Banyuwangi Mulai Masuk Musim Kemarau, Warga Diimbau Bijak Gunakan Air Bersih

Memasuki awal Mei 2024, Stasiun Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Kelas III Banyuwangi, memprakirakan seluruh wilayah di Bumi Blambangan akan mulai memasuki musim kemarau secara bertahap.

oleh Hermawan Arifianto diperbarui 03 Mei 2024, 07:05 WIB
Ilustrasi musim kemarau di Banyuwangi (Istimewa)

Liputan6.com, Banyuwangi - Stasiun Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Kelas III Banyuwangi, memprakirakan seluruh wilayah di Bumi Blambangan akan mulai memasuki musim kemarau secara bertahap pada Mei 2024.

Prakirawan BMKG Kelas III Banyuwangi I Gede Agus Purbawa mengatakan, jika masuknya musim kemarau akan datang secara bertahap yang dimulai dari wilayah dataran rendah, kemudian wilayah dataran tinggi akan paling akhir memasuki musim kemarau yaitu pada Dasarian III Mei 2024 atau akhir Mei.

“Angin muson atau monsun timur nampak mulai stabil, sebagai ciri mulainya musim kemarau dengan massa udara dari benua Australia yang kering dan dingin,” kata Gede, Kamis (2/5/2024).

Gede juga menambahkan, meskipun sudah mulai masuk musim kemarau pada Mei, hujan masih bisa berpotensi muncul, hanya saja tidak merata di berbagai wilayah. Munculnya hujan sendiri bervariasi untuk wilayah Banyuwangi selama musim kemarau berlangsung. 

Pembagiannya yakni, untuk wilayah Kalipuro, Banyuwangi kota, Kabat, Rogojampi dan sekitarnya akan mengalami sifat hujan yang normal, kemudian wilayah Banyuwangi bagian selatan seperti Tegaldlimo, Purwoharjo dan sekitarnya di musim kemarau ini akan mengalami curah hujan yang lebih basah atau banyak dari normal.

Sedangkan wilayah Banyuwangi yang berada di dataran tinggi seperti Licin dan sekitarnya akan sedikit kering dengan curah hujan lebih sedikit dari normal.

“Potensi Hujan tidak merata di awal Mei dan masih berpeluang terjadi dikarenakan aktifnya gelombang Rossby dan Kelvin,” ungkapnya.

Pada puncak musim kemarau tahun ini, Gede menuturkan, untuk Jawa Timur, puncak musim kemarau dominan di Agustus, sedangkan wilayah Banyuwangi, puncak musim kemarau akan bervariasi mulai dari Juli hingga September.

Informasi yang didapat, masih Gede, saat ini El Nino sudah meluruh berangsur kembali netral. Pada tahun lalu El Nino terjadi pada Juni 2023 dan mencapai puncaknya pada Desember 2023. Organisasi meteorologi dunia memprakirakan El Nino berakhir April 2024 dan Kondisi Netral setidaknya berlangsung hingga Juli 2024. 

“Untuk ada atau tidaknya potensi La Nina masih menunggu informasi selanjutnya, karena jika La Nina terjadi, maka Musim kemaraunya akan basah, namun hingga Juli diprakirakan masih kondisi netral atau tidak ada El Nino dan La Nina,” terang Gede. 

 


Diimbau Bijak Gunakan Air Bersih

Adapun sektor yang paling terdampak dari fenomena El Nino adalah sektor pertanian, utamanya tanaman pangan semusim yang sangat mengandalkan air. Rendahnya curah hujan tentunya akan mengakibatkan lahan pertanian kekeringan dan dikhawatirkan akan mengalami gagal panen. (merdeka.com/Arie Basuki)

Dengan masuknya musim kemarau di Banyuwangi tersebut, BMKG mengimbau, masyarakat agar bijak menggunakan air bersih, kemudian agar selalu mengkonsumsi vitamin yang cukup karena perubahan kondisi cuaca biasanya tubuh rentan demam.

Selain itu juga selalu membersihkan genangan air sisa hujan, untuk mencegah penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD).

“Selebihnya untuk sektor pertanian agar menyesuaikan dan beradaptasi terkait berkurangnya curah hujan terutama komoditas yang sangat tergantung dengan air atau curah hujan,” pungkas Gede

 

Infografis Kemarau Panjang, Indonesia Terancam Kekeringan. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya