Liputan6.com, Rio Grande do Sul - Sedikitnya 10 orang tewas dan lebih dari 20 orang hilang setelah badai menyebabkan banjir di negara bagian Rio Grande do Sul, Brasil selatan.
Helikopter terbang di atas wilayah tersebut untuk mencari orang-orang yang terdampar.
Advertisement
Di beberapa daerah, banjir begitu parah sehingga helikopter tidak dapat mendarat dan harus mengevakuasi warga ke tempat yang aman.
Gubernur negara bagian pun telah meminta bantuan pemerintah federal.
"Presiden Lula, mohon segera kirimkan dukungan udara sebanyak-banyaknya untuk RS [Rio Grande do Sul]. Kami perlu menyelamatkan ratusan orang di puluhan kota yang berada dalam keadaan darurat akibat hujan deras yang telah turun dan akan terus turun dalam beberapa hari mendatang," tulis Gubernur Eduardo Leite di X, yang sebelumnya dikenal sebagai Twitter seperti dilansir dari BBC, Kamis (2/5/2024).
Presiden Brasil Luiz Inácio Lula da Silva menanggapinya dengan mengatakan bahwa pemerintah federal akan "bergabung dengan upaya pemerintah negara bagian dan kota untuk melewati masa sulit ini, yang merupakan akibat dari perubahan iklim yang mempengaruhi planet ini".
Menurut pihak berwenang, 10 orang tewas akibat banjir Brasil tersebut. Dua orang tewas ketika mobil yang mereka tumpangi tersapu air banjir di kota kecil Paverama. Seorang lainnya tewas akibat tanah longsor di Salvador do Sul.
21 orang masih hilang, dan sekitar 1.500 orang terdampar.
“Kami terus bekerja keras untuk menemukan orang hilang dan menjamin keselamatan masyarakat di daerah berisiko,” kata Leite.
Banjir ini telah menyebabkan sekitar 1.400 orang di lebih dari 100 kota di seluruh negara bagian mengungsi, yang sebagian besar menurut pejabat pertahanan sipil telah dipindahkan ke tempat penampungan.
“Kami terus bekerja keras untuk menemukan orang hilang dan menjamin keamanan daerah-daerah yang berisiko,” Gubernur Eduardo Leite menuturkan seperti dilansir dari AFP.
Gelombang Dingin Picu Hujan yang Mengakibatkan Banjir
Wali Kota Sinimbu mengatakan kepada situs berita G1 bahwa kotanya sedang mengalami “mimpi buruk”.
Di Candelária, warga ke atap rumah mereka karena rumah dipenuhi air.
Sementara itu, jembatan-jembatan runtuh dan lebih dari 20 jalan tidak dapat dilalui, sehingga menyulitkan layanan darurat untuk menjangkau daerah-daerah yang terkena dampak.
Para ahli meteorologi memperkirakan hujan lebih lanjut akan turun di wilayah tersebut seiring dengan pergerakan gelombang dingin di wilayah tersebut.
Tahun 2023 lalu, lebih dari 30 orang tewas akibat topan di Rio Grande do Sul.
Institut Meteorologi Nasional Brasil mengaitkan peningkatan intensitas dan frekuensi curah hujan dengan fenomena iklim El Niño.
Advertisement
Upaya Penyelamatan Warga Terdampar Akibat Banjir
Sejak Selasa 30 April 2024, tim penyelamat bergegas menyelamatkan keluarga-keluarga yang terjebak di rumah mereka, banyak di antara mereka yang terjebak di atap rumah saat air naik, meskipun cuaca buruk yang terus berlanjut menghambat upaya pencarian. Saat itu, 15 orang dilaporkan tewas pada Selasa dan 18 orang hilang.
Menurut Gubernur Eduardo Leite, pekerja darurat memprioritaskan respons terhadap situasi yang paling mengancam jiwa.
Dalam upaya mencapai lahan kering, penduduk kota kecil Encantado mencoba meninggalkan daerah tersebut dengan berjalan kaki atau mengendarai sepeda motor melalui jalan yang rusak dan berlumpur, menurut gambar yang ditayangkan oleh AFPTV.
Terputus Akses Air Minum hingga Internet
Adapun sekitar 130.000 orang di Rio Grande do Sul saat ini dilaporkan tidak memiliki akses air minum, dan layanan telepon dan internet terputus di setidaknya 60 kota tatkala hujan terus berlanjut.
Sungai-sungai di kawasan itu sudah meluap akibat badai sebelumnya, dan hujan lebat pada akhir Maret di Brasil tenggara menyebabkan sedikitnya 25 orang tewas di negara bagian Rio de Janeiro dan Espirito Santo.
Wilayah selatan dan tenggara Brasil dilanda gelombang dingin yang diikuti gelombang panas ekstrem.
Advertisement