Lebih Baik Tidur jika Sholat Tahajud tapi Tujuannya Seperti Ini, Kata Gus Baha

Gus Baha menerangkan bahwa tidak selamanya tidur itu buruk jika tujuannya karena mengharapkan ridlo Allah SWT dan bahkan lebih baik dari sholat tahajud yang tujuannya seperti ini

oleh Liputan6.com diperbarui 02 Mei 2024, 03:30 WIB
Gus Baha (SS: YT Progesif TV)

Liputan6.com, Cilacap - Ulama kondang dan kharismatik yang merupakan pengasuh Ponpes Tahfidzul Qur’an LP3IA, Rembang, Jawa Tengah KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau populer dengan sapaan Gus Baha pernah menjelaskan mengenai lebih baik tidur daripada sholat Tahajud tapi tujuannya menuntut Allah.

Menurut dia, tidur dalam konteks menikmati rahmat Allah itu baik. Sebab tidur dengan tujuan semacam itu merupakan ibadah yang bernilai tinggi. 

Tidur dengan tujuan mulia karena menyadari bahwa hal itu merupakan salah satu nikmat dan anugerah Allah SWT. Pasalnya betapa tersiksanya jika kita tidak bisa tidur. 

“Ada orang sholat Tahajud, terus obsesinya agar hajatnya terkabul. Sementara yang tidur, obsesinya menikmati rahmatnya Allah (karena) bisa tidur,” kata Gus Baha dalam sebuah pengajiannya dikutip Hidayatuna.com, Senin (29/4/2024).

 

Simak Video Pilihan Ini:


Pandangan Imam Al-Ghazali

KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha (TikTok)

Menukil kalimat dari hujjatul Islam, Imam Ghazali, Gus Baha menjelaskan bahwa orang memilih tidur dari pada shalat Tahajud dinilai lebih baik. Sebab, jika niat shalat Tahujudnya tidak tepat bisa menimbulkan kufur nikmat. 

“Kata Imam Ghazali timbang kita Tahajud untuk menuntut Allah, mending tidur saja. Karena nanti bisa mempunyai akibat, setan memberikan bisikan; la nyatanya kamu sholat Tahajud ya gak terkabul (hajatnya),” jelasnya. 

Ketika muncul pikiran begitu, dikhawatirkan nantinya mereka menganggap hadis Nabi yang menyebut bahwa doa Tahajud mustajab, diragukan.

Untuk menghindari yang demikian ini, lanjut Gus Baha, maka memilih tidur dengan niat mensyukuri nikmat Allah itu lebih baik daripada Tahajud namun terobsesi dengan menuntut Allah agar hajatnya dikabulkan.


Jika Tujuannya Tidak Benar Bisa Menyebabkan Putus Asa

Gus Baha (SS: YT Laduni ID)

Seumpama hajat ternyata tidak dikabulkan, maka tentu saja akan menyalahkan Allah. Sebagaimana misalnya kita meminta ijazah dari seorang kiai, setelah kita amalkan ternyata tidak manjur, tentu saja orang tersebut menyalahkan si pemberi ijazah. 

“Jadi ulama itu mulai dulu sudah berpikir, banyak orang menjadikan Tahajud (atau) sholat malam media untuk hajatnya. Dan kalau gak kesampaian, ini putus asa.

Menyalahkan kiainya dengan menuding ijazahnya gak manjur, dan macem-macem,” ujarnya. 

Sebagai informasi, dilansir dari laman resmi Kemenag RI, shalat Tahajud merupakan salah satu shalat sunnah yang sangat dianjurkan. 

Dalam pelaksanaannya, shalat Tahajud dilakukan di malam hari setelah bangun tidur. Jumlah rakaatnya tidak dibatasi, namun setiap dua rakaat ditutup dengan salam.

Penulis : Khazim Mahrur / Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya