Liputan6.com, Jakarta - PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) mencatat penurunan pendapatan dan laba sepanjang kuartal I 2024 didorong kondisi harga komoditas yang lesu.
Mengutip laporan keuangan yang disampaikan ke Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Kamis (2/5/2024), pendapatan Adaro Energy Indonesia tercatat USD 1,44 miliar atau sekitar Rp 23,41 triliun (asumsi kurs dolar AS terhadap rupiah 16.231) hingga kuartal I 2024. Pendapatan turun sekitar 22 persen dari periode sama tahun sebelumnya sekitar USD 1,83 miliar atau sekitar Rp 29,84 triliun.
Advertisement
Volume produksi dan penjualan Perseroan pada kuartal I 2024 masing-masing tercatat 18,07 juta ton dan 16,48 juta ton. Realisasi volume produksi dan penjualan tersebut masing-masing naik 15 persen dan 5 persen dari kuartal I 2023.
Peningkatan pada kinerja operasional ini mengimbangi penurunan 24 persen pada harga jual rata-rata atau average selling price (ASP) seiring berlanjutnya penurunan harga batu bara.
Laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk susut 18,27 persen. Laba Perseroan tercatat USD 374,34 juta atau sekitar Rp 6,07 triliun hingga kuartal I 2024 dari periode sama tahun sebelumnya USD 458,04 juta atau sekitar Rp 7,43 triliun.
Presiden Direktur dan Chief Executive Officer Adaro Energy Indonesia, Garibaldi Thohir menuturkan, di tengah ketidakpastian global dan kondisi harga yang melemah, Perseroan mempertahankan komitmen terhadap efisiensi biaya. Ia mengatakan, posisi neraca dan keuangan secara keseluruhan tetap sehat sehingga menyediakan fleksibilitas pada saat ini.
"Operasi kami memulai tahun ini dengan baik, dan investasi yang kami perluas ke bisnis-bisnis baru berjalan baik sesuai panduan yang telah kami tetapkan,” ujar dia seperti dikutip dari keterangan resmi, Rabu, 1 Mei 2024.
Beban Pokok Pendapatan
Beban pokok pendapatan turun 24 persen menjadi USD 815 juta dari periode kuartal I 2023 sebesar USD 1,07 miliar. Beban pokok pendapatan tersebut turun didorong penurunan beban royalti dari angka tahun sebelumnya karena penurunan ASP dan harga acuan batu bara.
Biaya penambangan naik 10 persen karena kenaikan volume. Perseroan mencatat kenaikan 17 persen pada pengupasan lapisan penutup menjadi 66,21 juta bcm, dan nisbah kupas 3,66x atau naik 2 persen dari kuartal I 2023.
Selain itu, total konsumsi bahan bakar naik 21 persen, sejalan dengan pertumbuhan volume. Biaya kas batu bara per ton tidak termasuk royalty pada kuartal I 2024 turun 22 persen YoY.
Beban usaha pada kuartal I 2024 susut 25 persen YoY menjadi USD 108 juta karena penurunan 39 persen pada pendapatan negara bukan pajak (PNBP) porsi pemerintah pusat (4 persen) dan pemerintah daerah (6 persen).
Laba usaha merosot 18 persen menjadi USD 514 juta pada kuartal I 2024 dari periode sama tahun sebelumnya USD 625 juta. Perseroan mencatat EBITDA operasional terpangkas 17 persen YoY menjadi USD 604 juta dan laba inti turun 18 persen menjadi USD 440 juta pada kuartal I 2024 karena penurunan average sale price (ASP).
Seiring kinerja tersebut, laba per saham diatribusikan kepada pemilik entitas induk secara dilusi menjadi USD 0,01247 pada kuartal I 2024 dari periode sama tahun sebelumnya USD 0,01478.
Advertisement
Aset Perseroan
PT Adaro Energy Indonesia Tbk mencatat total liabilitas sebesar USD 2,67 miliar pada akhir kuartal I 2024, turun 4 persen dari periode sama tahun sebelumnya.
Total ekuitas tercatat USD 7,79 miliar pada akhir kuartal I 2024 yang mencerminkan kenaikan 11 YoY karena peningkatan laba ditahan. Aset Perseroan naik 7 persen menjadi USD 10,46 miliar hingga akhir kuartal I 2024 dari USD 9,82 miliar pada akhir kuartal I 2023. Saldo kas Perseroan naik 5 persen menjadi USD 3,16 miliar hingga akhir kuartal I 2024.
Arus kas dari aktivitas operasi pada kuartal IV 2024 mencapai USD 489 juta, atau naik signifikan secara YoY berkat penurunan pembayaran pajak penghasilan badan. Penerimaan dari para pelanggan turun 21 persen karena penurunan ASP seiring penurunan harga batu bara.
Perseroan melaporkan arus kas keluar bersih yang digunakan pada aktivitas investasi sebesar USD 205 juta atau naik 78 persen dari kuartal I 2023 terutama karena kenaikan 55 persen pada pembelian aset tetap menjadi USD 201 juta karena perusahaan terus mengeksekusi rencana investasi.
Belanja Modal Perseroan
PT Adaro Energy Indonesia Tbk mencatat belanja modal naik 56 persen menjadi USD 206 juta pada kuartal I 2024 dari USD 132 juta pada periode sama tahun sebelumnya. Perseroan menyatakan, pengeluaran belanja modal pada periode ini terutama digunakan untuk pembelian dan penggantian alat berat dan tongkang, investasi pada smelter aluminium dan fasilitas pendukungnya, serta investasi pada infrastruktur.
Sementara itu, penjualan batu bara metalurgi melalui anak perusahaan yakni PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR) naik 24 persen menjadi 1,05 juta ton pada kuartal I 2024. Perseroan terus mengembangkan pengakuan pasar untuk produk enviromet dan produk ini diterima baik di pasar domestik dan seaborne.
Pengupasan lapisan penutup mencapai 66,21 juta bcm pada kuartal I 2024 atau naik 17 persen dari kuartal I 2023. Nisbah kupas mencapai 3,66x atau naik 2 persen dari kuartal I 2023.
Selain itu, PT Kalimantan Aluminium Industry (KAI) fokus pada penyelesaian perbaikan tanah, pekerjaan penimbunan dan pekerjaan fondasi di area smelter aluminium. KAI telah merampungkan sandaran dermaga kargo berat dan fase pertama pengerukan di area jetty. KAI juga telah merampungkan pekerjaan lahan di area mess karyawan.
Advertisement