Liputan6.com, Jakarta Ketua Dewan Penasihat Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI) Jimly Asshiddiqie, meminta tokoh-tokoh nasional untuk membantu menurunkan suhu politik usai kontestasi Pemilu 2024.
Dia berharap, semua pihak untuk bisa melupakan perbedaan pada saat Pemilu 2024 kemarin.
Advertisement
"Kita lupakan dulu perbedaan kemarin iya kan. Biar aja orang lain, di masyarakat, di medsos sudah enggak usah dilarang, tapi tokoh-tokoh yang berpengaruh sebaiknya mulai menurunkan suhu," kata Jimly dalam acara halalbihalal ICMI di Jakarta, Rabu (1/5/2024) malam.
Dia pun bersyukur karena seluruh partai politik disebutnya telah memberikan selamat kepada presiden-wakil presiden terpilih periode 2024-2029.
Menurutnya, selamat yang diberikan oleh para partai politik tersebut bisa menurunkan tensi masyarakat di bawah.
"Alhamdulillah, sekarang semua partai ini sudah ya saling memberi selamat walaupun berbeda haluan tadinya," ungkap Jimly.
"Jadi artinya mudah-mudahan masyarakat kita yang di bawah di lapangan itu reda emosinya, coba kalau enggak, waduh ya kan. Masih emosinya luar biasa, dan ini itu merusak kohesivitas kita berbangsa," sambungnya.
Jimly juga meminta agar semua pihak termasuk para pejabat untuk tidak memperkeruh keadaan dengan memancing emosi di publik.
"Apalagi tidak semua orang pandai gitu ya bersikap merespons, kritik, dan kemarahan orang. Kadang-kadang kan dia emosi juga, termasuk pejabat juga banyak yang emosi begitu lah. Jangan sampai ini memperkeruh keadaan," kata dia.
Mengingat Pemilu 2019
Jimly menuturkan, Pemilu 2024 lebih baik daripada 2019. Hal ini disampaikan dengan melihat sejumlah tragedi yang terjadi pada Pemilu tersebut.
"Jadi kalau kita bandingkan pemilu yang seru ini disamping 2024, 2019 itu seru juga itu. Malah di 2019 itu sebagian orang menggangap, wah lebih parah itu, petugas itu 900an meninggal, yang demo di Bawaslu ada 6 meninggal, 100 orang masuk rumah sakit, itu 2019," kata dia.
"Lalu presidennya incumbent, dia kampanye sendiri dan secara alamiah, struktur birokrasi kita, secara diam-diam itu ikut main, itu 2019," sambungnya.
Sedangkan, pada Pemilu 2024 disebutnya tidak separah dibandingkan dengan pada tahun 2019.
"Yang demo tidak ada yang jadi korban, dan isu politik agama itu tidak seperti 2019. Maka ada yang menilai, sebenarnya lebih baik ini," ujarnya.
Kemudian, untuk tingkat partisipasi politik pun turun dibandingkan dengan pada Pemilu 2019 yakni 81,9 persen. Sedangkan, pada tahun 2024 ini menjadi 81,8 persen.
"Maka sebenarnya, bisa saja kita memperhitungkan bahwa 2019 itu lebih parah sebetulnya. Nah cuma begini, Pak Jusuf Kalla bilang, ini Pemilu terburuk dalam sejarah. Nah itu tim-nya 03, Todung Mulya Lubis siapa lagi, sama ngomongnya, ini Pemilu 2024 terburuk dalam sejarah," ucapnya.
"Ya biasa itu, jadi biasanya yang kalah itu selalu bilang ini terburuk. Mulai 2019, sama kalau dicek lagi berita-berita tahun 2009, sama yang kalah ini Pemilu terburuk 2014," tambahnya.
Advertisement
Rukun Kembali
Meski begitu, ia ingin agar semuanya dapat rukun kembali dan saling bersilaturahmi. Apalagi, Pemilu sudah selesai dan tinggal menunggu Pemilihan Legislatif (Pileg) 2024.
"Jadi, saudara-saudara sudah lah kita lupakan itu, yang penting sekarang sudah selesai semuanya, mari kita bersilaturahim lalu ya mari kita melihat ke depan," pungkasnya.
Reporter: Nur Habibie/Merdeka.com