkan 3.000 orang berusia 18 tahun ke atas di seluruh negeri, dan 1.966 di antaranya memberikan tanggapan yang valid. Tingkat responsnya adalah 65,5 persen.
Akun Instagram Kekaisaran Jepang
Mengutip AP, 2 April 2024, Badan Rumah Tangga Kekaisaran, sebuah lembaga pemerintah yang bertanggung jawab atas urusan keluarga, mengunggah 60 foto dan lima video yang menunjukkan penampilan publik Kaisar Naruhito dan Permaisuri Masako selama tiga bulan terakhir. Institusi itu ingin masyarakat memiliki pemahaman yang lebih baik tentang tugas resmi keluarga bangsawan Jepang.
Instagram dipilih karena popularitasnya di kalangan anak muda. Hingga Selasa siang, akun terverifikasi itu sudah mengumpulkan lebih dari 450 ribu pengikut. Meski berharap dianggap lebih terbuka, akun tersebut tidak membuka kolom komentar. Warganet hanya bisa menekan tombol "suka."
Foto pertama yang dipublikasikan adalah potret Kaisar Naruhito dan Permaisuri Masako duduk di sofa bersama putri mereka yang berusia 22 tahun, Putri Aiko. Semuanya tersenyum saat merayakan Tahun Baru. Unggahan lain mencakup pertemuan pasangan Kekaisaran dengan pejabat asing, termasuk Putra Mahkota Brunei Haji Al-Muhtadee Billah beserta istrinya.
Akun media sosial pertama keluarga Kekaisaran Jepang adalah di X, sebelumnya Twitter. Mereka bergabung pada 2009. Saat itu, ayah Naruhito, Kaisar Emiritus Akihito, dan istrinya sangat populer pada masanya.
Advertisement