Liputan6.com, Jakarta - Vaksin COVID-19 Astrazeneca sedang ramai jadi bahasan lantaran efek sampingnya berupa pembekuan darah. Beberapa media asing yang menuliskan bahwa dalam fakta persidangan perusahaan farmasi tersebut menyebut efek samping langka dari vaksin COVID-19 Astrazeneca.
Berawal dari raksasa farmasi AstraZeneca digugat dalam class action lantaran vaksinnya diduga menyebabkan kematian dan cedera serius dalam puluhan kasus.
Advertisement
Gugatan pertama diajukan tahun lalu oleh Jamie Scott. Ia mengalami cedera otak permanen usai mendapatkan suntikan vaksin COVID-19 AstraZeneca pada April 2021. Ia mengalami pembekuan darah dan pendarahan otak yang membuatnya tidak bisa bekerja.
AstraZeneca menentang klaim tersebut. Namun dalam dokumen hukum yang diserahkan ke Pengadilan Tinggi pada bulan Februari, AstraZeneca menuliskan bahwa vaksin COVID buatannya “dalam kasus yang sangat jarang, menyebabkan TTS” seperti mengutip Telegraph.
Apa Itu TTS?
Menurut keterangan Kementerian Kesehatan RI pada Kamis, 2 Mei 2024, thrombosis with thrombocytopenia syndrome (TTS) atau sindrom trombosis dengan trombositopenia merupakan kondisi yang menyebabkan penderita mengalami pembekuan darah serta trombosit darah yang rendah.
Kasus TTS sangat jarang terjadi di masyarakat, tapi bisa menyebabkan gejala yang serius.
TTS ditandai dengan adanya pembekuan darah (trombosis) dan rendahnya kadar trombosit (trombositopenia) sebuah kondisi yang penting untuk pembekuan darah. Seringkali melibatkan lokasi gumpalan yang tidak biasa, seperti di otak (trombosis sinus vena serebral) atau perut.
Gejala TTS
Mengutip dari Health Direct Australia, gejala TTS yang mempengaruhi otak antara lain:
- sakit kepala yang parah dan terus-menerus
- penglihatan kabur
- kesulitan berbicara
- kantuk
- kejang atau kebingungan
Gejala TTS yang mempengaruhi seluruh tubuh meliputi:
- sulit bernapas
- nyeri dada
- pembengkakan kaki
- nyeri perut (perut) yang terus-menerus
Advertisement
Cara Menegakkan Diagnosis dan Pengobatan TTS
Segera pergi ke rumah sakit jika merasakan gejala TTS. Terlebih bila dicurigai adanya pembekuan darah di otak, pasien dirujuk ke unit gawat darurat untuk penyelidikan segera.
Saat di rumah sakit, tim medis akan melakukan pemeriksaan diantaranya dengan tes darah dan scan termasuk CT scan untuk menegakkan diagnosis.
Pengobatan untuk TTS secara umum:
- obat antikoagulan (antipembekuan darah)
- imunoglobulin intravena (IVIG)
- prednison dosis tinggi - sejenis obat steroid
Tidak Ada Efek Samping TTS Usai Suntikan Vaksin AstraZeneca di Indonesia
Indonesia merupakan negara yang menggunakan vaksin COVID-19 AstraZeneca sebagai upaya untuk melindungi warganya dari fatalitas akibat virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19.
Dari 453 juta dosis vaksin yang disuntikkan ke masyarakat Indonesia 70 juta dosis diantaranya adalah vaksin AstraZeneca, berdasarkan keterangan Kementerian Kesehatan RI pada Kamis, 2 Mei 2024.
Berdasarkan pemantauan Komisi Nasional Pengkajian dan Penanggulangan Kejadian Ikutan Pasca-Imunisasi (Komnas PP KIPI) tidak ada kejadian sindrom trombosis dengan trombositopenia atau thrombosis with thrombocytopenia syndrome (TTS) setelah pemakaian vaksin COVID-19 AstraZeneca di Indonesia.
Bila saat ini di Indonesia ditemukan kasus TTS menurut Ketua Komnas PP KIPI Profesor Hinky Hindra Irawan Satari bukan karena vaksin COVID-19.
“Kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) bila ditemukan penyakit atau gejala antara 4 sampai 42 hari setelah vaksin disuntikkan. Kalaupun saat ini ditemukan kasus TTS di Indonesia, ya pasti bukan karena vaksin COVID-19 karena sudah lewat rentang waktu kejadianya,” jelas Hinky dalam keterangan resmi yang diterima Liputan6.com.
Advertisement