Liputan6.com, Jakarta - Ada sebuah kisah yang menceritakan, bahwa ada ruh yang diperlakukan spesial oleh malaikat. Ruhnya diambil ditempatkan di kain kafan yang putih bersih dan dibaluri minyak wewangian dari surga.
Bisa dibayangkan betapa spesialnya ruh tersebut, ruh siapakah itu?
Seperti diketahui, alam kubur atau barzakh dianggap sebagai fase antara kematian dan hari kebangkitan di akhirat. Pada fase ini, manusia akan mengalami dua jenis pengalaman utama, yaitu kenikmatan surga dan siksa kubur, berdasarkan amal perbuatan mereka di dunia.
Pertama, kenikmatan surga diperuntukkan bagi orang-orang yang menjalani kehidupan yang saleh dan taat kepada Allah SWT. Mereka akan diberikan pengalaman yang luar biasa dari keindahan surga sebagai balasan atas amal kebaikan yang telah mereka lakukan.
Pengalaman ini mencerminkan kebahagiaan dan kepuasan yang tak terbayangkan, sebagai puncak dari kesetiaan dan ketakwaan mereka kepada Allah SWT.
Baca Juga
Advertisement
Simak Video Pilihan Ini:
Jasad Orang Semerbak Wangi
Namun, bagi orang-orang yang melakukan dosa dan maksiat di dunia, mereka akan mengalami siksa kubur sebagai hukuman atas perbuatan buruk mereka. Siksa kubur dianggap sebagai pengalaman yang sangat mengerikan dan pedih, sebagai konsekuensi dari ketidakpatuhan terhadap perintah Allah SWT dan ketidakpedulian terhadap nilai-nilai moral.
Menukil jabar.nu.or.id diceritakan, hamba yang beriman, ketika akan meninggalkan alam dunia, ditemui rombongan malaikat langit. Lagi pula, malaikat yang menemuinya juga tampak dalam rupa yang terbaik dan berpakaian yang terbaik. Wajah mereka juga ceria, bercahaya, dan berseri-seri.
Di tangan mereka tampak kain kafan dan minyak wangi dari surga yang akan dipergunakan untuk membungkus dan membalur ruh si hamba mukmin tadi.
Karenanya, tak heran jika ada seorang hamba yang jasadnya semerbak wangi setelah meninggalnya. Itu menunjukkan bahwa hamba tersebut termasuk hamba mukmin yang ruhnya dimasukkan kain kafan yang sudah dibalur minyak wangi para malaikat tadi. Kejadian wanginya jasad seorang hamba mukmin juga dialami langsung oleh Baginda Nabi SAW ketika menjalani perjalanan Isra Mi’raj. Olehnya tercium satu aroma yang sangat wangi.
Karena penasaran, beliau bertanya kepada malaikat Jibril. Dijawab oleh malaikat Jibril, itu adalah aroma wangi yang keluar dari kuburan Siti Masyithah, seorang perempuan yang merawat anak-anak Firaun. Dan demi mempertahankan akidah dan keimanannya kepada Allah, Masyithah rela dihukum oleh Firaun dengan cara dimasukkan ke dalam minyak panas bersama anak-anaknya hingga ajal menjemputnya.
Advertisement
Perjalanan Ruh Menuju Alam Barzakh
Tampak terlihat mereka duduk sejauh pandangan mata. Bahkan, sebagian orang saleh bisa menceritakan kejadian yang disaksikannya itu, sementara orang-orang di sekitar mereka sama sekali tidak melihat apa-apa.
Perjalanan malaikat langit turun ke hadapan hamba mukmin yang hendak dicabut nyawa, sebagian orang saleh bisa menyaksikannya dan menceritakan kejadian yang disaksikannya itu, sementara orang-orang di sekitar mereka sama sekali tidak melihat apa-apa. Saat malaikat langit dan jibril pencabut nyawa duduk di dekat kepala orang yang hendak dicabut. Ia berkata kepada si hamba:
يا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ اِرْجِعِي إِلى رَبِّكِ راضِيَةً مَرْضِيَّةً
Artinya, “Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan rida dan diridai,” (Q.S. al-Fajr [89]: 27-28). Begitu disampaikan seperti itu, ruh si hamba pun tak bisa menolak. Ia perlahan keluar dari jasad. Mengalir bagaikan air dari ceret. Kondisinya jernih dan bersih. Setelah itu, semua malaikat langit dan malaikat bumi pun mengiring kepergiannya. Pintu-pintu langit pun segera dibuka. Semua pintu berharap agar Allah menjadikan dirinya sebagai jalan lewat ruh si hamba. Ketika ruh si hamba berhasil dikeluarkan malaikat maut, para malaikat yang hadir menyaksikan kematian tak membiarkan sekejap pun ruh tersebut. Mereka segera mengambil si ruh lalu menyimpannya di atas kain kafan yang sudah dilumuri minyak-minyak wangi dari surga.
Demikian sebagaimana yang telah digambarkan oleh Allah dalam Al-Quran:
إِذَا جَاءَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ تَوَفَّتْهُ رُسُلُنَا وَهُمْ لَا يُفَرِّطُونَ
Artinya, “Apabila kematian datang kepada salah seorang di antara kamu, malaikat-malaikat Kami mencabut nyawanya, dan mereka tidak melalaikan tugasnya,” (Q.S. al-An‘am [6]: 61). Setelah ruh berpisah dari jasad, terciumlah aroma wangi hampir memenuhi seantero dunia. Namun hanya hamba yang dikehendaki yang dapat menciumnya. Rasulullah sendiri telah menggambarkan melalui salah satu sabdanya, “Aroma wangi yang keluar dari ruh hamba mukmin bagaikan aroma minyak kesturi yang paling wangi yang pernah ada di muka bumi”. Setelah berhasil menggenggam ruh si hamba, para malaikat lantas bertolak ke langit paling atas. Di perjalanan, setiap kali bertemu dengan kumpulan malaikat, mereka ditanya tentang ruh yang tercium wangi yang mereka bawa tadi. Salah satu dari mereka menjawab, “Ini adalah ruh fulan bin fulan. Tak lupa mereka memanggil nama hamba tersebut dengan panggilan yang terbaik yang pernah terdengar di muka bumi.
Setiba di langit dunia, para malaikat pembawa ruh memohon izin kepada para malaikat penjaga langit dunia. Setelah diizinkan, mereka diiring oleh para malaikat langit dunia hingga ke langit berikutnya. Demikian seterusnya hingga sampai di langit ke tujuh. Setiba di langit ketujuh, Rabbul Izzati berfirman, “Tuliskan nama hamba-Ku ini pada illiyyin”, sebagaimana yang diungkap dalam Al-Quran:
وَمَا أَدْرَاكَ مَا عِلِّيُّونَ، كِتَابٌ مَرْقُومٌ، يَشْهَدُهُ الْمُقَرَّبُونَ
Artinya, “Tahukah engkau apakah ‘Illiyyīn itu? (Itulah) kitab yang berisi catatan (amal) yang disaksikan oleh (malaikat-malaikat) yang didekatkan (kepada Allah).,” (Q.S. al-Muthaffifîn [83]: 19-21).
Setelah dituliskan nama sang hamba dalam illiyyin, kemudian disampaikan kepada para malaikat, “Kembalikan lagi ruh hamba itu ke bumi. Sebab, Kami berjanji kepada manusia akan menciptakan, mengembalikan, dan membangkitkan mereka di bumi”. Hal itu seperti yang tersurat dalam Al-Quran: مِنْها خَلَقْناكُمْ وَفِيها نُعِيدُكُمْ وَمِنْها نُخْرِجُكُمْ تارَةً أُخْرى Artinya, “Darinya (tanah) itulah Kami menciptakanmu, kepadanyalah Kami akan mengembalikanmu dan dari sanalah Kami akan mengeluarkanmu pada waktu yang lain,” (Q.S. Thoha [20]: 55).
Ruh pun dikembalikan ke bumi dan dimasukkan lagi ke dalam jasad. Sehingga ia bisa mendengar suara sandal saudara-saudara, kerabat, serta kolega yang mengantarkan dirinya yang bergegas pulang menuju rumah masing-masing. Tak lama berselang, sang hamba didatangi dua malaikat yakni Munkar-Nakir yang suaranya keras, lantang, dan mengagetkan. Si hamba didudukkan lantas ditanya empat hal. Pertanyaan pertama tentang Tuhan yang disembahnya sewaktu di dunia. Pertanyaan kedua tentang agama yang dianutnya. Pertanyaan ketiga tentang nabi yang diikutinya. Pertanyaan keempat tentang qiblat yang jadi arah sholatnya. Dan pertanyaan kelima tentang pemimpin atau kitab yang diikutinya. Wallahu A'lam.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul