Liputan6.com, Jakarta - Bursa saham Asia Pasifik melemah pada perdagangan Kamis (2/5/2024) setelah bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (the Fed) memilih pertahankan suku bunga acuan usai pertemuan dua hari.
Dikutip dari CNBC, Ketua the Fed Jerome Powell mengesampingkan kemungkinan kenaikan suku bunga sehingga kurangi kekhawatiran mengenai ketidakmampuan bank sentral mengendalikan inflasi.
Advertisement
Fokus pasar akan tertuju pada Yen Jepang, yang catat awal pekan yang bergejolak di tengah dugaan intervensi pemerintah untuk menopang mata uang pada Senin, 29 April 2024. Posisi yen terakhir diperdagangkan di kisaran 155,83 melawan dolar AS.
Sementara itu, indeks Nikkei 225 di Jepang tergelincir 0,70 persen, indeks Topix merosot 0,4 persen pada awal sesi perdagangan.
Indeks Kospi susut 0,1 persen, sedangkan indeks Kosdaq melemah 0,1 persen. Investor menganalisis data harga konsumen dari Korea Selatan, yang menunjukkan kenaikan lebih lambat pada April dibandingkan Maret.
Di Australia, indeks ASX 200 menguat 0,2 persen. Indeks Hang Seng Hong Kong berada di posisi 17.460, dari penutupan sebelumnya 17.763.
Di wall street, indeks saham acuan bervariasi usai pertemuan the Fed. Indeks Dow Jones menguat 87,37 poin atau 0,23 persen. Indeks S&P 500 tergelincir 0,34 persen dan indeks Nasdaq melemah 0,33 persen.
Sebelumnya diberitakan, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melonjak pada perdagangan Selasa, 30 April 2024 Kenaikan IHSG terjadi di tengah mayoritas sektor saham menghijau dan aksi beli saham oleh investor asing.
Mengutip data RTI, IHSG menguat 1,1 persen ke posisi 7.234,19. Indeks LQ45 bertambah 1,24 persen ke posisi 926,72. Seluruh indeks saham acuan menghijau. Jelang libur Hari Buruh, IHSG berada di level tertinggi 7.266,86 dan terendah 7.179,68.
Sentimen Ini jadi Fokus Investor di Wall Street
Sebelumnya, saham-saham di wall street atau bursa saham Amerika Serikat (AS) mengalami rebound karena pendapatan perusahaan teknologi memicu reli di pasar, meskipun ada kekhawatiran the Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral AS akan mempertahankan suku bunga lebih tinggi dalam jangka waktu lebih lama.
Di wall street, indeks Nasdaq Composite naik lebih dari 4% minggu lalu, sedangkan S&P 500 melonjak hampir 3%, dan Dow Jones Industrial Average (DJI) menguat kurang dari 1%.
Sepekan ke depan, pertemuan dan keputusan suku bunga The Fed, kinerja pasar tenaga kerja, dan pendapatan dari perusahaan teknologi besar Apple dan Amazon akan menguji optimisme pasar AS baru-baru ini.
"Peningkatan data inflasi lainnya kemungkinan akan mengarah pada pesan yang lebih condong hawkish pada pertemuan FOMC bulan Mei," kata kepala ekonom Deutsche Bank AS Matthew Luzzetti menulis dalam catatan penelitiannya, dikutip dari Yahoo Finance, Senin (29/4/2024).
"Meskipun kami memperkirakan Komite akan mempertahankan bias pelonggaran, kami juga mengantisipasi pernyataan dan konferensi pers akan menggemakan pandangan Ketua The Fed Jerome Powell," paparnya.
Pasar Tenaga Kerja
Dengan komitmen The Fed untuk mempertahankan suku bunga lebih tinggi sampai yakin inflasi AS akan turun, terdapat fokus yang berkelanjutan pada kesehatan pasar tenaga kerja.
Advertisement
Data Tenaga Kerja
Data yang kuat membuat para ekonom berharap inflasi AS dapat turun hingga 2% tanpa mendorong perekonomian ke dalam resesi, meskipun suku bunga yang lebih tinggi.
Laporan ketenagakerjaan April diperkirakan menunjukkan 250.000 pekerjaan nonfarm payroll ditambahkan ke perekonomian AS, dengan tingkat pengangguran tetap stabil di 3,8%, menurut data dari Bloomberg.
Secara umum, para ekonom memperkirakan tidak akan ada tanda-tanda keretakan dalam kekuatan pasar tenaga kerja.
"Kami tidak memperkirakan momentum pasar tenaga kerja baru-baru ini akan melambat," tulis ekonom BofA AS Michael Gapen dalam catatan mingguan kepada kliennya.
Reaksi Pasar Terhadap Raksasa Teknologi AS
Sejauh ini, reaksi pasar terhadap pendapatan perusahaan teknologi besar AS beragam. Rencana Meta untuk mengeluarkan banyak dana pada teknologi Kecerdasan Buatan, bersama dengan panduan pendapatan kuartal kedua 2024 yang lebih lemah dari perkiraan, membuat investor terdiam.
Saham raksasa media sosial itu turun lebih dari 10% setelah rilis pendapatannya.
Sementara itu, perusahaan induk Google, Alphabet menjadi pemenang minggu ini.
Sahamnya Alphabet melonjak lebih dari 10% setelah perusahaan mengumumkan program dividen tunai sebesar $0,20 per saham, persetujuan untuk program pembelian kembali saham senilai USD 70 miliar, dan hasil pendapatan yang melampaui perkiraan .
Kapitalisasi pasar Alphabet mencapai USD 2 triliun pada Jumat.
Ahli strategi sektor teknologi Baird, Ted Mortonson, menjelaskan bahwa alasan utama di balik perbedaan pergerakan di dua saham perusahaan teknologi adalah "permainan penentuan posisi". Saham Meta telah melonjak selama setahun terakhir, sementara kinerja Alphabet tidak terlalu tinggi.
Narasi ini akan diuji sekali lagi ketika Apple dan Amazon dijadwalkan melaporkan pendapatannya.
Advertisement