Liputan6.com, Tokyo - Kaisar Jepang Akihito resmi turun takhta di usianya yang ke-85 tahun pada Selasa, 30 April 2019. Ia menjadi Raja Jepang pertama yang turun takhta dalam lebih dari 200 tahun.
Akihito, yang telah menduduki takhta di Jepang sejak kematian ayahnya, Hirohito, pada tahun 1989, mengatakan bahwa usinya yang sudah tua dan kondisi kesehatannya kala itu akan mempersulitnya dalam melaksanakan tugas.
Advertisement
Kaisar Akihito sebelumnya telah menjalani operasi jantung dan dirawat karena kanker prostat.
Dilansir BBC, Selasa (30/4/2024), Perdana Menteri Shinzo Abe mengumumkan tanggal turun takhta itu tidak lama setelah panel pemerintah dan kerajaan bertemu untuk membahas waktunya.
Penentuan waktu pengunduran diri kaisar, yang pertama dalam lebih dari dua abad, telah menjadi bahan perdebatan di Jepang.
Dewan Rumah Tangga Kekaisaran, yang terdiri dari Abe, anggota parlemen, dan anggota keluarga kerajaan Jepang, sebelumnya berkumpul pada hari Jumat untuk menentukan tanggal turun takhta. Abe kemudian bertemu wartawan sebentar untuk mengumumkan bahwa mereka telah memutuskan kaisar akan mundur pada 30 April 2019.
Segera Digantikan Putranya
Pengunduran diri Akihito akan menandai berakhirnya era Heisei, dan ia akan segera digantikan oleh putranya, Putra Mahkota Naruhito, yang kini menjadi Kaisar Naruhito, pada tanggal 1 Mei, yang akan memulai era kekaisaran baru.
Dalam pidato nasionalnya, Akihito mengatakan dia khawatir jika ia sulit melaksanakan tugasnya, dan menyatakan keprihatinan atas tekanan yang akan menimpa keluarganya dan masyarakat Jepang jika dia jatuh sakit dan meninggal saat berada di atas takhta.
Pernyataannya secara luas ditafsirkan sebagai keinginan untuk turun takhta, yang pada saat itu tidak diatur dalam undang-undang.
Simpati publik pun tumbuh terhadap kaisar, dan pemerintah Jepang mulai memberlakukan undang-undang yang memungkinkan seorang raja mengundurkan diri. Undang-undang ini hanya berlaku sekali saja, dan tidak mengizinkan Naruhito atau penerusnya untuk turun takhta.
Advertisement
Jadi Tokoh Populer di Jepang
Kaisar Akihito lahir pada 23 Desember 1933 dan merupakan putra tertua Kaisar Hirohito, yang memerintah Jepang sejak tahun 1926.
Dilansir History, Akihito lahir dua tahun setelah invasi Jepang ke Manchuria, awal dari keterlibatan kekaisaran Jepang dalam Perang Dunia II. Setelah Perang Dunia II, sebagai bagian dari serangkaian reformasi besar-besaran, negara ini mengadopsi konstitusi baru bergaya Barat, dan monarki menjadi murni simbolis (seperti di Inggris). Meski begitu, Akihito naik takhta setelah kematian ayahnya pada tahun 1989.
Meskipun ia tidak memiliki kekuatan politik, Akihito menjadi tokoh yang sangat populer di Jepang. Berbeda dengan ayahnya yang jarang tampil di hadapan publik, Akihito berupaya untuk membuat keluarga kekaisaran "lebih dekat dengan rakyat."
Ia dan istrinya, Permaisuri Michiko, melakukan kunjungan resmi ke 18 negara dan ke 47 Prefektur Jepang. Ia memberi perhatian lebih setelah bencana gempa bumi, tsunami, dan tragedi lainnya, seperti bencana nuklir Fukushima Daiichi pada tahun 2011.
Sebagai seorang pasifis yang gigih, ia berulang kali menyatakan penyesalan atas tindakan Jepang selama Perang Dunia II.