Setiap Perusahaan Perlu Miliki Ruang Laktasi, Dokter Ungkap Kriteria Ideal

Ruang laktasi ini tak dapat dibuat sembarangan, ada kriteria tersendiri yang perlu dipenuhi.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 01 Mei 2024, 08:00 WIB
Setiap Perusahaan Perlu Miliki Ruang Laktasi, Dokter Ungkap Kriterianya. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta Setiap perusahaan perlu menyediakan ruang laktasi agar pekerja atau buruh perempuan bisa memompa ASI dengan tenang dan nyaman.

Ruang laktasi ini tak dapat dibuat sembarangan, ada kriteria tersendiri yang perlu dipenuhi.

Menurut dokter komunitas Ray Wagiu Basrowi, ruang laktasi perlu memenuhi ketentuan teknis dan ketentuan rasio perbandingan dengan jumlah pekerja perempuan.

“Kalau rasio perbandingan pekerja perempuan itu, jadi kalau sudah punya lebih dari 30-40 pekerja perempuan usia produktif maka wajib harus punya satu dedicated room. Bukan hanya pojok laktasi tapi RIM (Ruang Ibu Menyusui),” kata Ray kepada Health Liputan6.com saat ditemui di Jakarta Selatan, Selasa (30/4/2024).

Sementara, aspek teknis yang perlu dipenuhi dalam membuat ruang laktasi ada empat, yakni:

Privasi

Artinya, ruang laktasi khusus dibuat untuk ibu menyusui, bukan ruang multifungsi yang dapat digunakan oleh setiap karyawan dengan tujuan berbeda.

Kelengkapan Peripheral

Kelengkapan peripheral adalah hal-hal atau barang penunjang yang perlu ada dalam ruang laktasi.

“Kelengkapan peripheral itu ada tiga, yang satu adalah dia harus punya sofa dan pendingin. Karena mereka (pekerja) enggak bisa bawa bayi kan, mereka hanya bisa mompa (ASI). ASI-nya baru dipakai saat mereka pulang, harus disimpan di pendingin,” jelas pengajar bidang Kedokteran Kerja di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) itu.

Mesin pendingin standar nasional indonesia (SNI) cukup untuk memenuhi kebutuhan ini. Sementara, sofa harus nyaman ketika dipakai pekerja yang ingin memompa ASI.


Pengairan yang Baik dalam Ruang Laktasi

Dokter komunitas Ray Wagiu Basrowi soal ruang laktasi untuk pekerja perempuan, Jakarta (30/4/2024). Foto: Liputan6.com/Ade Nasihudin.

Hal teknis ketiga yang perlu dipenuhi dalam ruang laktasi adalah sistem pengairan yang baik.

“Perlu pengairan yang baik karena untuk cuci segala macam.”

Penerangan yang Baik

Aspek teknis keempat yang tak kalah penting untuk memenuhi kriteria ruang laktasi adalah penerangan yang cukup.

Jika ruang laktasi sudah ada dan memenuhi kriteria atau standar, maka hal berikutnya yang harus dipikirkan adalah terkait jadwal memompa ASI.

“Pengaturan waktu itu penting di ruang laktasi, waktunya tak boleh terlalu lama, kalau lewat setengah jam, udah ghibah di dalam. Menyusui (memompa) itu perlu hormon, kalau mompa sambil ngobrol itu enggak akan keluar (ASI-nya).”


Fleksibilitas Laktasi

Ibu memompa ASI

Tak lupa, Ray menyampaikan bahwa jadwal memompa ASI juga perlu memerhatikan fleksibilitas.

Pasalnya, ibu menyusui memproduksi ASI secara terus-menerus. Dan, waktu pengosongan payudara hingga penuh kembali dengan ASI membutuhkan waktu dua jam.

“Nah, kalau perusahaan hanya mengizinkan seorang pekerja hanya memompa ASI saat jam makan siang saja, itu berarti terganggu (laktasinya), karena mekanisme pengosongan payudaranya enggak jalan.”


ASI Rembes Bikin Ibu Tak Nyaman

Ketika payudara tak dikosongkan lebih dari dua jam, maka ASI akan keluar dan rembes. Hal ini dapat membuat ibu tak nyaman selama menjalani pekerjaan.

“Laktasi itu kan dipengaruhi oleh hormon, yang namanya prolaktin dan oksitosin itu keluar terus karena diproduksi. Nah, begitu enggak dipompa atau dikeluarkan, justru yang diumpan balik itu hormon stres, kortisol dan lain-lain.”

“Jadi, udah enggak nyaman, hormon stres naik, enggak bisa produktif. Itu sebabnya penelitian membuktikan, pekerja yang tidak berhasil memberikan ASI eksklusif selama bekerja itu 1,5 kali lebih tidak produktif,” pungkas Ray.

Infografis Jangan Ragu, Vaksin Covid-19 Aman untuk Ibu Menyusui. (Liputan6.com/Niman)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya