Liputan6.com, Jakarta Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) menagih janji Presiden dan wakil Presiden terpilih 2024-2029 yakni Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming terkait rencana pembentukan Badan sawit Indonesia.
"Dengan kelemahan bangsa ini yang mudah lupa, maka kita selalu konsisten untuk mengingatkan, kita berterima kasih kepada presiden terpilih yang telah berkomitmen membentuk badan khusus kelapa sawit," kata Wakil Ketua Umum III Gapki Satrija B. Wibawa, dalam konferensi pers pemaparan kinerja industri sawit, Selasa (30/4/2024).
Advertisement
Oleh karena itu, Gapki menyambut baik rencana Prabowo-Gibran tersebut agar bisa terwujud. Menurutnya, jika badan sawit Indonesia terbentuk akan menjawab persoalan industri sawit di tanah air.
"Kita kawal bareng beliau ini mewujudkan badan tersebut. Kalau badan khusus sawit ini terbentuk, apa saja yang disampaikan oleh pak Eddy (Ketua Gapki) itu setidaknya sudah bisa terjawab melalui badan khusus sawit ini," ujarnya.
Demi Hilirisasi
Pembentukan Badan Sawit Indonesia dinilai sejalan dengan program Presiden terpilih, yakni melanjutkan kebijakan nasional hilirisasi, sehingga keberlanjutan kebijakan hilirisasi juga bisa dilakukan pada industri kelapa sawit ke depannya.
"Karena kebutuhan badan sawit Indonesia yang akan dibentuk presiden terpilih itu juga menjawab apa programnya presiden terpilih, antara lain hilirisasi," ujarnya.
Pengusaha sawit tidak ingin hiliriasi terjadi, namun produksi dari hulunya terganggu. Oleh karena itu, Gapki sangat menyambut baik rencana pembentukan Badan Sawit Indonesia.
"Kita tidak ingin hilirisasi terjadi, investor masuk di industri hilir, tetapi pada saat waktunya produksi kekurangan bahan baku. Kebetulan Gapki adalah organisasi pengusaha sawit di sektor hulu. Kita bayangkan saja, indonesia emas 2045 sudah dicanangkan produksi CPO 100 juta ton," pungkasnya.
Kinerja Ekspor Sawit Februari Turun 26,48%, Apa Penyebabnya?
Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Eddy Martono mengatakan, kinerja total ekspor CPO Februari turun 26,48% yaitu dari 2.810 ribu ton pada Januari menjadi 2.166 ribu ton pada Februari 2024.
Secara volume, penurunan terbesar terjadi pada olahan CPO dari 1.933 ribu ton menjadi 1.495 ribu ton (-438 ribu ton), diikuti dengan CPO dari 367 ribu ton menjadi 152 ribu ton (-215 ribu ton), dan oleokimia dari 393 ribu ton menjadi 364 ribu ton (-29 ribu ton). Ekspor olahan PKO naik dari 106 ribu ton menjadi 129 ribu ton (+23 ribu ton).
"Akibat dari penurunan volume yang besar tersebut, nilai ekspor bulan Februari hanya mencapai USD 1.808 Juta, turun dari USD 2.304 Juta pada bulan Januari, meskipun harga CPO cif Rotterdam naik dari USD 958/ton menjadi USD 965/ton," kata Eddy dalam konferensi pers pemaparan kinerja industri sawit, Selasa (30/4/2024).
Ketua Gapki Eddy Martono merinci, penurunan volume ekspor dari Januari ke Februari yang terbesar terjadi untuk tujuan India yakni sebesar 287 ribu ton dari 527 ribu ton menjadi 240 ribu ton (-54,45%), diikuti tujuan Pakistan sebesar 97 ribu ton dari 284 ribu ton menjadi 187 ribu ton (-34,15%) dan tujuan Afrika sebesar 91 ribu ton dari 639 ribu ton menjadi 548 ribu ton (-14,24%).
Kemudian tujuan China sebesar 49 ribu ton dari 375 ribu ton menjadi 326 ribu ton (-13,07%) dan Bangladesh sebesar 43 ribu ton dari 77 ribu ton menjadi 34 ribu ton (-55,84%) dab EU sebesar 27 ribu ton dari 368 ribu ton menjadi 341 ribu ton (-7,34%).
Advertisement
Tujuan Lainnya
Adapun secara YoY hingga Februari 2024 terhadap 2023, ekspor tujuan Pakistan meningkat 54,93% dari 304 ribu ton menjadi 471 ribu ton, tujuan EU naik 2,20% dari 909 ribu ton menjadi 929 ribu ton sedangkan ekspor untuk tujuan China turun 47,37% dari 1.332 ribu ton menjadi 701 ribu ton.
Selanjutnya, untuk tujuan Bangladesh turun 42,78% dari 194 ribu ton menjadi 111 ribu ton, tujuan Afrika turun 19,24% dari 769 ribu ton menjadi 621 ribu ton dan tujuan India turun 17,45% dari 928 ribu ton menjadi 766 ribu ton.
"Dengan stok awal Februari sebesar 3.032 ribu ton, produksi CPO dan PKO 4.252 ribu ton, konsumsi dalam negeri 1.864 ribu ton dan ekspor 2.166 ribu ton, maka stok akhir Februari 2024 diperkirakan sekitar 3.259 ribu ton atau meningkat sekitar 7,49% dibandingkan stok bulan Januari 2024," pungkasnya.