Liputan6.com, Khartoum - Selain perang Rusia vs Ukraina dan Israel vs Hamas di Gaza, perang juga berkecamuk di Sudan. Kondisi sulit pun melanda negara terbesar di Afrika itu.
Adalah keluarga Lina Mohammed Hassan yang memutuskan mengambil tindakan ekstrem untuk bertahan hidup saat kelaparan melanda, di tengah perang yang telah berlangsung selama setahun di Sudan.
Advertisement
"Anak-anak sedang mengumpulkan daun pohon dan memakannya. Mereka mengambil daun mangga dan memakannya. Sepupu saya berjalan ke samping sekolah dan mengumpulkan daun pohon, memasaknya, dan memakannya, karena kami tidak tahu apakah kami akan punya makanan untuk sarapan," kata Hassan seperti dilansir VOA Indonesia, Rabu (1/5/2024).
Hassan tinggal di lingkungan Banat di Khartoum, terjebak di antara militer Sudan dan lawannya, Pasukan Dukungan Cepat (RSF). Pada bulan Februari lalu, dia berhasil melarikan diri ke bagian lain kota yang dikuasai oleh pihak militer.
Namun orang-orang masih terjebak di belasan distrik di Khartoum.
Jaringan Sistem Peringatan Dini Kelaparan, sebuah otoritas global mengenai kerawanan pangan, melaporkan pada bulan Maret bahwa wilayah Khartoum berada pada "risiko kelaparan."
Kelaparan Menyebar ke Seluruh Negeri
Kelaparan tidak hanya dialami oleh warga ibu kota.
Sementara konflik antara militer dan RSF tidak menunjukkan tanda-tanda mereda, kelaparan menyebar ke seluruh negeri. Di beberapa kamp pengungsian di Darfur Utara, sejumlah warga, petugas medis dan pekerja bantuan mengatakan orang-orang terpaksa memakan tanah dan dedaunan.
Klasifikasi Fase Ketahanan Pangan Terpadu menemukan bahwa hampir 18 juta orang di Sudan, atau lebih dari sepertiga populasinya, menghadapi "kerawanan pangan akut tingkat tinggi".
Pemantau kelaparan yang diakui secara global itu mengatakan bahwa dari kelompok ini, hampir lima juta orang berada satu langkah di ambang kelaparan.
Tindakan segera diperlukan, katanya pada bulan Maret, untuk mencegah "kematian yang meluas dan hilangnya mata pencaharian serta mencegah krisis kelaparan yang parah di Sudan."
Advertisement
Sudan Kurang Dapat Perhatian Internasional
Meskipun krisis pangan semakin parah, situasi di Sudan kurang mendapat perhatian internasional dibandingkan keadaan darurat kemanusiaan di tempat lain seperti Gaza dan Ukraina.
Sementara itu, warga dan LSM medis Doctors Without Borders mengatakan banyak orang sudah sekarat karena penyakit dan kekurangan gizi – yang disebut oleh sebagian pengamat sebagai "perang yang terlupakan."
Laporan PBB: 800 Ribu Orang di Sudan Hadapi Ancaman Serius Akibat Konflik
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperingatkan bahwa sekitar 800.000 orang di sebuah kota di Sudan berada dalam ancaman yang sangat serius dan mendesak seiring dengan eskalasi kekerasan yang semakin parah. Para pejabat tinggi PBB memperingatkan Dewan Keamanan pada Jumat (19/4/2024) bahwa situasi tersebut bisa memicu konflik antarkomunitas yang berdarah di seluruh Darfur.
Satu tahun yang lalu, terjadi konflik berskala besar di Sudan antara tentara Sudan (SAF) dan Pasukan Dukungan Cepat (RSF) paramiliter, yang mengakibatkan krisis pengungsian terbesar di dunia.
Advertisement