Liputan6.com, Jakarta - Mitos efek samping vaksin masih jadi salah satu tantangan dalam pelaksanaan vaksinasi di Indonesia. Dokter Alfi Auliya MKM C.DCAP mengatakan, masih ada warga yang menganggap vaksinasinasi bisa menyebabkan kematian.
Menurutnya, tidak ada penelitian valid mengenai hal itu.
Advertisement
"Sebenarnya tidak ada penelitian valid bahwa vaksinasi bisa menyebabkan kematian," kata Alfi dalam diskusi kesehatan bersama Halodoc di Jakarat, Selasa, dilansir Antara.
Kejadian ikutan pasca-imunisasi (KIPI), kata Alfi, berupa demam atau nyeri di sekitaran area yang disuntik wajar terjadi usai mendapatkan vaksinasi.
Apabila gejala-gejala semacam itu muncul, maka pasien disarankan berkonsultasi dengan dokter agar bisa diberi obat pereda demam maupun nyeri.
Dia menekankan, penyuntikan vaksin penting dilakukan oleh dokter agar sebelum menjalani vaksinasi, pasien bisa diperiksa keadaan fisiknya, termasuk suhu badan serta riwayat penyakit dan alerginya.
"Itu adalah salah satu rangkaian untuk menandakan tubuh siap untuk divaksin, karena vaksin adalah komponen virus yang dilemahkan masuk ke tubuh. Jadi, kalau lagi enggak fit, demam, diare, batuk pilek, itu enggak boleh divaksinasi," ia menjelaskan.
Terpenting, Alfi menekankan, individu harus memastikan tidak sedang sakit saat akan divaksinasi.
"Kalau mau vaksin apapun, make sure (pastikan) tidak sedang sakit atau habis jajan sembarangan," katanya.
Dia juga menyampaikan pentingnya tenaga kesehatan terus menerus menyampaikan penyuluhan mengenai manfaat vaksinasi guna meluruskan pemahaman yang keliru perihal vaksinasi dan efeknya di kalangan masyarakat.
Rekomendasi Baru Vaksinasi Dewasa
Dalam kesempatan berbeda, Ketua Umum Pengurus Besar PAPDI Dr dr Sally Aman Nasution SpPD, K-KV, FINASIM< FACP mengatakan, pemeberian vaksin penting dalam melindungi kesehatan masyarakat.
"Pemberian vaksin merupakan langkah penting dalam upaya perlindungan kesehatan masyarakat," ucap Sally di Jakarta, Senin.
Diketahui Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) pun memperbaharui rekomendasi jadwal vaksinasi dewasa dengan menambahkan vaksin Pneumokokal Konjugat 15-valent (PCV15).
Sally juga menyampaikan selain diberikan kepada bayi dan anak-anak, vaksin PCV15 juga telah disetujui oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk diberikan kepada dewasa guna memberikan perlindungan terhadap 15 serotipe bakteri pneumokokus.
Adapun penambahan vaksin PCV15 melengkapi 22 jenis vaksin yang direkomendasikan PAPDI bagi kalangan dewasa mulai dari 18 tahun hingga lansia, sebagai bagian dari upaya memperkuat perlindungan kesehatan bagi masyarakat Indonesia.
Advertisement